Sahabat dumai, Adin Blog lagi berbaik hati ni sama yang lagi nyusun skripsi, terutama yang belum paham bagaimana cara menulis Latar Belakang pada Makalah atau Skripsi yang baik dan benar, pada kesempatan yang telah lalu saya sudah memberikan beberapa contoh teknik penulisan pada karya ilmiah, seperti Contoh Penulisan Kata Pengantar Skripsi yang Baik dan Benar.
Oke sobat langsung saja ya, kali ini sekarang kita mau fokus dulu pada bahasan Latar Belakang Masalah. Definisi Latar belakang adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan pemahaman kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita sampaikan. latar belakang yang baik harus disusun dengan sejelas mungkin dan bila perlu disertai dengan data atau fakta yang mendukung, makanya pada kesempatan kali ini saya sekaligus memberikan satu paket bahasan yang terdiri dari point yang dibahas dalam Bab I yang selalu mengirimi point dari Latar Belakang Masalah yang kita bahas ini.
Nah dibawah ini adalah salah satu Contoh Latar Belakang Masalah pada Karya ilmiah seperti Skripsi dan tentunya ini juga berlaku untuk pembuatan seperti Makalah, Tesis atau Karya Ilmiah yang lainnya yang membedakannya adalah pada bahasan didalamnya.
Contoh Latar Belakang Masalah (1)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan kepada anak semenjak lahir sampai usia 6 tahun. Hal itu dilaksanakan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani sehingga anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya. Menurut para pakar pendidikan, Usia Dini ( 0-6 tahun ) adalah usia emas yang sangat berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya karena pada masa ini perkembangan Intelegensi, Emotinal dan Spiritual anak berkembang sampai 80%. Pendidikan anak usia dini bukan sekedar mengetahui tingkat kemampuan atau tingkat perkembangan usia tertentu namun mengetahui proses perkembangan anak pada semua aspek perkembangan untuk dapat dioptimalkan.
Pendidikan anak usia dini diberikan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan baik moral, kognitif, bahasa, sosial emosional, juga kemampuan fisik motorik secara menyeluruh pada semua bidang perkembangan, kemampuan dan potensi dalam diri anak usia dini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Semiawan (dalam Sujiono, 2009:2), proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang bermakna melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas rasa ingin tahu secara optimal. Salah satu kemampuan yang sedang berkembang pesat pada usia prasekolah yaitu kemampuan berbahasa.
Bahasa sebagai salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada pendidikan anak usia dini merupakan media komunikasi sehingga anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Sejalan dengan pendapat Isjoni (2009:3) bahwa pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara tepat, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Salah satu fungsi pembelajaran bahasa adalah anak terampil berbahasa dan mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia dengan pengembangan keterampilan berbahasa Indonesia yang terdiri dari empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan bahasa tersebut senantiasa harus dikembangkan sedini mungkin dengan kegiatan dan permainan yang menyenangkan. Seperti bercerita, permainan tebak kata, permainan huruf/ bahasa, memperkenalkan kata-kata baru ketika bercakap-cakap bersama anak dan sebagainya.
Dari empat keterampilan berbahasa tersebut harus diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Anak usia dini mengembangkan ingatan untuk sesuatu yang di dengar. Dengan memberikan kesempatan berlatih, anak usia dini dapat bercerita tentang pengalaman berlibur dan sebagainya. Dia dapat mengingat arahan dengan beberapa langkah, seperti : buka sepatunya, simpan tas dan duduk di kelompok merah. Jika anak telah mampu mengingat sesuatu, termasuk kejadian dalam cerita maka pengertiannya mengenai keseluruhan cerita akan menjadi lebih baik.
Anak usia dini sering bertanya tentang kata-kata dan konsep yang tak dimengerti. Ketika dia tidak memahami suatu cerita ia mungkin akan mengajukan suatu pertanyaan yang dapat menjelaskan pengertian. Ia juga mulai menghubungkan kejadian dengan tokoh dalam buku ke dalam pengalamannya sendiri. Menjadi pendengar aktif adalah langkah pertama untuk menjadi pembaca yang aktif. Kemampuan mendengar aktif yang dikembangkan anak, akan membatunya memahami cerita dengan lebih baik ketika anak menjadi pembaca yang sebenarnya.
Kemampuan berbahasa terdiri dari tiga aspek yakni menerima bahasa, mengungkapkan bahasa dan keaksaraan. Dua keterampilan dasar yakni keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara termasuk kedalam kemampuan menerima dan mengungkapkan bahasa yang memiliki beberapa indikator diantaranya yaitu mendengarkan cerita sederhana , menceritakan kembali isi cerita secara runtut dan merangkai huruf menjadi nama binatang yang ada dalam buku cerita bergambar. Dalam menyampaikan materi pengembangan kemampuan berbahasa seperti membacakan cerita dan sebagainya dalam penyampaiannya cenderung monoton sehingga anak menjadi bosan dan jenuh salah satunya dapat disebabkan oleh kurang optimalnya alat peraga. Hal tersebut menjadi hasil temuan dari observasi di lapangan.
Kemampuan mengungkapkan bahasa sangatlah baik dikembangkan sejak dini terutama bercerita dan kegiatan bercerita akan tampak monoton jika disajikan hanya dengan metode ceramah tanpa media yang dapat menarik perhatian anak apalagi untuk siswa di taman kanak-kanak.
Kegiatan bercerita akan lebih menarik jika menggunakan buku cerita bergambar sebagai media sehingga menciptakan suasana dan semangat yang berbeda bagi anak. Buku cerita yang digunakan dalam pembelajaran di taman kanak-kanak tentunya disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia dini. Buku cerita bergambar sangat cocok untuk diterapkan pada siswa TK dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa karena buku cerita bergambar memiliki karakter khusus yakni memuat gambar yang mengisyaratkan alur cerita yang ingin disampaikan sehingga tanpa dapat membaca tulisan anak dapat menafsirkan gambar menjadi sebuah alur cerita.
Pembelajaran membacakan buku cerita kepada anak juga dapat melatih keterampilan merangkai kata pada anak. Yang terjadi di TK Aisyiyah 4 bahwa keinginan anak dalam kegiatan pembelajaran kemampuan bahasa seperti mendengarkan cerita sederhana, menceritakan kembali isi cerita secara runtut dan merangkai huruf menjadi nama binatang yang ada dalam buku cerita bergambar di TK Aisyiyah 4 Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya nampak kurang diminati dan dikuasai oleh anak.
Awal keinginan anak mengikuti pembelajaran harus datang dari dalam diri mereka sendiri. Kendala dalam kegiatan pembelajaran yang dijumpai pada pembahasan yang telah dikemukakan di atas perlu dicari solusinya agar kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak bisa berjalan sesuai harapan. Guru sebagai seorang yang memiliki andil besar saat pembelajaran di kelas oleh karena itu guru memiliki tanggung jawab untuk mencari solusi untuk kendala tersebut.
Pengembangan kemampuan berbahasa melalui buku cerita bergambar diharapkan menimbulkan serta meningkatkan kemampuan bahasa. Oleh karena itu peneliti menggunakan buku cerita bergambar untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan pembelajaran kemampuan berbahasa di TK Aisyiyah 4 leuwisari melalui penelitian tindakan kelas. Berdasarkan pernyataan tersebut perlu mengadakan penelitian tentang “Penggunaan Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 4 Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Guru belum menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, hal ini terbukti dari :
a. Anak tidak fokus dalam memperhatikan langkah-langkah pembelajaran.
b. Prosedur pembelajaran tidak diikuti oleh seluruh anak di kelas
c. Bahan ajar tidak optimal dipelajari oleh anak.
2. Media tidak optimal digunakan dalam proses pembelajaran
3. Hasil belajar anak dalam bidang pengembangan kemampuan bahasa belum optimal terbukti siswa belum optimal dalam hal sebagai berikut :
a. Mendengarkan cerita yang sederhana,
b. Menceritakan kembali isi cerita yang sederhana secara runtut.
c. Merangkai huruf menjadi nama binatang yang ada dalam buku cerita bergambar.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah bagaimana penggunaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Aisyiyah 4 Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya, yakni :
1. Bagaimana rencana penggunaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Aisyiyah 4 Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya?
2. Bagaimana proses penggunaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Aisyiyah 4 Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya?
3. Bagaimana hasil penggunaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Aisyiyah 4 Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya?
D. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbahasa siswa dengan media buku cerita bergambar melalui beberapa tahap, yakni :
1. Perencanaan pembelajaran bahasa siswa melalui buku cerita bergambar,
2. Proses pembelajaran bahasa menggunakan buku cerita bergambar,
3. Peningkatan kemampuan berbahasa melalui penggunaan buku cerita bergambar.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang didapat yaitu :
a. Diperoleh bukti empiris tentang bidang pengembangan kemampuan berbahasa pada anak usia dini,
b. Diperoleh bukti empiris tentang buku cerita bergambar,
c. Diperoleh bukti empiris tentang model pengembangan kemampuan berbahasa melalui buku cerita bergambar.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Diperoleh langkah-langkah belajar pada pengembangan kemampuan berbahasa,
2) Siswa memperoleh langkah-langkah penggunaan media buku cerita bergambar untuk belajar secara kongkrit dan konstruktif,
3) Siswa memperoleh bukti pengetahuan pengembangan kemampuan berbahasa dengan tercapainaya indikator yang diharapkan, yaitu :
a) Mendengarkan cerita sederhana,
b) Menceritakan kembali isi cerita secera runtut,
c) Merangkai huruf menjadi nama binatang yang ada dalam buku cerita bergambar.
b. Bagi guru
1) Guru memperoleh langkah-langkah belajar pada bidang pengembangan kemampuan berbahasa,
2) Guru memperoleh langkah-langkah penggunaan buku cerita bergambar untuk belajar secara kongkrit dan konsrtuktif,
3) Guru memperoleh bukti pengetahuan pengembangan kemampuan berbahasa yaitu mendengarkan cerita sederhana, menceritakan kembali isi cerita secara runrut dan merangkai huruf menjadi nama binatang yang ada dalam buku cerita bergambar.
c. Bagi lembaga
Diperoleh bukti kerjasama antara perguruan tinggi dengan lembaga TK Aisyiyah 4 Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
Contoh Latar Belakang Masalah (2)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah berukut ini :
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar)
2. Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual)
3. Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, yang disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
Menurut UU PA, anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berkreasi dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi, belajar adalah hak anak, bukan kewajiban. Orang tua dan pemerintah wajib menyediaakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar.
Karena belajar adalah hak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif dan memungkinkan anak menjadi termotivasi dan antusias. Jadi, memaksa anak untuk belajar, sehingga anak merasa tertekan, atau membiarkan anak tidak mendapat pendidikan yang layak adalah tindak kekerasaan.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai berikut :
1. Membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Hal-hal yang diperlukan untuk pembelajaran anak usia dini, tidak seperti untuk anak usia Sekolah Dasar. Akan tetapi, hal yang diperlukan disini adalah pemberian stimulasi / rangsangan. Pemberian stimulasi yang paling efektif dalam usia dini adalah olahraga otak secara ringan. Dalam usia ini pula peran ibi sangat menentukan kecerdasan anak. Stimulasi / rangsangan hendaknya diberikan secara komplekstapi ringan, mulai dari stimulasi bahasa, hingga stimulasi gerakan dan sentuhan.
Proses pembelajaran di PAUD biasanya menggunakan media-media yang menunjang untuk keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu media yang sering digunakan adalah media kartu, banyak sekali jenis-jenis dari media kartu dan salah satunya adalah media kartu bergambar. Media kartu bergambar adalah alat bantu berbentuk kartu terbuat dari kertas tebal yang berisikan gambar-gambar yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan dan bahan pembelajaran yang telah dirancang guru untuk siswanya. Dengan menggunakan media kartu bergambar maka hasil dari proses pembelajaran diharapkan dapat menambah kemampuan bidang pengembangan bahasa anak.
Di Taman Kanak-Kanak PGRI Bapemdik Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya proses pembelajarannya masih jarang menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran hanya dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja, sehingga membuat anak lebih cepat jenuh dan bosan. Dari pengamatn tersebut peneliti terdorong untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Peningkatan Pengembangan Bahasa Melalui Media Kartu Bergambar di TK PGRI Bapemdik Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Guru belum menciptakan suasana yang menyenangkan, ini terbukti dari :
a. Siswa tidak fokus dalam memperhatikan langkah-langkah pembelajaran
b. Prosedur pembelajaran tidak diikuti oleh seluruh siswa di kelas
c. Bahan pembelajaran tidak optimal dipelajari oleh siswa
2. Media tidak optimal digunakan dalam proses pembelajaran
3. Hasil belajar siswa dalam bidang pengembangan bahasa belum optimal.
Terbukti siswa belum optimal dalam hal sebagai berikut :
a. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama
b. Menghubungkan gambar dengan kata
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti hanya membatasi pada bidang pengembangan bahasa khususnya dalam “ Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama “ dan “ Menghubungkan gambar dengan kata ”. Untuk itu peneliti ini memfokuskan kepada pembuktian penggunaan media kartu bergambar bagi peningkatan kemampuan siswa dalam bidang pengembangan bahasa yang dilaksanakan di TK PGRI Bapemdik Kecamatan Cikalong kabupaten Tasikmalaya.
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operasional permasalahan penelitian ini di fokuskan pada media kartu bergambar dan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar membaca di kelompok B TK PGRI Bapemdik Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak melalui media kartu bergambar secara klasikal ?
2. Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak melalui media kartu bergambar secara kelompok ?
3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah mengikuti pembelajaran membaca dengan menggunakan media kartu bergambar ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca anak dengan menggunakan media kartu bergambar, diantaranya :
a. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama.
b. Menghubungkan gambar dengan kata.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media kartu bergambar secara klasikal.
2. Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media kartu bergambar secara kelompok.
3. Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diperoleh bentuk empirik tentang pengembangan bahasa anak usia dini
b. Diperoleh bentuk empirik tentang penggunaan media kartu bergambar
c. Diperoleh bentuk empirik tentang model pembelajaran pengembangan bahasa melalui kartu bergambar
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
1) Siswa memperoleh langkah-langkah belajar pengembangan bahasa
2) Siswa memperoleh langkah-langkah penggunaan media kartu bergambar untuk belajar secara kongkrit dan konstruktif
3) Siswa memperoleh bukti pengetahuan pengembangan bahasa tentang :
o Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama
o Menghubungkan gambar dengan kata
b. Bagi Guru
4) Guru memperoleh langkah-langkah belajar pengembangan bahasa
5) Guru memperoleh langkah-langkah penggunaan media kartu bergambar untuk belajar secara kongkrit dan konstruktif
6) Guru memperoleh bukti pengetahuan pengembangan bahasa tentang:
o Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama
o Menghubungkan gambar dengan kata
c. Bagi Lembaga
Diperoleh bukti kerja sama antara perguruan tinggi dengan TK PGRI Bapemdik Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Beginilah cara membuat berikut Contoh Latar Belakang Buat Makalah atau Skripsi Yang Baik dan Benar, semoga bermanfaat.
Selanjutnya saya ingin memberikan sebuah Contoh Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang mudah-mudahan bisa menjadi referensi yang mendatangkan ide brilliant bagi anda yang sudah membacanya, nah untuk contoh detailnya dari isi skripsi PTK ini mari kita simak dibawah ini :
Selanjutnya saya ingin memberikan sebuah Contoh Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang mudah-mudahan bisa menjadi referensi yang mendatangkan ide brilliant bagi anda yang sudah membacanya, nah untuk contoh detailnya dari isi skripsi PTK ini mari kita simak dibawah ini :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan merupakan proses sosial dinamis dan interaktif yang
didalamnya berlangsung manajarial dan operasional untuk melaksanakan perubahan
pengetahuan dan tingkah laku menuju ke arah yang lebih baik.
Proses belajar mengajar dapat mewujudkan upaya untuk mengembangkan
potensi dan pemahaman siswa. Dalam hal ini guru mengarahkan serta membimbing
siswa pada perubahan tingkah laku. Tingkah laku itu merupakan hasil dari efek
kumulatif belajar. Artinya banyak keterampilan yang didapatkan dari yang telah
dipelajarinya. Seperti yang dikemukakan Gagne (dalam Winataputra, 2007:3.30 )
menyatakan: “Belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas
yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi tingkah laku
itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar.”
Pelajaran sains merupakan nama mata pelajaran yang digunakan pada
kurikulum 2004 yaitu KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi dan sekarang
pelajaran tersebut diganti nama kembali menjadi pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam. Pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran inti di sekolah
dasar, dan memiliki peranan penting untuk menambah wawasan. Seperti yang
dikemukakan oleh Mulyana, Edi H. (2005:1) bahwa ‘Sains salah satu mata pelajaran
yang turut berperan penting dalam mendidikan wawasan, keterampilan dan sikap
ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran sains’.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menuntut pengembangan
kemampuan siswa sekolah dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang amat
diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk
mengembangkan bakat, minat dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam
seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno, L. dkk., (2007:1-19 ) bahwa’ IPA
merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta...’ Alam semesta ini
memiliki tabir alam dan banyak kekayaan yang harus digali dan dimanfaatkan oleh
kehidupan manusia, seperti tumbuhan. Tumbuhan merupakan kekayaan alam,
pemberian tuhan agar dimanfaatkan dan tidak dirusak semena-mena tapi harus
dilestarikan dan dijaga agar seimbang. ‘Tumbuhan memiliki peranan penting dalam
menjaga kelangsungan dan keseimbangan kehidupan didunia ini’. (Djumhana,
2007:4-1 ). Tumbuhan hijau, misalnya memiliki peran yang sangat sentral bagi
makhluk hidup lain dengan kemampuannya mengadakan fotosintesis, atau tumbuhan
liar yang dapat berguna untuk obat-obatan.
Kegiatan pembelajaran IPA di sekolah memang sangat sulit tanpa ditunjang
dengan alat peraga, pendekatan, dan metode-metode yang lain dan lebih
menitikberatkan pada pemahaman materi dengan ceramah atau pembelajaran abstrak
yang hanya dibayang-bayang saja.
Ruang lingkup materi pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas II
sekolah dasar semester 1meliputi: bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan,
pertumbuhan pada hewan dan tumbuhan, tempat hidup makhluk hidup, dan bentuk dan
wujud benda. Hasil analisis materi yang mereka anggap sulit dan belum faham
setelah pembelajaran dan materi yang diajarkan di kelas II Sekolah Dasar Negeri
Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya menunjukan bahwa materi
yang mereka anggap masih kurang dimengerti dan sulit adalah tentang bagian-bagian
pada tumbuhan. Dari 25 siswa kelas II yang mendapatkan nilai 80 ada 6 orang
atau sebesar 24% dari jumlah seluruh siswa. Sedangkan sisanya 19 orang atau
sebesar 76% mendapat nilai kurang dari 80.
Data hasil di atas sebelum penulis menggunakan metode observasi pada
pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan. Penulis hanya menggunakan
metode ceramah dan bagian-bagian pada tumbuhan hanya cukup digambar di papan
tulis saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ini kurang
memuaskan.
Dalam pengajaran bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan, khususnya pada
bagian-bagian tumbuhan perlu adanya pengajaran yang menyajikan benda nyata.
Penyajian Enaktif misalnya, Winataputra, dkk. (2007:3.16) mengatakan ‘Penyajian
enaktif adalah penyajian yang dilakukan melalui tindakan...’. Dengan penyajian
ini sangat diperlukan oleh anak-anak yang sudah dapat mengetahui beberapa sapek
realita/kejadian tanpa menggunakan imajinasinya.
Oleh sebab itu pemahaman siswa tentang bagian-bagian tumbuhan sangat
rendah, karena belum tepatnya metode pembelajaran yang digunakan pada proses
belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam dan tidak memanfaatkan media dan model
dalam pembelajaran.
Maka berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan upaya
tindakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas II Sekolah Dasar
Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya pada pembelajaran
IPA topik mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan melalui Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul: “PENGGUNAAN METODE OBSERVASI UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA TENTANG PENGUASAAN BAGIAN-BAGIAN PADA TUMBUHAN.”
B.
Identifikasai Masalah dan
Perumusan Masalah
1.
Identifikasi Masalah
Salah satu pembelajaran ilmu Pengetahuan Alam yang harus diajarkan di
kelas II SD yaitu pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan, tetapi pada materi
ini guru dan siswa merasakan kesulitan. Hal ini dapat di tunjukan pada lemahnya
pemahaman siswa pada bagian-bagian tumbuhan dengan bimbingan langsung, serta
memberikan penjelasan terhadap bagian-bagian pada tumbuhan. Dan dibuktikan dari
data siswa kelas II SD Negeri Sirnaraja setelah di berikan penjelasan tentang
materi tersebut kemudian mengerjakan tugas, hanya sedikit anak yang mengetahui
bagian-bagian pada tumbuhan, itupun tidak semuanya di sebutkan, siswa
mengetahui bagian-bagian pada tumbuhan yaitu bagian pada daun dan akar saja,
hanya sebagian siswa yang tahu dan yang lainnya menyebutkan bahwa bagian-bagian
tumbuhan itu pada macam-macam tumbuhan seperti kangkung, jambu, padi dan
lain-lain.
Hal yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dalam pembelajaran
bagian-bagian pada tumbuhan, yaitu:
a.
Belum tepatnya metode yang
digunakan pada proses belajar mengajar dan pembelajaran bagian-bagian pada
tumbuhan.
b.
Tidak memanfaatkan media dan model
pembelajaran.
2.
Rumusan Masalah
- Rumusan masalah secara umum
Secara umum permasalahan penelitian dirumuskan: “Apakah metode
observasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bagian-bagian pada
tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten
Tasikmalaya”.
- Rumusan masalah secara khusus
Secara khusus
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1). Bagaimana guru menyusun pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan
dangan metode observasi di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya?
2). Bagaimana proses pembelajaran tentang bagian-bagian pada tumbuhan
dikelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya?
3). Bagaimana pemahaman siswa kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya terhadap bagian-bagian tumbuhan setelah
menggunakan metode observasi?
C.
Pemecahan Masalah
Untuk memahami konsep konkrit, anak memerlukan benda-benda konkrit. Dengan
disajikan benda mengenai tumbuhan (pohon yang memiliki bagian-bagian tumbuhan
yang sempurna), maka motivasi anak dalam belajar akan meningkat, sehingga
pemahaman anak akan melekat dan tahan lama bila ia belajar melalui berbuat atau
praktek langsung mengamati benda tersebut. Untuk itu guru di tuntut untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Poses pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan dengan metode observasi
pada penelitian ini dapat di jadikan solusi atau alternatif tindakan untuk meningkatkan pemahaman konsep
tentang bagian-bagian pada tumbuhan.
Siswa akan lebih paham dan tahu dengan jelas tentang bagian-bagian pada
tumbuhan secara langsung dengan mengamati pohon yang memiliki bagian-bagiannya
dan mengetahui bentuk dari tumbuhan tersebut, tidak hanya mendengarkan dan
membayangkan saja dari guru. Dengan itu siswa akan tahu dan materi yang
disampaikan guru dapat mudah dipahami.
D. Tujuan Penelitian dan
Manfaat Penelitian
- Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan pemahaman
konsep bagian-bagian pada tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
b.
Tujuan Khusus Penelitian
Secara khusus tujuan penelitian di rumuskan sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan rencana
pembelajaran konsep bagian-bagian pada tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja
Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
2.
Meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep bagian-bagian pada tumbuhan dengan menggunakan metode observasi
di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
- Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alternatif solusi dalam
meningkatkan pemahaman terhadap konsep bagian-bagian pada tumbuhan.
b.
Manfaat Praktis
1)
Bagi Siswa
Lebih
meningkatkan perhatian, menarik dan bermakna karena siswa turut aktif daklam
proses pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan pendengaran dan penglihatan
saja.
2)
Bagi Guru
Untuk mengembangkan
kemampuan dalam memilih dan merancang serta melaksanakan metode atau strategi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3)
Manfaat Kelembagaan
Penelitian ini
diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan fungsi Sekolah Dasar sebagai
lembaga pendidikan, serta memberikan umpan balik bagi pembinaan, pengembangan,
dan peningkatan mutu Sekolah Dasar.
E.
Asumsi
Untuk memahami Ilmu Pengetahuan Alam dan mencapai tujuan belajar
mengajar, setiap guru harus memiliki wawasan yang luas tentang cara, metode dan
strategi yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru juga
dituntut mengajarkan konsep Ilmu Pengetahuan Alam dengan tujuan agar siswa menerima
ilmu, menguasai pengetahuan, memiliki pengetahuan dalam menyelesaikan masalah
Ilmu Pengetahuan Alam guna memperoleh hasil yang diinginkan.
Salah satu upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut, guru SD
sebaiknya menerapkan metode observasi pada pembelajaran bagian-bagian pada
tumbuhan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran serta membantu siswa
mengetahui tentang babian-bagian pada tumbuhan dan membantu siswa dalam
memperoleh pengetahuan tentang alam semesta ini.
F. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, karakteristik pembelajaran IPA melalui
penguasaan konsep bagian-bagian tumbuhan dengan menggunakan metode observasi
dan rencana pelaksanaan dalam konteks Penelitian Kelas maka rumusan hipotesis
pada penelitian ini adalah “Apabila guru dalam pembelajaran IPA tentang konsep
bagian-bagian pada tumbuhan menggunakan metode observasi, maka kemampuan
siswa dalam mengenal bagian-bagian pada
tumbuhan di Kelas II SD Negeri Sirnaraja akan meningkat”.
G. Metode Penelitian
1.
Metode Penelitian
Penelitian ini menyangkut pembelajaran bagian-bagian utama pada
tumbuhan dengan menggunakan metode observasi. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wardhani, (2007:1.4)
menyatakan bahwa ‘Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran.’ Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada
diri guru bahwa praktik belajar yang dilakukannya selama ini dalam kelas
mendapatkan masalah yang perlu diselesaikan. Dengan kata lain bahwa ada yang harus
diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan
perbaikan tersebut di lakukan oleh guru sendiri.
Model PTK yang digunakan adalah PTK Kemmis & MC. Taggart. Adapun
alasan dipilihnya model ini adalah bentuk guru sebagai peneliti dengan siklus
berulang dan berkelanjutan. Satu kali pembelajaran identik dengan satu kali
tindakan. Yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi (pengamatan), dan
refleksi. Dengan kata lain model ini merupakan satu kesatuan antara tindakan
dan pengamatan.
2.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar siswa dari materi
bagian-bagian pada tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja sebanyak 25 orang
siswa, selanjutnya dikaji dan diteliti.
Pengumpulan data dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan cara:
a.
Melaksanakan pretes dan postes
yang diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran.
b.
Observasi terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
3.
Lokasi dan Sampel
Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sirnaraja yang terletak di
kampung Sirnaraja Desa Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
Alasan dipilihnya sekolah tersebut, penulis adalah salah seorang tenaga guru
sukarelawan yang mengajar di sekolah tersebut. ‘Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri...’
(Wardhani, 2007:1.4). Juga penulis melihat bahwa pemahaman siswa terhadap
materi bagian-bagian tumbuhan masih kurang.
b.
Sampel Penelitian
Sampel adalah “Sebagai sasaran langsung subjek penelitian” (Engkoswara,
1995:85). Penelitian ini mengambil subjek siswa, sedangkan sampel yang diambil
adalah siswa kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, yang terdiri dari
10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Konsep Pembelajaran IPA
1.
Konsep Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang yang menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku melalui usaha. Belajar pada dasarnya
merupakan peristiwa yang bersifat individual, yakni peristiwa yang terjadi dari
pengalaman individu yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Marzono, dkk.
(dalam Winataputra, 1997:11) merumuskan ’peristiwa belajar sebagai proses yang
erat kaitannya dengan proses berpikir.’ Proses ini bisanya dirancang oleh guru
dalam hal pembelajaran.
Berikut penguraian tentang apa yang di maksud dengan belajar, melalui
beberapa definisi yang terdapat dalam (Buku Psikologi Pendidikan karya
Purwanto, Ngalim 1990: 84-85).
a.
Hilgard dan Bower, dalam buku
Theories of Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
lakuitu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangna, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya.”
b.
Gagne, dalam buku The Conditions
of Learning (1977) menyatakan. “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu
sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c.
Morgan, dalam buku Introduction to
Psychology (1978) mengemukakan. “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.”
d.
Witherington, dalam buku
Educational Psychology, mengemukakan. “Belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
e.
Good dan Brophy dalam bukunya
Educational Psychology menyatakan, bahwa “Belajar bukan tingkah laku yang nampak,
tetapi terutama hanya prosesnya yang terjadi secara internal didalam diri
individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.
Dari definisi-definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli, secara
umum bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Tapi usaha kita
sebagai pendidik mengharapkan perubahan itu menuju kearah yang lebih baik.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak di anggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri seorang bayi.
Untuk dapat di sebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,
harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa
lama periode waktu itu berlangsung sulit di tentukan dengan pasti, tetapi
perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun, ini berarti
kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan
oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan
seseorang, yang biasanya hanya berlangsung semantara.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikhis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Belajar sains sangat dibutuhkan peran siswa dalam artian siswa dan guru
saling mempengaruhi. Disini guru berperan sebagai fasilitator, pentransfer ilmu
dan sebagai pendiagnosis bagi siswa. ‘belajar sains merupakan proses
konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa’. (piaget dalam
Sutarno, 2008:8.8). tentu peran siswa disini sangat penting agar pembelajaran
lebih kondusif, aktif dan kreatif.
Belajar tidak harus dibatasi dengan sekolah, belajar dapat terjadi
dimana saja, kapan saja, dan apa saja. Secara psikologis belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan. Udin S Winataputra (2007:3.8) menyatakan ‘Menurut teori belajar
kognitf pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala
sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahannya
atas dirinya sendiri’. Teori kognitif merupakan
aspek yang berhubungan dengan lingkungannya sehingga dapat berinteraksi
secara langsung.
Jadi belajar IPA merupakan hubungan interaksi yang berhubungan dengan lingkungan
sebagai materi yang sangat dominan.
2.
Konsep Mengajar IPA
“Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman
yang dimiliki kepada peserta didik.” (Hudojo, 1988:5). Tujuan mengajar adalah
yang diharapkan oleh pendidik apa yang disampaikannya dapat dimengerti dan
dipahami oleh peserta didik. Semua ini dapat dipenuhi bila pengajar mampu
memberikan fasilitas belajar yang nyaman dan baik sehingga dapat terjadi proses
belajar yang baik pula. Sudjana (dalam Rosmiati, 2003:16) menyatakan bahwa
‘Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa serta mengatur dan mengkoordinasikan
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga mendorong dan menumbuhkan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar.’ Jadi, pada dasarnya mengajar merupakan
proses mengembangkan kemampuan siswa melalui interaksi antara pendidik dan
peserta didik.
Mengajar adalah suatu kegiatan dimana seorang pengajar menyampaikan
materi yang akan diajarkannya serta memiliki tujuan sehingga apa yang diajarkan
dapat dimengerti oleh siswa. Seperti diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2002:94)
menyatakan ‘Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa’. Penyampaian disini bisa
diartikan pemindahan ilmu atau pentransferan ilmu dari guru kepada siswa.
Menurut Wina Sanjaya (2002:94) menyatakan’...mentransfer dalam konteks ini
diartikan sebagai proses menyebarluaskan...’. Seperti diungkapkan oleh Smith
(1987) dalam Wina Sanjaya (2002:94) menyatakan ‘ Bahwa mengajar adalah
menanamkan suatu pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting
knowledge or skill).
Gagne (dalam
Adriana, S 2007:11) mengemukakan. Delapan langkah model mengajar yang sering
disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi
:
- Mengaktifkan Motivasi (activating motivation)
- Memberi tahu siswa tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
- Mengarahkan perhatian (directing motivation)
- Merangsang ingatan (stimulating recall)
- Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
- Meningkatkan retensi (enhancing retention)
- Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
- a. Mengeluarkan perbuatan (electing performance)
b.
Memberi umpan balik (providing
feedback)Mengajar IPA pada
Tingkat SD sangat penting untuk mengetahui tentang IPA, memahami
tentang dasar-dasar IPA yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari.
Depdikbud (1994:2) mengemukakan ‘Pengajaran IPA pada tingkat SD
bertujuan agar siswa memahami pengertian-pengertian dasar IPA dan saling
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta memahami ligkungan alam,
(tumbuhan, hewan, manusia, alam fisik, dan lingkungan lainnya).
Hasibuan dan Moedjiono (1999:3) juga mengatakan ’mengajar adalah
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.’
Sistem lingkungan disini didalamnya terdapat hasil yang ingin dicapai, materi
yang telah diajarkan guru, guru dan siswa saling berinteraksi, serta sarana dan
prasarana dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Hal ini dikemukakan juga oleh beberapa ahli dalam internet yang ditulis
oleh Adrian. http://re-searchengines.com/art05-65.html.
Pengertian Mengajar Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah “
suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat
menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu “. Tyson
dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with
students ... A process of interaction . the teacher does something to student,
the students do something in return.’ Dari definisi itu tergambar bahwa
mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara
siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat
bahwa mengajar adalah “suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses
belajar”. Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah .’any action performed
by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another
individual (the learner)’. Yang berarti mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau
memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga
macam pengertian yaitu : a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan
sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal
ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan
kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan
tanggungjawab pengajar. b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti .
the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan
mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai
macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya. c.
Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna
dan pemahamannya sendiri.
Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan
tujuan pengajaran tercapai.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar adalah
suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang
dimiliki kepada peserta didik.” (Hudojo, 1988:5). Tujuan mengajar adalah agar
pengetahuan yang disampaikan itu dipahami oleh peserta didik. Mengajar yang
baik itu hanya jika hasil belajar peserta didik baik. Semua ini dapat dipenuhi
bila pengajar mampu memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga dapat
terjadi proses belajar yang baik pula. Sudjana, 1996:3 (dalam Rosmiati,
2003:16) menyatakan bahwa ‘Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar
serta mengatur dan mengkoordinasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa
sehingga mendorong dan menumbuhkan dalam melakukan kegiatan belajar’. Jadi,
pada dasarnya mengajar adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan
siswa melalui interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.
- Konsep Pembelajaran
Belajar
dan mengajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembelajaran. Djamarah dan Zain. (2002:10) menyatakan:
Belajar mengajar merupakan selaku suatu sistem
instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang
saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem,
belkajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa,
guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen
yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi
kerjasama. Karena itu gugu tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen
tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tapi ia harus
mempertimbangkan komponen sacara keseluruhan.
Pendapat lainnya diungkapkan oleh Suprihantomo (2006) bahwa
“Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru
untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan ”tahu” terhadap
pengetahuan dan akhirnya “mampu” melakukan sesuatu.”
Fountana (dalam Suherman, 2001:8) mengemukakan ‘Pembelajaran
merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansas agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal’.
Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah ”proses
pendidikan dalam lingkungan persekolahan, sehingga arti dalam proses pembelajaran
adalah proses sosialisasi individu dengan lingkungan sekolah.” Suherman (2001:9).
Menurut konsep komunikasi “pembelajaran adalah proses
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa
yang bersangkutan. Dalam pembelajaran guru berperan sebagai komunikator, siswa
sebagai komunikasi, dan materi dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu
pengetahuan.” Suherman (dalam skripsi, 2006:21).
B.
Hakikat Ilmu Pengetahuan
Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA dikembangkan untuk inkuiri dan berbuat sehinga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan
IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan
standar minimum secara nasional yang harus dicapai oleh peserta didik dan
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun
kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Mata Pelajaran IPA di ajarkan di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestrikan
lingkungan alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, memperoleh bekal pengetahuan,
konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar unuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs.
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut.
1.
Makhluk hidup dan proses
kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3.
Energi dan perubahannya meliputi:
gaya, bunyi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
C. Konsep Tentang Metode dan Observasi pada Pembelajaran IPA
- Konsep Tentang Metode
Metode merupakan bagian dari strategi dalam pembelajaran. Menurut
Undang G. (1997:16) menyatakan bahwa ‘Metode merupakan kumpulan dari sejumlah
tekhnik, taktik, atau cara kerja dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan
yang telah dirumuskan’. Dengan demikian metode sangat penting digunakan dalam
pembelajaran guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. ‘Metode merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.’
(Fatturahman, P dan Sutikno, M. Sobry, 2007:15).
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan dengan
penggunaan yang bervariasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai.
(Fatturahman, P dan Sutikno, M. Sobry 2007:15) menyatakan ‘menguasai metode
mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar
dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat’. Jadi selain
penggunaan metode yang bervariasi tanpa menguasai secara tepat maka kemungkinan
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
Syaiful Bahri
Djamarah dan Winarno Surakhmad (dalam Faturahman, P dan Sutikno, M. Sobry
2007:15) mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi metode mengajar,
yakni:
1. Tujuan dengan berbagai janis dan fungsinya;
2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya;
3. Situasi berlainan dengan keadaannya;
4. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya;
5. Kepribadiab dan kompetensi guru yang berbeda-beda.
Fungsi metode mengajar dalam keseluruhan sistem pengajaran adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran disini
berfungsi sebagai acuan kita untuk menentukan metode mengajar yang akan
digunakan. Strategi memilih metode pengajaran terletak pada kemampuan kita
dalam mengembangkan dan merumuskan tujuan yang akan dicapai. Metode dibedakan
dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan,
sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan
yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses
tersebut digunakan beberapa metode. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk mencapai keberhasilan suatu tujuan
pembelajaran.
- Hakikat Observasi
Observasi merupakan aktivitas
merekam kejadian atau peristiwa dan fenomena dengan menggunakan alat indra.
Rekaman dalam observasi diwarnai olah latar belakang pengetahuan dan pengalaman
orang yang melakukan observasi, sehingga apa yang direkam mengenai obyek yang
sama belum tentu sama hasilnya.
Berbagai pengertian observasi menurut pendapat para ahli dalam (Buku
Observasi dan Micro Teaching, Karya Atikah, Ikah dan Sukmana, Eddy 2005:1).
Diantaranya ialah :
- Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala subyek yang dielidiki, baik pengamatan itu dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi yang khusus diadakan. (Winarno Surachmad,1994 : 162 ).
- Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena yang diselidiki. (Sutrisno Hadi, 1997 : 136)
- Observasi adalah satu cara untuk mengadakan pengamatn secara langsung terhadap keadaan lingkungan secara sistematis. (Wayan Nurkencana,Sumartana,1996 : 42)
- Obsevasi adalah suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena dan gejala-gejala psikhis dengan pengamatan dan pencatatan. (Kartini Kartono, 1996 : 42)
- Observasi adalah suatu pengamatan terhadap gejala-gejala, peristiwa, atau kejadian yang dilihat dan dirasakan dengan indera. (Ahmad Supardi, 1994:30).
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan observasi adalah : Merupakan cara yang utama untuk mengamati tentang
kejadian kejadian obyek peneliti secara langsung.
Metode observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistimatik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam
objek penelitian.
Tujuan dari observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif
mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Dari segi metode penyampaian pengalaman belajar mengajar yang lebih
efektif menurut penulis ialah metode observasi, sebab dengan metode tersebut
anak akan diajak langsung mengamati benda atau apa yang ia belum ketahui
langsung pada objeknya.
Keuntungannya tentu untuk memberikan pengetahuan dengan mengamati
langsung terhadap objek yang diamati untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
dengan data yang tepat.
Kelemahannya, bila dilakukan dikelas rendah tanpa pengawasan yang lebih
optimal maka siswa akan tidak dapat dikendalikan dan pengamatan yang dilakukan
tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk itu guru diharapkan bekerjasama dan betul-betul membimbing anak
dengan sebaik mungkin agar proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan yang diharapkan.
D.
Deskripsi Materi
Pembelajaran Mengenal Bagian-Bagian Utama pada Tumbuhan.
Mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan adalah salah satu materi
bagian dari mengenal bagian-bagian utama pada hewan dan tumbuhan yang diberikan
di kelas II SD Semester I sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Deskripsi
materi pembelajaran itu dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Mengingat kembali bagian-bagian
utama pada tumbuhan.
a.
Akar
b.
Batang
c.
Ranting
d.
Daun
e.
Bunga
f.
Buah.
2.
Mengingat kembali kegunaan dari
bagiaan-bagian utama pada tumbuhan.
3.
Menggunakan metode observasi pada
pembelajaran mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan.
4.
Menyelesaikan soal LKS dan tes
dari hasil pengamatan.
E.
Efektifitas Pembelajaran
Mengenal Bagian-Bagian Utama pada Tumbuhan dengan Menggunakan Metode Observasi.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi (hubungan timbal balik)
antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran tersebut guru memberikan
bimbingan dan menyediakan bebagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar
dan memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai kegiatan dan
tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang
lebih baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan memperoleh hasil belajar
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh metode atau
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
kegiatan belajar mengajar dengan berbagai metode yang bervariasi yang ditempuh
oleh seorang guru kepada siswanya dalam mencapai tujuan pengajaran atau materi
pelajaran.
Dengan ditetapkannya suatu metode dalam proses pembelajaran maka akan
tercipta suatu proses pembelajaran yang efektif guna mencapai keberhasilan
tujuan pembelajaran.
Proses belajar mengajar menekankan agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri fakta, konsep atau prinsip, serta menumbuhkan sikap dan nilai. Salah
satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menerapkan metode
observasi pada pembelajaran.
Penggunaan metode observasi dengan tepat dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan. Efektifitas
pembelajaran ditunjukan dengan keterlibatan siswa secara efektif, kreatif dan
mengamati secara langsung.
Metode observasi merupakan upaya untuk membantu siswa agar aktif dalam
proses belajar mengajar. Juga dapat dimanfaatkan sebagai satu sarana untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dan
menghilangkan kejenuhan sejenak dengan belajar diluar kelas. Disamping itu,
metode observasi merupakan suatu alternatif metode yang sesuai dengan materi
pelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini menyangkut pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan
dengan menggunakan pendekatan metode observasi. Metode penelitian yang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Wardhani, (2007:1.4) menyatakan ‘Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran.’ Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya
kesadaran pada diri guru bahwa praktik belajar yang dilakukannya selama ini
dalam kelas mendapatkan masalah yang perlu diselesaikan. Dengan kata lain bahwa
ada yang harus diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama
ini, dan perbaikan tersebut di lakukan oleh guru sendiri.
Model PTK yang digunakan adalah PTK Kemmis & MC. Taggart. Adapun
alasan dipilihnya model ini adalah bentuk guru sebagai peneliti dengan siklus
berulang dan berkelanjutan. Satu kali pembelajaran identik dengan satu kali
tindakan. Yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi (pengamatan), dan
refleksi. Dengan kata lain model ini merupakan satu kesatuan antara tindakan
dan pengamatan.
Sebagaimana dijelasakan di atas jenis siklus PTK yang akan digunakan
adalah model Kemmis & MC. Taggart. Dengan uraian sebagai berikut :
|
Bagan 3.1
Bagan Alur PTK
menurut Kemmis & MC. Taggart.
(Adaptasi dari
Budi Susetyo)
Penjelasan alur siklus rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada
gambar tersebut sebagai berikut :
1.
Perencanaan
a)
Peneliti mengemukakan permasalahan
dan rencana pemecahan kepada kepala sekolah. Peneliti dan kepala sekolah
mendiskusikan permasalahan, serta waktu pelaksanaan kegiatan PTK.
b)
Mengkaji materi pokok tentang
bagian-bagian pada tumbuhan.
c)
Menetapkan suatu metode yang tepat
pada pembelajaran bagian-bagian tumbuhan.
d)
Membuat instrumen untuk penelitian
tindakan kelas meliputi : a) Pembuatan rencana pembelajaran. b) Melaksanakan
observasi langsung kepada pohon. c) Pembuatan lembar observasi untuk mengkaji
aktivitas siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. d) Pembuatan alat
evaluasi untuk melihat perubahan yang telah dicapai dan peningkatan kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran. e) Pembuatan soal.
2.
Implementasi Tindakan
a)
Setelah dicapai kesempatan dan
kesiapan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan persiapan dan persyaratan
pelaksanaan PTK, maka dilakukan tes awal untuk mengemukakan pemahaman siswa
sebelum pembelajaran dimulai.
b)
Peneliti menganalisis hasil tes
awal.
c)
Melaksanakan rancangan
pembelajaran sesuai dengan siklus dan fokus tindakan yang telah ditetapkan.
d)
Observasi pembelajaran pada setiap
siklus adalah mengoptimalkan kualitas penggunaan metode observasi.
3.
Observasi dan Interpretasi
Observasi dan interpretasi dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :
a)
Pemahaman pengetahuan awal siswa
tentang bagian-bagian tumbuhan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dengan
menggunakan metode observasi.
b)
Kinerja guru dalam menggunakan
metode observasi dalam pembelajaran.
c)
Kinerja guru dalam memfasilitasi
siswa selama proses pembelajarn berlangsung.
d)
Kinerja siswa dalam mengkonstruksi
pembelajaran IPA tentang bagian-bagian tumbuhan.
4.
Analisis dan Refleksi
Hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa dianalisis dengan
sasaran sebagai berikut :
a.
Target analisis terhadap data awal
siswa merupakan profil pemahaman siswa terhadap bagian-bagian tumbuhan.
b.
Target analisis terhadap data
kinerja guru merupakan suatu yang dilakukan guru dalam menggunakan metode
observasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bagian-bagian
tumbuhan.
c.
Target analisis terhadap data
kinerja siswa merupakan perubahan yang telah dialami siswa terhadap pemahaman
tentang bagian-bagian tumbuhan, hal-hal yang menjadi kendala dalam peningkatan
pemahaman serta hal-hal yang dapat menunjang terhadap peningkatan pemahaman siswa
terhadap bagian-bagian tumbuhan.
Refleksi dalam Bahasa Indonesia menurut Wiriaatmadja (2006:27)
menyatakan ‘Refleksi adalah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu’. Jadi
peneliti mengharapkan dan menghasilkan tindakan yang lebih baik dari hasil refleksi
yang dilakukan.
Kemudian peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis yang telah
diuraikan diatas.
a.
Refleksi melalui tekhnis analisis,
sintesis, deduksi, dan induksi terhadap hasil tindakan dan temuan observasi.
Dalam hal ini difokuskan terhadap titik-titik rawan kegiatan yang menghambat
upaya perbaikan peningkatan pemahaman siswa atau perlu ditingkatkan upaya
perbaikan secara optimal. Kegiatan dilaksanakan pada sebelum, sedang dan
sesudah tindakan pembelajaran dilakukan.
b.
Bersdasarkan hasil refleksi
peneliti merumuskan hipotesis tindakan baru atau rekomendasi tindakan untuk
pembelajaran yang lebih baik.
B.
Rencana Penelitian
- Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri Sirnaraja yang terletak di kampung Sirnaraja Desa
Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Alasan dipilihnya
sekolah tersebut, penulis adalah salah seorang tenaga guru sukarelawan yang
mengajar di sekolah tersebut.
- Subjek Penelitian
Penelitian
dilakukan di SD Negeri dengan subjek penelitian siswa kelas II SD Negeri
Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 25 orang siswa
yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.
C.
Variabel Penelitian
- Variabel Input :
§
Kemampuan guru pada
pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan sebelum menggunakan metode observasi.
§
Pemahaman siswa pada
pembelajaran begian-bagian pada tumbuhan sebelum menggunakan metode observasi.
§
Aktivitas siswa dan
keterampilan siswa terhadap materi bagian-bagian pada tumbuhan sebelum
menggunakan metode observasi.
- Variabel proses :
Tindakan guru
melaksanakan dan mengelola pembelajaran bagian-bagian tumbuhan dengan
menggunakan metode observasi, yang didalamnya guru dapat mengaktifkan dan
memfasilitasi siswa sehingga pemahaman terhadap bagian-bagian pada tumbuhan
akan lebih meningkat.
- Variabel output :
§
Kemampuan guru dalam
menggunakan metode observasi.
§
Peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi bagian-bagian pada tumbuhan setelah menggunakan metode
observasi.
§
Peningkatan hasil belajar
siswa dalam materi bagian-bagian pada tumbuhan setelah menggunakan metode
observasi.
D.
Data dan Tekhnik
Pengumpulannya
1.
Pengumpulan Data dilakukan
dengan cara:
a.
Observasi
Observasi
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung meliputi aspek: rencana
pembelajaran, kegiatan guru, kegiatan siswa, dan hasil belajar siswa.
b.
Tes
Pelaksanaan
tes pada materi mengenal bagian-bagian tumbuhan meliputi: 1) Pre tes
dilaksanakan diawal kegiatan penelitian, dan 2) Pos tes dilaksanakan waktu
melaksanakan penelitian.
2.
Tekhnik pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data selama penelitian tindakan kelas dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Metode Pengumpulan
Data
No
|
Jenis Data
|
Cara Pengumpulan
|
Instrumen
|
1
|
Pengetahuan awal siswa tentang
mengenalbagian-bagian tumbuhan
|
Dilakukan pada kegiatan tes
awal
|
Lembar soal tes
|
2
|
Kemampuan guru dalam merancang
silabus dengan menggunakan Metode Observasi
|
Observasi terhadap dokumen
rencana pembelajaran
|
Lembar observasi pembelajaran
|
3
|
Kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran mengenal bagian-bagian tumbuhan dengan menggunakan
metode observasi
|
Observasi terhadap proses
pembelajaran
|
Lembar observasi pembelajaran
|
4
|
Penguasaan materi dan
peningkatan hasil belajar siswa pada materi mengenal bagian-bagian pada
tumbuhan
|
Tes akhir setelah setiap
kegiatan pembelajaran
|
lembar soal
|
Sumber : Hapid Mulyadi (2005)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Analisis dan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan temuan-temuan dari hasil penelitian yang
telah dilaksanakan di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam materi pokok makhluk hidup dan
proses kehidupan topik mengenal bagian-bagian pada tumbuhan masih jauh dari
memuaskan, apalagi bila dikaitkan dengan tuntutan belajar tuntas bahwa setiap
siswa sekurang-kurangnya harus menguasai 75% dari materi yang diajarkan. Maka
penulis bersama-sama dengan kepala sekolah dan rekan sejawat membicarakan
tentang hal yang berkaitan tentang peningkatan pemahaman siswa kelas II SD
Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya pada pembelajaran
mengenal bagian-bagian pada tumbuhan. Adapun hasil pembicaraan peneliti sebagai
berikut:
1.
Diperoleh metode yang tepat dalam
pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja
Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
2.
Ditentukan cara membuat rancangan
atau skenario pembelajaran yang tepat pada pembelajaran bagian-bagian pada
tumbuhan dengan metode observasi di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
3.
Ditentukan kinerja yang baik bagi
penulis sebagai guru kelas II dalam mengelola pelajaran di kelas II SD Negeri
Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupten Tasikmalaya.
4.
Diharapkan dapat menemukan Faktor
yang bisa mendukung dan menghambat dalam pembelajaran mengenal bagian-bagian
pada tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten
Tasikmalaya.
a.
Profil SD Negeri Sirnaraja.
1.
Identitas
a.
Nama Sekolah : SD Sirnaraja
b.
No. Statistik Sekolah : 101021212016
c.
Alamat Sekolah
Jalan :
Sirnaraja
Desa :
Sirnaraja
Kecamatan :
Cigalontang
Kabupaten :
Tasikmalaya
Propinsi :
Jawa Barat
Kode Pos :
46463
d.
Status Sekolah : Negeri
e.
Waktu Penyelenggaraan : Pagi
f.
Gugus Sekolah : Inti
g.
Tahun Berdiri : 1918
Secara geografis letak SD Sirnaraja dari pusat kota kabupaten ±23km,
sedangkan dari pusat kota kecamatan ±5km. Jadi letak SD Negeri Sirnaraja berada
di daerah pedesaan.
2.
Denah Tanah dan Bangunan
Tanah H.
Omay
---------------------------------------------------------------------
Tanah H. Hadia Putra / Lilis
Puzawati
Gambar 4.1
|
b.
Karateristik Siswa dan Profil Guru
Kelas II
Karakteristik siswa kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya digambarkan ke dalam dua hal, yakni jenis
kelamin dan prestasi akademik.
Untuk lebih jelasnya dari kedua hal tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.1 dan 4.2
Tabel 4.1
Berdasarkan Jenis
Kelamin
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Presentase
%
|
1
|
Laki-laki
|
10
|
40%
|
2
|
Perempuan
|
15
|
60%
|
|
Jumlah
|
25
|
100%
|
Tabel 4.2
Berdasarkan
Prestasi Akademik
No
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Presentasi
|
1
|
Pandai
|
6
|
24%
|
2
|
Sedang
|
14
|
64%
|
3
|
Kurang
|
5
|
12%
|
|
Jumlah
|
25
|
100%
|
|
Gambar 4.2
1.
Profil Guru Kelas II
Nama :
Fitri Fauziah Nur Am.Apd
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan
Keguruan : D-2 PGTK
tahun 2006 di UPI Tasikmalaya
Mulai Mengajar : 28 Juli 2006
Status di SD
Negeri : Guru
Sukarelawan
Dilihat dari profil diatas pengalaman belajar masih kurang dan belum
sempurna dalam mengajar IPA di Kelas II.
c.
Pelaksanaan Tes Awal.
1)
Perencanaan Tes awal.
Tes awal dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 25 September 2008. Dengan waktu ±10 menit, pada tahap ini
penulis merancang lembar alat tes dengan bahan ajar yang akan penulis sajikan
pada tindakan penelitian siklus I, II, III (pembelajaran 1, 2, dan 3) mengenai
pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan pada kegiatan tes awal
direncanakan siswa akan mengerjakan soal yang telah disusun oleh penulis.
2)
Proses pelaksanaan tes awal.
Pelaksanaan awal tindakan mengadakan kegiatan tes awal dengan maksud
untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam memahami materi pada pembelajaran
mengenal bagian-bagian pada tumbuhan. Bahan tes awal adalah materi pokok yang
akan penulis sajikan pada siklus I, II, III (pembelajaran 1, 2, dan 3).
Tes awal terdiri dari 10 soal pilihan ganda waktu tersedia 10 menit.
Dari 25 orang siswa, 7 orang dapat menyelesaikan semua soal, 14 orang dapat
menyelesaikan 3 soal, dan 4 orang menyelesaikan 1 soal.
Pada tahap ini kerjasama dengan kawan sejawat pun mulai dilaksanakan,
dan berperan sebagai observer pada seluruh kegiatan siswa.
d.
Faktor Pendukung dan
Penghambat Tes Awal
1)
Faktor Pendukung Tes Awal
a.
Ketertiban siswa kelas II
merupakan pendukung utama lancarnya kegiatan disiplin dan penuh perhatian dalam
mengerjakan tes. Selama kegiatan berlangsung tidak ada satu orangpun siswa yang
keluar kelas untuk meminta izin. Suasana seperti ini sangat mendukung terhadap
kondisi tes yang penulis inginkan. Dengan demikian proses pelaksasnaan tes secara
umum berlangsung tertib.
b.
Rekan sejawat ikut dalam
pelaksanaan tes, dan berperan sebagai sebagai observer selama tes berlangsung.
c.
Fasilitas yang tersedia seperti:
papan tulis, penggaris dan alat-alat tulis siswa sangat mendukung terhadap
lancarnya kegiatan tes awal.
2)
Faktor penghambat tes awal
1)
Siswa melaksanakan tes belum
terbiasa diawasi oleh guru lain sehingga siswa merasa tegang dan kaku dalam
mengerjakan soal tes dan konsentrasi siswa berkurang.
2)
Guru kelas belum terbiasa
memberikan tes dengan alokasi waktu yang terbatas, sehingga siswa terbebani dan
waktu untuk mengerjakan soal terbatas.
3)
Alat-alat tulis siswa yang tidak
lengkap mempengaruhi terhadap kelancaran tes awal.
e.
Refleksi Berdasarkan Tes
Awal
Untuk mengkaji data yang telah terkumpul dan
mendapatkan kesimpulan dari tes awal yang telah dilakukan penulis mengkaji
kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tes awal. Pelaksanaan tes awal belum dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran mengenal bagian-bagian utama
pada tumbuhan. Oleh karena itu, penulis merefleksikan tes awal sebagai berikut:
Kelebihan Tes Awal Berdasarkan Tes Awal
Pemahaman Siswa Pada
Pembelajaran
Mengenal Bagian-bagian Utama
pada Tumbuhan
|
Pemahaman Siswa Dengan Metode
Observasi
|
Ø
Hanya sedikit orang yang
mengetahui bagian utama pada tumbuhan
Ø
Tidak ada satu orang pun
yang mengetahui fungsi dari bagian utama pada tumbuhan
Ø
6 siswa mengetahui bahwa
buah berasal dari bunga.
|
Ø
Siswa terkecoh dengan
pemahaman antara batang dan ranting
Ø
Siswa asing dengan metode
observasi karena mengamati pohon langsung
|
Bagan 4.1 Kelebihan Siswa
Kelemahan Siswa Berdasarkan Tes Awal
Pemahaman Siswa Pada
Pembelajaran
Mengenal Bagian-bagian Utama
pada Tumbuhan
|
Pemahaman Siswa Dengan Metode
Observasi
|
Ø
Sebagian orang tidak
mengetahui bagian utama pada tumbuhan
Ø
Pada umumnya siswa belum
dapat mengetahui fungsi dari bagian utama pada tumbuhan
Ø
Sebagian siswa tidak
mengetahui bahwa buah berasal dari bunga.
|
Ø
Sebagian siswa masih
biungung dengan pemahaman antara batang dan ranting
Ø
Pada umumnya siswa masih
asing dengan metode observasi karena mengamati pohon langsung
|
Bagan 4.2 Kelemahan Siswa
B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian
1.
Tindakan Penelitian Siklus
I
a.
Perencanaan Tindakan
Penelitian Siklus I
Perencanaan yang disusun pada tindakan penelitian siklus 1 adalah
sebagai berikut:
1)
Menganalisa materi pelajaran
2)
Membuat rencana pembelajaran
dengan scenario kegiatan siswa dikelompok, sehingga pembelajaran akan aktif.
3)
Membuat alat peraga (jenis-jenis
bangun datar, model lingkaran, gambar urutan kegiatan penerapan pendekatan luas
daerah persegi panjang).
4)
Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)
untuk kegiatan kelompok.
5)
Membuat alat evaluasi untuk
melaksanakan pretes dan postes.
6)
Membuat lembar observasi untuk
mengobservasi kegiatan belajar mengajar sebagai bahan refleksi.
b.
Proses Tindakan Penelitian
Siklus I
Penelitian pertama, materi yang diberikan mengenai bagian-bagian utama
pada tumbuhan dengan menggunakan metode observasi. Sebelum materi diberikan
terlebih dahulu dilakukan pretes dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa pada pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan.
Proses pembelajaran pada siklus 1 meliputi kegiatan guru mengajar dan
siswa belajar, penulis paparkan pada bagan berikut:
PROSES
PEMBELAJARAN SIKLUS I
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Pembelajaran 1
Apersepsi
1.
Guru mengawali pembelajaran
dengen mengenalkan bagian-bagian utama pada tumbuhan.
2.
Guru menjelaskan tujuan akhir
pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa.
Kegiatan Inti
1.
Guru menyajikan pembelajaran
dengan menjelaskan bagian utama pada tumbuhan.
2.
Guru menggambar dan menjelaskan
bagian dari awal terjadinya pertumbuhan terlebih dahulu.
3.
Guru menjelaskan sampai awal
terjadi kembali pertumbuhan pada tumbuhan.
4.
Guru membagi siswa kedalam 5
kelompok belajar siswa (masing-masing beranggotakan 5 orang).
5.
Guru mengajak siswa keluar kelas
untuk mengamati pohon.
6.
Guru membagikan lembar kerja
siswa.
Kegiatan Akhir
1.
Guru menyimpulkan materi
pembelajaran mengenal bagian utama pada tumbuhan.
2.
guru mengadakan evaluasi untuk
mengukur kemajuan pada siswa.
|
Pembelajaran 1
Apersepsi
1.
Siswa mengamati macam-macam
bagian utama pada tumbuhan serta menyebutkannya.
2.
Siswa menyimak penjelasan guru
dalam menyampaikan tujuan sebagai bahan motivasi.
Kegiatan Inti
1.
Siswa mengamati apa yang
diterangkan oleh guru.
2.
Siswa memperhatikan gambar
bagian tumbuhan yang disajikan guru.
3.
Siswa menyebutkan kembali
bagian-bagian tumbuhan dari awal.
4.
Siswa berkelompok.
5.
Siswa keluar kelas dengan
kelompoknya masing-masing untuk mengamati pohon.
6.
Siswa melaksanakan kerja
kelompok sesuai dengan petunjuk kegiatan melalui pengamatan, setelah selesai
siswa menyerahkan hasil kerja kelompoknya.
Kegiatan Akhir
|
Bagan 4.3 Aktivitas
Guru dan Siswa
c.
Hasil Tindakan Penelitian
Siklus I
Mengelola pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan dituntut
ketepatan, keuletan, dan ketelitian. Setiap siswa dilayani baik secara individu
maupun kelompok. Pemberian penguatan baik berupa pujian dan sanjungan sangat
membantu memotivasi siswa.
Berikut hasil observasi dan hasil tes pembelajaran mengenal
bagian-bagian utama pada tumbuhan pada siklus I.
Tabel 4.3
Hasil Penilaian
Tindakan Pembelajaran I
NO
|
KODE
SISWA
|
NILAI
|
JML
|
RATA
RATA
|
|
LKS
|
TES
|
||||
1
|
S.1
|
66.6
|
100
|
166.6
|
83.3
|
2
|
S.2
|
66.6
|
70
|
136.6
|
68.3
|
3
|
S.3
|
66.6
|
90
|
156.6
|
78.3
|
4
|
S.4
|
83.3
|
70
|
153.3
|
76.65
|
5
|
S.5
|
66.6
|
60
|
126.6
|
63.3
|
6
|
S.6
|
66.6
|
60
|
126.6
|
63.3
|
7
|
S.7
|
83.3
|
40
|
123.3
|
61.65
|
8
|
S.8
|
83.3
|
90
|
173.3
|
86.65
|
9
|
S.9
|
83.3
|
50
|
133.3
|
66.65
|
10
|
S.10
|
66.6
|
50
|
116.6
|
58.3
|
11
|
S.11
|
83.3
|
40
|
123.3
|
61.65
|
12
|
S.12
|
83.3
|
90
|
173.3
|
86.65
|
13
|
S.13
|
66.6
|
60
|
126.6
|
63.3
|
14
|
S.14
|
83.3
|
60
|
143.3
|
71.65
|
15
|
S.15
|
66.6
|
60
|
126.3
|
63.3
|
16
|
S.16
|
83.3
|
40
|
123.3
|
61.65
|
17
|
S.17
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
18
|
S.18
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
19
|
S.19
|
83.3
|
50
|
133.3
|
66.65
|
20
|
S.20
|
66.6
|
50
|
116.6
|
58.3
|
21
|
S.21
|
83.3
|
90
|
173.3
|
86.65
|
22
|
S.22
|
83.3
|
60
|
143.3
|
71.65
|
23
|
S.23
|
83.3
|
50
|
143.3
|
66.65
|
24
|
S.24
|
83.3
|
40
|
123.3
|
61.65
|
25
|
S.25
|
66.6
|
60
|
126.6
|
63.3
|
|
Jumlah
|
1915.5
|
1635
|
5.095.2
|
2342.45
|
|
Rata-rata
|
76.62
|
65,4
|
203.80
|
93.69
|
|
Nilai Tertinggi
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
|
Nilai terendah
|
66.6
|
40
|
116.6
|
58.3
|
d.
Faktor Pendukung dan
Penghambat pada Siklus I
a)
Faktor Pendukung
1)
Ketertiban siswa kelas II
merupakan pendukung utama lancarnya kegiatan disiplin dan penuh perhatian dalam
mengerjakan tes. Selama kegiatan berlangsung tidak ada satu orangpun siswa yang
keluar kelas untuk meminta izin. Suasana seperti ini sangat mendukung terhadap
kondisi tes yang penulis inginkan. Dengan demikian proses pelaksasnaan tes secara
umum berlangsung tertib.
2)
Guru kelas II terlibat secara
langsung pada waktu pelaksanaan tindakan pembelajaran I, memotivasi siswa baik
pada waktu mengikuti proses pembelajaran maupun pada waktu mengerjakan soal
tersebut.
3)
Fasilitas yang tersedia seperti:
papan tulis, penggaris dan alat-alat tulis siswa sangat mendukung terhadap
lancarnya kegiatan tes awal.
b)
Faktor Penghambat
1)
Siswa melaksanakan tes belum
terbiasa diawasi oleh guru lain sehingga siswa merasa tegang dan kaku dalam
mengerjakan soal tes dan konsentrasi siswa berkurang.
2)
Kurangnya kreativitas guru dalam
mengembangkan metode observasi.
3)
Alokasi waktu yang sangat terbatas
sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai.
e.
Data Siklus I
1)
Data Perencanaan Pembelajaran
Tindakan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan pada hari senin
tanggal 17 Nopember 2008 pukul 07.30-08.50.
Rencana pembelajaran disusun secara sistematis berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) standar kompetensi Mata Pelajaran IPA kelas II
Sekolah Dasar (Rencana Pembelajaran Terlampir) dari observasi terhadap rencana
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4
DATA HASIL
OBSERVASI RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS I
No
|
Aspek Yang di Amati
|
Ya
|
Tidak
|
Ket.
|
1
|
Kelengkapan Identitas
|
√
√
√
√
|
|
|
2
|
Aspek Kurikulum
|
√
√
√
√
|
|
|
3
|
Strategi pembelajaran
|
√
√
√
|
√
|
|
4
|
Metode dan Sumber Belajar
|
√
√
√
√
|
|
|
5
|
Evaluasi
|
√
√
√
|
√
|
|
Kepala Sekolah
SD N Sirnaraja,
Lilis Puzawati S.Pd
NIP. 131 012 696
|
Observer,
Dede Hayati K.H
NIP. 132 085 180
|
Dari data diatas ada lima aspek yang
menjadi fokus observasi untuk rencana pembelajaran belum terpenuhi sepenuhnya.
Untuk aspek identitas telah memenuhi aspek yang diharapkan, karena keempat
criteria yang ditentukan dalam kelengkapan identitas semuanya telah tercantum.
Untuk aspek kurikulum rencana
pembelajaran telah memenuhi aspek yang diharapkan sebagaimana Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Aspek yang ketiga strategi pembelajaran
dari keempat aspek yang diamati, satu aspek yang belum memenuhi harapan.
Seharusnya guru menyesuaikan dengan alokasi waktu dengan pembahasan materi.
Aspek yang keempat semuanya sudah
memenuhi harapan dari tuntutan KTSP, dan Aspek yang kelima ada satu aspek yang
belum memenuhi harapan yaitu guru dalam menilai jawaban siswa tidak
mencantumkan criteria penilaian. Seharusnya kriteria itu dicantumkan supaya
dalam menilai guru memiliki standar nilai.
2) Data Pelaksanaan Pembelajaran
Pada kegiatan pembelajaran ini dilakukan
pengamatan terhadap kinerja guru dalam menyajikan pembelajaran mengenal bagian
utama tumbuhan dengan menggunakan metode observasi. Pengamatan dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan Lembar Observasi Kinerja Guru (terlampir). Dari
hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.5
DATA KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN
MENGENAL BAGIAN-BAGIAN UTAMA PADA TUMBUHAN
DENGAN METODE OBSERVASI SIKLUS I
No
|
ASPEK YANG DIAMATI
|
SKOR
|
JML
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Kemampuan membuka pelajaran
|
|
|
|
4
|
4
|
2
|
Kemampuan memotivasi siswa
untuk belajar
|
|
|
|
4
|
4
|
3
|
Kemampuan menjelaskan konsep
bagian-bagian pada tumbuhan
|
1
|
|
|
|
1
|
4
|
Kemampuan menguasai metode
pembelajaran
|
|
2
|
|
|
2
|
5
|
Kemampuan membimbing siswa
dalam memahami konsep bagian-bagian pada tumbuhan
|
1
|
|
|
|
1
|
6
|
Kemampuan melakukan pengamatan
terhadap kegiatan siswa
|
|
2
|
|
|
2
|
7
|
Kemampuan memberikan evaluasi
|
|
2
|
|
|
2
|
8
|
Kemampuan menutup pelajaran
|
|
|
|
4
|
4
|
|
Jumlah
|
2
|
6
|
|
12
|
20
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
Kepala Sekolah
SD N Sirnaraja,
Lilis Puzawati S.Pd
NIP. 131 012 696
|
Observer,
Dede Hayati K.H
NIP. 132 085 180
|
Keterangan Skor
Penyekoran Kinerja
Guru
|
||
Rentang skor
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
17-20
|
1
|
Kurang
|
21-24
|
2
|
Cukup
|
25-28
|
3
|
Baik
|
29-32
|
4
|
Baik Sekali
|
Berdasarkan data diatas, dari 7 aspek yang diamati baru tiga aspek
kinerja guru yang telah memenuhi harapan dengan sekor 18. dengan demikian
kinerja guru masih kurang, sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa. Penilaian kinerja guru (terlampir).
Selain pengamatan terhadap kinerja guru, proses pengamatan juga
dilakukan terhadap kinerja siswa selama siswa mengikuti pembelajaran mengenal
bagian utama pada tumbuhan dengan menggunakan metode observasi. Pengamatan
dilakukan oleh guru sebagai peneliti dengan menggunakan Lembar Observasi
Kinerja Siswa (terlampir). Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.6
DATA HASIL
KINERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MENGENAL BAGIAN-BAGIAN
PADA TUMBUHAN
DENGAN METODE
OBSERVASI SIKLUS I
No
|
Kode
Siswa
|
Interaksi
dengan
guru
|
Keaktifan
|
Daya serap
Terhadap materi
pelajaran
|
Disiplin belajar
|
Melaksa-
nakan tes
|
JML
|
1
|
S.1
|
4
|
3
|
4
|
3
|
18
|
|
2
|
S.2
|
2
|
3
|
1
|
3
|
1
|
10
|
3
|
S.3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
2
|
15
|
4
|
S.4
|
2
|
3
|
2
|
3
|
1
|
11
|
5
|
S.5
|
2
|
3
|
2
|
3
|
1
|
11
|
6
|
S.6
|
3
|
3
|
2
|
4
|
1
|
13
|
7
|
S.7
|
2
|
2
|
1
|
3
|
1
|
9
|
8
|
S.8
|
2
|
2
|
1
|
3
|
1
|
9
|
9
|
S.9
|
3
|
3
|
2
|
3
|
1
|
12
|
10
|
S.10
|
3
|
3
|
1
|
2
|
1
|
10
|
11
|
S.11
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
12
|
12
|
S.12
|
4
|
4
|
2
|
3
|
2
|
15
|
13
|
S.13
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
12
|
14
|
S.14
|
2
|
3
|
2
|
3
|
2
|
12
|
15
|
S.15
|
2
|
3
|
1
|
2
|
1
|
9
|
16
|
S.16
|
3
|
2
|
1
|
2
|
1
|
9
|
17
|
S.17
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
17
|
18
|
S.18
|
4
|
4
|
3
|
4
|
3
|
18
|
19
|
S.19
|
2
|
2
|
1
|
3
|
1
|
9
|
20
|
S.20
|
2
|
2
|
1
|
3
|
1
|
9
|
21
|
S.21
|
3
|
3
|
2
|
4
|
2
|
14
|
22
|
S.22
|
3
|
3
|
2
|
4
|
2
|
14
|
23
|
S.23
|
4
|
2
|
1
|
4
|
2
|
13
|
24
|
S.24
|
2
|
2
|
1
|
3
|
1
|
9
|
25
|
S.25
|
2
|
2
|
1
|
3
|
1
|
9
|
Jumlah
Rata-rata
|
68
|
71
|
43
|
75
|
39
|
297
|
|
2,72
|
2,82
|
1,72
|
3
|
1,56
|
|
Kepala Sekolah
SD N Sirnaraja,
Lilis Puzawati S.Pd
NIP. 131 012 696
|
Observer,
Fitri Fauziah Nur
|
Keterangan Skor
Penyekoran Kinerja
Siswa
|
||
Rentang skor
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
9-11
|
1
|
Kurang
|
12-14
|
2
|
Cukup
|
15-17
|
3
|
Baik
|
18-20
|
4
|
Baik Sekali
|
Dari data tersebut terlihat bahwa dari 25 siswa, 11
siswa (44%) berkategori kurang, sepuluh siswa (36%) cukup, tiga siswa (12%)
baik, dan dua siswa (8%) baik sekali. Dengan demikian pembelajaran mengenal
bagian-bagian utama pada tumbuhan dengan menggunakan metode observasi belum ada perningkatan yang memuaskan.
Penilaian kerja siswa (terlampir).
f. Analisis
dan Refleksi
1)
Analisis
Dari hasil observasi selama kegiatan penelitian berlangsung
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis yaitu:
1.
hasil observasi terhadap kinerja siswa
a.
Pelaksasnaan tes awal yang telah
dilakukan belum dapat memecahkan permasalahan pemahaman siswa pada pembelajaran
luas daerah lingkaran. Siswa masih tampak kebingungan dalam menerjakan soal
soal pada tes awal sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal tes
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan.
b.
Siswa belum seluruhnya
menampilkann kinerja yang diharapkan dari 22 orang siswa yang diamati 10 siswa
(45,45) berkategori kurang, delapan siswa (36,36) berkategori cukup, tiga orang
siswa (13,64) berkategori baik dan satu orang siswa (4,45) baik sekali.
2.
Hasil Observasi terhadap Kinerja
Guru
Dari data temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan terhadap
pembelajaran siklus I, guru belum menampilkan kinerja yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dengan indikator
kerja. Sehingga secara umum peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran luas
daerah lingkaran belum mencapai hasil yang diharapkan.
Dari analisis terhadap proses pembelajaran kekurangan berhasilan itu
disebabkan oleh:
Pertama,
guru memberikan bimbingan tidak optimal kepada siswa. Bimbingan hanya dilakukan
secara sekilas guru cenderung sebagai pengamat kegiatan belajar siswa dalam
pembelajaran.
Kedua,
guru tidak optimal dalam memberikan pembelajaran dengan menggunakan observasi,
dan siswa agak sedikit tidak biasa melakukan pembelajaran dengan metode
tersebut.
Ketiga,
dalam pembelajaran guru tidak menjelaskan cara pengerjaan lembar kerja siswa
secara rinci hal ini diebabkan guru menganggap bahwa petunjuk yang terdapat
pada LKS dianggap telah jelas.
2)
Refleksi
Dilihat dari temuan diatas maka refleksi terhadap
pembelajaran siklus kesatu sebagai bahan tindak lanjut pembelajaran siklus
kedua adalah:
Pertama,
rencana pembelajaran yang telah disusun tetap dipertahankan.
Kedua,
guru perlu memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa yang mengalami
kesulitan bukan sekedar pengamat tetapi sebagai pembimbing siswa sebagai
fasilitor dalam pembelajaran.
Ketiga,
guru perlu memberikan contoh dalam melakukan kegiatan mengenal bagian-bagian
pada tumbuhan.
Keempat,
guru perlu memberikan penjelasan langkah-langkah pengerjaan LKS meskipun
petunjuk sudah tersedia dalam LKS.
Kelima,
guru mengenalkan pelajaran yang menyenangkan dalam prakyek pembelajaran dengan
penggunaan metode observasi sehingga murid tidak asing dengan metode tersebut.
2.
Tindakan Penelitian Siklus
II
a.
Perencanaan tindakan
penelitian siklus II
Perencanaan ulang yang disusun pada tindakan penelitian siklus II yaitu
perencanaan yang sama seperti pada siklus II. Rencana ulang tindakan penelitian
yang penulis lakukan antara lain:
1)
Menyusun analisis materi
pembelajaran.
2)
Menyusun rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah rencana
pembelajaran yang disusun pada siklus kesatu yang dipandang telah memenuhi
aspek-aspek rencana pembelajaran yang diharapkan sebagaimana terdapat dalam
Lembaga Obsevasi Rencana Pembelajaran.
3)
Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
4)
Menyusun alat evaluasi untuk
melakssanakan Post Tes
5)
Menyusun lembar observasi untuk
mengobservasi kegiatan belajar mengajar sebagai bahan refleksi.
Adapun masalah yang menjadi fokus pada tindakan kedua adalah sebagai
berikut:
1)
Prencanaan mengajar, yaitu
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dilakukan tindakan pembelajaran tindakan
pertama.
2)
Mengorganisasikan kelas terutama
pada waktu siswa berkelompok mengerjakan LKS.
3)
Mempertimbangkan waktu agar sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan.
b.
Proses tindakan penelitian
siklus II
Proses pembelajaran pada siklus II meliputi kegiatan guru mengajarkan
siswa belajar, penulis paparkan bagan berikut ini:
PROSES
PEMBELAJARAN SIKLUS I
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Pembelajaran 1
Apersepsi
1.
Guru mengawali pembelajaran
dengen menggali pengalaman siswa mengenai bagian-bagian utama pada tumbuhan.
Kegiatan Inti
1.
Guru menyajikan pembelajaran
dengan menjelaskan bagian utama pada tumbuhan.
2.
Guru menggambar dan menjelaskan
bagian dari awal terjadinya pertumbuhan terlebih dahulu.
3.
Guru menjelaskan sampai awal
terjadi kembali pertumbuhan pada tumbuhan.
4.
Guru membagi siswa kedalam 5
kelompok belajar siswa (masing-masing beranggotakan 5 orang).
5.
Guru mengajak siswa keluar kelas
untuk mengamati pohon.
6.
Guru membagikan lembar kerja
siswa.
Kegiatan Akhir
1.
Guru menyimpulkan materi
pembelajaran mengenal bagian utama pada tumbuhan.
2.
guru mengadakan evaluasi untuk
mengukur kemajuan pada siswa.
|
Pembelajaran 1
Apersepsi
1.
Siswa bertanya jawab mengenai
bagian-bagian utama pada tumbuhan.
Kegiatan Inti
1.
Siswa mengamati apa yang
diterangkan oleh guru.
2.
Siswa memperhatikan gambar
bagian tumbuhan yang disajikan guru.
3.
Siswa menyebutkan kembali bagian-bagian
tumbuhan dari awal.
4.
Siswa berkelompok.
5.
Siswa keluar kelas dengan
kelompoknya masing-masing untuk mengamati pohon.
6.
Siswa melaksanakan kerja
kelompok sesuai dengan petunjuk kegiatan melalui pengamatan, setelah selesai
siswa menyerahkan hasil kerja kelompoknya.
Kegiatan Akhir
1.
Siswa menarik kesimpulam materi
pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan.
2.
Siswa mengerjakan evaluasi untuk
mengukur kemajuan belajarnya.
|
Bagan 4.4
Aktivitas Guru dan Siswa
c.
Hasil tindakan penelitian
siklus II
Mengelola pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan dengan metode
observasi menuntut kesabaran, keuletan dan ketelitian. Setiap siswa dilayani
secara individu atau kelompok. Pemberian penguatan berupa pujian atau sanjungan
sangat membantu memotivasi siswa.
Berikut hasil observasi dan hasil tes pembelajaran bagian-bagian pada
tumbuhan pada siklus II penulis sajikan pada tabel 4.7 dan 4.8
Tabel 4.7
Hasil Penilaian
Tindakan Pembelajaran II
NO
|
KODE
SISWA
|
NILAI
|
JML
|
RATA
RATA
|
|
LKS
|
TES
|
||||
1
|
S.1
|
100
|
100
|
200
|
100
|
2
|
S.2
|
100
|
100
|
200
|
100
|
3
|
S.3
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
4
|
S.4
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
5
|
S.5
|
83.3
|
90
|
173.3
|
86.6
|
6
|
S.6
|
83.3
|
90
|
173.3
|
86.6
|
7
|
S.7
|
100
|
90
|
190
|
95
|
8
|
S.8
|
100
|
100
|
200
|
100
|
9
|
S.9
|
100
|
80
|
180
|
90
|
10
|
S.10
|
100
|
60
|
160
|
80
|
11
|
S.11
|
100
|
100
|
200
|
100
|
12
|
S.12
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
13
|
S.13
|
83.3
|
80
|
163.3
|
81.65
|
14
|
S.14
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
15
|
S.15
|
100
|
70
|
170
|
85
|
16
|
S.16
|
100
|
50
|
150
|
75
|
17
|
S.17
|
100
|
100
|
200
|
100
|
18
|
S.18
|
100
|
90
|
190
|
95
|
19
|
S.19
|
100
|
70
|
170
|
85
|
20
|
S.20
|
83.3
|
60
|
143.3
|
71.65
|
21
|
S.21
|
83.3
|
90
|
173.3
|
86.6
|
22
|
S.22
|
100
|
100
|
200
|
100
|
23
|
S.23
|
83.3
|
100
|
183.3
|
91.65
|
24
|
S.24
|
100
|
60
|
160
|
80
|
25
|
S.25
|
100
|
60
|
160
|
80
|
|
Jumlah
|
2333
|
21.40
|
4.473
|
2.236.35
|
|
Rata-rata
|
93.32
|
85.6
|
178.92
|
89.45
|
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
100
|
200
|
100
|
|
Nilai terendah
|
66.6
|
50
|
143.3
|
71.65
|
Dari data hasil penelitian tindakan pembelajaran II penilaian pada LKS
dari 25 orang siswa, 25 siswa mendapat nilai ≥70 berarti 100%. Nilai rata-rata
kelas yang dicapai 93,32.
Penilaian pada tes dari 25 orang siswa, 20 orang siswa mendapat nilai ≥
70 berarti 80%, sisanya lima orang siswa mendapat nilai < 70 berarti 20%.
Nilai rata-rata kelas yang dicapai 85,6.
Dari penilaian akhir pada LKS dan tes, nilai rata-rata kelas yang
didapat adalah 85,6. dengan demikian pemahaman siswa terhadap pembelajaran
mengenal bagian-bagian pada tumbuhan siklus II sudah ada peningkatan yang
berarti dari siklus I dan telah memenuhi harapan, karena sekurang-kurangnya 70%
siswa mendapat nilai ≥ 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal SD Sirnaraja tahun
pelajaran 2008/2009 pada mata pelajaran IPA topik mengenal bagian-bagian utama
pada tumbuhan).
d.
Faktor Pendukung dan
Penghambat pada Siklus II
1)
Faktor Pendukung
a)
Ketertiban siswa kelas II
merupakan pendukung utama lancarnya kegiatan disiplin dan penuh perhatian dalam
mengerjakan tes. Selama kegiatan berlangsung tidak ada satu orangpun siswa yang
keluar kelas untuk meminta izin. Suasana seperti ini sangat mendukung terhadap
kondisi tes yang penulis inginkan. Dengan demikian proses pelaksasnaan tes
secara umum berlangsung tertib.
b)
Guru kelas II dan rekan sejawat
terlibat secara langsung pada waktu pelaksanaan tindakan pembelajaran I,
memotivasi siswa baik pada waktu mengikuti proses pembelajaran maupun pada
waktu mengerjakan soal tersebut.
c)
Fasilitas yang tersedia seperti:
papan tulis, penggaris dan alat-alat tulis siswa sangat mendukung terhadap
lancarnya kegiatan tes awal.
2)
Faktor Penghambat
1)
Dua orang siswa tidak lengkap
membawa alat tulis sehingga mengganggu lancarnya proses pembelajaran.
2)
Waktu yang ditentukan mempengaruhi
pembelajaran dengan sedikit cepat agar tepat pada waktu.
e.
Data Siklus II
1)
Data Perencanaan Pembelajaran
Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari jumat tanggal 21
Nopember 2008 pukul 08.50-09.30. Rencana pembelajaran disusun sama dengan
siklus ke satu yang telah memenuhi aspek-aspek rencana pembelajaran yang
diharapkan sebagaimana terdapat dalam lembar Observasi Rencana Pembelajaran.
Data hasil observasi Rencana Pembelajaran siklus kedua sebagai berikut:
Tabel 4.8
DATA HASIL
OBSERVASI RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II
No
|
Aspek Yang di Amati
|
Ya
|
Tidak
|
Ket.
|
1
|
Kelengkapan Identitas
a.
Mencantumkan mata pelajaran
b.
Mencantumkan tingkatan kelas
c.
Mencantumkan semester
d.
Mencantumkan alokasi waktu
|
√
√
√
√
|
|
|
2
|
Aspek Kurikulum
a.
Mencantumkan kompetensi dasar
b.
Mencantumkan hasil belajar
c.
Mencantumkan kriteria hasil
belajar
d.
Mencantumkan materi pokok
|
√
√
√
√
|
|
|
3
|
Strategi pembelajaran
a.
Menyesuaikan langkah-langkah
pembelajaran dengan kriteria hasil belajar
b.
Menyesuaikan alokasi waktu
dengan pembahasan materi
c.
Menyesuaikan dengan tahap
kemampuan siswa
d.
Menyesuaikan aktifitas
pembelajaran dengan strategi yang ditetapkan
|
√
√
√
|
√
|
|
4
|
Metode dan Sumber Belajar
a.
Menyesuaikan dengan tuntutan riteria
hasil belajar.
b.
Menyesuaikan dengan materi
pembelajaran
c.
Memilih metode sesuai dengan
perkembangan anak
d.
Menguasai metode yang akan
digunakan dalam pembelajaran
|
√
√
√
√
|
|
|
5
|
Evaluasi
a.
Mencantumkan prosedur penelitian
b.
Merumuskan tugas siswa sesuai
dengan kriteria
c.
Menyesuaikan kriteria evaluasi
sesuai dengan jumlah siswa
d.
Menilai jawaban siswa sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan
|
√
√
√
√
|
|
|
Kepala Sekolah
SD N Sirnaraja,
Lilis Puzawati S.Pd
NIP. 131 012 696
|
Observer,
Dede Hayati K.H
NIP. 132 085 180
|
Tabel 4.9
DATA KINERJA GURU
DALAM PEMBELAJARAN
MENGENAL
BAGIAN-BAGIAN UTAMA PADA TUMBUHAN
DENGAN METODE
OBSERVASI SIKLUS II
No
|
ASPEK YANG DIAMATI
|
SKOR
|
JML
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Kemampuan membuka pelajaran
|
|
|
|
4
|
4
|
2
|
Kemampuan memotivasi siswa
untuk belajar
|
|
|
|
4
|
4
|
3
|
Kemampuan menjelaskan konsep
bagian-bagian pada tumbuhan
|
|
|
|
4
|
4
|
4
|
Kemampuan menguasai metode
pembelajaran
|
|
|
3
|
|
3
|
5
|
Kemampuan membimbing siswa
dalam memahami konsep bagian-bagian pada tumbuhan
|
|
|
3
|
|
3
|
6
|
Kemampuan melakukan pengamatan
terhadap kegiatan siswa
|
|
|
|
4
|
4
|
7
|
Kemampuan memberikan evaluasi
|
|
|
3
|
|
3
|
8
|
Kemampuan menutup pelajaran
|
|
|
|
4
|
4
|
|
Jumlah
|
|
|
9
|
20
|
29
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
3.625
|
Kepala Sekolah
SD N Sirnaraja,
Lilis Puzawati S.Pd
NIP. 131 012 696
|
Observer,
Dede Hayati K.H
NIP. 132 085 180
|
Keterangan Skor
Penyekoran Kinerja
Guru
|
||
Rentang skor
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
17-20
|
1
|
Kurang
|
21-24
|
2
|
Cukup
|
25-28
|
3
|
Baik
|
29-32
|
4
|
Baik Sekali
|
Berdasarkan
data tersebut dari 7 aspek empat aspek telah memenuhi harapan sedangkan tiga
aspek belum memenuhi harapan. Tetapi dengan jumlah skor 25, sklus II
berkategori baik sekali. Dengan demikian kinerja guru dalam pembelajaran
mengenal bagian-bagian pada tumbuhan dengan menggunakan metode observasi sudah
meningkat. Penilaian kinerja guru (terlampir).
Adapun data
kinerja siswa dalam pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
DATA HASIL KINERJA
SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENGENAL BAGIAN-BAGIAN UTAMA PADA TUBUHAN
DENGAN METODE
OBSERVASI SIKLUS II
No
|
Kode
Siswa
|
Interaksi
dengan
guru
|
Keaktifan
|
Daya serap
Terhadap materi
pelajaran
|
Disiplin belajar
|
Melaksa-
nakan tes
|
JML
|
1
|
S.1
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
20
|
2
|
S.2
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
16
|
3
|
S.3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
20
|
4
|
S.4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
16
|
5
|
S.5
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
15
|
6
|
S.6
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
16
|
7
|
S.7
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
13
|
8
|
S.8
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
12
|
9
|
S.9
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
15
|
10
|
S.10
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
11
|
11
|
S.11
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
13
|
12
|
S.12
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
19
|
13
|
S.13
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
16
|
14
|
S.14
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
19
|
15
|
S.15
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
12
|
16
|
S.16
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
12
|
17
|
S.17
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
20
|
18
|
S.18
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
20
|
19
|
S.19
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
12
|
20
|
S.20
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
10
|
21
|
S.21
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
18
|
22
|
S.22
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
18
|
23
|
S.23
|
4
|
2
|
3
|
3
|
4
|
16
|
24
|
S.24
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
10
|
25
|
S.25
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
10
|
Jumlah
Rata-rata
|
75
|
75
|
75
|
72
|
82
|
379
|
|
3
|
3
|
3
|
2,88
|
3,28
|
15,16
|
Kepala Sekolah
SD N Sirnaraja,
Lilis Puzawati S.Pd
NIP. 131 012 696
|
Observer,
Fitri Fauziah Nur
|
Keterangan Skor
Penyekoran Kinerja
Siswa
|
||
Rentang skor
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
9-11
|
1
|
Kurang
|
12-14
|
2
|
Cukup
|
15-17
|
3
|
Baik
|
18-20
|
4
|
Baik Sekali
|
Dari data tersebut terlihat bahwa dari 25 siswa, empat siswa (16%)
berkategori kurang, enam siswa (24%) cukup, tujuh siswa (28%) baik, dan delapan
siswa (32%) baik sekali. Dengan demikian pembelajaran mengenal bagian-bagian
pada tumbuhan dengan menggunakan metode observasi sudah ada perningkatan yang
memuaskan. Penilaian kerja siswa (terlampir).
f. Analisis dan Refleksi
1)
Analisis
a)
Hasil Observasi Terhadap Kinerja
Siswa
(1)
Pada tindakan pembelajaran siklus
kedua pada umumnya telah menampilkan kinerja yang diharapkan. Dari 25 siswa,
empat siswa (16%) berkategori kurang, enam siswa (24%) cukup, tujuh siswa (28%)
baik, dan delapan siswa (32%) baik sekali.
(2)
Hasil tes tindakan kinerja dari 25
siswa, 20 siswa mendapat nilai ≥70 berarti (80%) sudah mencapai ketuntasan
belajar, sisanya 5 siswa mendapat nilai < 7 berarti (20%) siswa masih belum
mencapai ketuntasan belajar.
b)
Hasil Observasi terhadap Kinerja
Guru
Dari data temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengamatan terhadap pembelajaran siklus kedua, guru sudah menampilkan kinerja
yang sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan dengan indikator kerja. Sehingga secara umum peningkatan pemahaman
siswa pada pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan sudah mencapai
hasil yang diharapkan.
b.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran siklus kedua
menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan
dengan menggunakan metode observasi sudah mencapai target yang diharapkan dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Faktor-faktor yang menunjang terhadap peningkatan hasil belajar siswa
pada pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan dengan menggunakan
metode observasi pada siklus ketiga adalah sebagai berikut:
Pertama,
kinerja guru dalam siklus kedua ini, guru telah menampilkan kinerja yang
diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap kinerja
guru pada Tabel 4.9
Kedua,
kinerja siswa mengalami peningkatan, baik kemampuan menyelesaikan LKS, menjawab
soal-soal tes. Peningkatan kinerja siswa dapat dilihat dari hasil observasi terhadap
kinerja siswa pada Tabel 4.10
Dengan
demikian secara umum hasil belajar siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri
Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya telah mencapai
peningkatan.
Pada siklus
kesatu dari 25 siswa hanya sembilan siswa mendapat nilai ≥70 berarti (36%)
sudah mencapai ketuntasan belajar, sisanya 16 siswa mendapat nilai < 7
berarti (64%) siswa masih belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata
tes siswa pada siklus kesatu adalah 65,2.
Pada siklus
kedua dari 25 siswa, 20 siswa mendapat nilai ≥70 berarti (80%) sudah
mencapai ketuntasan belajar, sisanya 5 siswa mendapat nilai < 7 berarti
(20%) siswa masih belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa pada postes kedua adalah 85.6.
Hasil
tersebut menunjukan peningkatan memuaskan. Penulis menganggap penelitian dalam
tiga siklus kedua ini sudah cukup. pada pembelajaran siklus kedua ini sudah
memenuhi harapan, karena sekurang-kurangnya 70% siswa mendapat nilai ≥70.
(Kriteria Ketuntasan Minimal SD Negeri Sirnaraja Tahun Pelajaran 2008/2009 pada
mata pelajaran IPA).
Peningkatan
hasil belajar pada pembelajaran mengenal bagian-bagian pada tumbuhan dengan
menggunakan metode observasi dapat dilihat dari Tabel 4.11.
Tabel 4.11
REKAP NILAI PEMBELAJARAN SIKLUS I dan II
NO
|
KODE SISWA
|
NILAI
|
JUMLAH
|
RATA-RATA
|
|||
LKS
|
TES
|
||||||
I
|
II
|
I
|
II
|
||||
1
|
S.1
|
66.6
|
100
|
100
|
100
|
366.6
|
91.65
|
2
|
S.2
|
66.6
|
100
|
70
|
100
|
336.6
|
84.15
|
3
|
S.3
|
66.6
|
83.3
|
90
|
100
|
339.9
|
84.97
|
4
|
S.4
|
83.3
|
83.3
|
70
|
100
|
336.6
|
84.15
|
5
|
S.5
|
66.6
|
83.3
|
60
|
90
|
299.9
|
74.97
|
6
|
S.6
|
66.6
|
83.3
|
60
|
90
|
299.9
|
74.97
|
7
|
S.7
|
83.3
|
100
|
40
|
90
|
313.3
|
78.32
|
8
|
S.8
|
83.3
|
100
|
90
|
100
|
373.3
|
93.32
|
9
|
S.9
|
83.3
|
100
|
50
|
80
|
313.3
|
78.32
|
10
|
S.10
|
66.6
|
100
|
50
|
60
|
276.6
|
69.15
|
11
|
S.11
|
83.3
|
100
|
40
|
100
|
323.3
|
80.82
|
12
|
S.12
|
83.3
|
83.3
|
90
|
100
|
356.6
|
89.15
|
13
|
S.13
|
66.6
|
83.3
|
60
|
80
|
289.9
|
72.47
|
14
|
S.14
|
83.3
|
83.3
|
60
|
100
|
326.6
|
81.65
|
15
|
S.15
|
66.6
|
100
|
60
|
70
|
296.6
|
74.15
|
16
|
S.16
|
83.3
|
100
|
40
|
50
|
273.3
|
68.32
|
17
|
S.17
|
83.3
|
100
|
100
|
100
|
383.3
|
95.82
|
18
|
S.18
|
83.3
|
100
|
100
|
90
|
373.3
|
93.32
|
19
|
S.19
|
83.3
|
100
|
50
|
70
|
303.3
|
75.82
|
20
|
S.20
|
66.6
|
83.3
|
50
|
60
|
259.9
|
64.97
|
21
|
S.21
|
83.3
|
83.3
|
90
|
90
|
346.6
|
86.65
|
22
|
S.22
|
83.3
|
100
|
60
|
100
|
343.3
|
85.82
|
23
|
S.23
|
83.3
|
83.3
|
50
|
100
|
316.6
|
79.07
|
24
|
S.24
|
83.3
|
100
|
40
|
60
|
283.3
|
70.82
|
25
|
S.25
|
66.6
|
100
|
60
|
60
|
286.6
|
71.65
|
|
Jumlah
|
1915.5
|
2333
|
1635
|
2140
|
8023.5
|
2005.87
|
|
Rata-rata
|
76.62
|
93.32
|
65,4
|
85.6
|
320.94
|
80.23
|
|
Nilai Tertinngi
|
83.3
|
100
|
100
|
100
|
383.3
|
95.82
|
|
Nilai Terendah
|
66.6
|
66.6
|
40
|
50
|
259.9
|
64.97
|
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan-temuan yang didapat selama mengadakan penelitian
menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran mengenal
bagian-bagian utama pada tumbuhan di kelas II SD Negeri Sirnaraja antara
sebelum dan sesudah diberikan tindakan.
Kondisi awal pembelajaran mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan
menunjukan:
1.
Materi mengenal bagian-bagian
utama pada tumbuhan disampaikan secara konvensional.
2.
Guru cenderung memberikan
gambaran-gambaran saja mengenai bagian-bagian utama tumbuhan sehingga anak
tidak dapat membayangkan bagian-bagian tersebut.
3.
Permasalahan yang dialami guru
yaitu kemampuan menentukan metode yang sesuai dengan meteri bahasan dan
kreativitas guru.
Pemahaman siswa pada pembelajaran mengenal bagian-bagian utama pada
tumbuhan sebelum diberikan tindakan tergolong kategori kurang. Setelah diberikan
tindakan maka pemahaman siswa pada pembelajaran mengenal bagian-bagian utama
pada tumbuhan meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang
dilakukan pada setiap siklus.
Siklus pertama, mengenal bagian-bagian utama tumbuhan 12 siswa (48%), mengetahui
nfungsi bagian-bagian utama tumbuhan 10 siswa (40%).
Siklus kedua, mengenal bagian-bagian utama tumbuhan 25 siswa (100%),
mengetahui fungsi bagian-bagian utama tumbuhan 20 siswa (80%), dilihat dari
ketuntasan belajar SD Negeri Sirnaraja tahun pelajaran 2008/2009 pada mata
pembelajaran IPA (sekurang-kurangnya 70% siswa mendapat nilai ≥7) secara kelas
dinyatakan sudah tuntas. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pembelajaran siklus dua dengan rata-rata kelas mencapai
85.6, ini berarti siswa kelas II SD Negeri Sirnaraja pada pembelajaran mengenal
bagian-bagian utama pada tumbuhan sudah mencapai ketuntasan belajar.
Dari tindakan kelas menunjukan adanya perbaikan proses balajar mengajar
yang dilakukan guru maupun siswa. Peningkatan proses belajar mengajar IPA pada
pembelajaran mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan tampak pada aspek: (1)
Aktifitas kerja kelompok yang ditunjukan para siswa yang sungguh-sungguh yang
semangat dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan, (2) Penerapan metode
observasi untuk setiap siklus hasilnya sangat baik yang diselesaikan para siswa
yang pencapaiannya rata-rata diatas 70% dari target yang telah ditentukan,
walaupun ada kekurangan tapi masih bisa diatasi karena kekurangannya terletak
pada ketelitian para siswa dalam menyelesaikan tugasnya yang terburu-buru ingin
cepat selesai, (3) Aktifitas guru dalam menyajikan materi pembelajaran mengenal
bagian-bagian utama pada tumbuhan saat melaksanakan bimbingan para siswa dapat
berjalan dengan baik karena dengan metode observasi, siswa mampu memahami dan
mengamati langsung bagian-bagian pada tumbuhan, (4) Hambatannya adalah tingkat
ketelitian siswa yang berbeda sehingga dapat merepotkan guru dalam memberikan
petunjuk-petunjuk antar kelompok. Hambatan lainnya adalah keterbatasan waktu.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya melalui pembelajaran bagian-bagian pada
tumbuhan dengan penggunaan metode observasi dapat ditarik kesimpulan:
1.
Perencanaan pembelajaran
bagian-bagian pada tumbuhan dengan penggunaan metode observasi dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran bagian-bagian pada tumbuhan
2.
Pada pembelajaran mengenal
bagian-bagian utama pada tumbuhan dengan metode observasi ternyata ada pengaruh
terhadap hasil belajar siswa, siswa lebih aktif, kreatif dan tekun bahkan siswa
sibuk menyelesaikan LKS sesuai dengan perintah.
3.
Siswa secara individu atau
kelompok menunjukan kinerja yang baik dalam memahami/mengenal bagian-bagian
utama pada tumbuhan serta menyebutkan fungsi dari bagian-bagiannya. Perubahan
hasil evaluasi yang meningkat dari masing-masing siswa dan dapat dilihat pada
table (.4.11). pemahaman siswa dalam pembelajaran mengenal bagian-bagian pada
tumbuhan dengan metode observasi pada umumnya mengalami peningkatan yaitu
kategori rendah menjadi kategori baik.
Dengan demikian pembelajaran mengenal bagian-bagian utama pada tumbuhan
dengan menggunakan metode observasi ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas II SD Negeri Sirnaraja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
B.
Saran
Untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep dan keberhasilan pembelajaran IPA di SD
disarankan:
1.
Guru mengkoordinasi dengan kepala
sekolah berupaya menyediakan media pembelajaran sesuai dengan keragaman dan
karakteristik masing-masing materi IPA di SD.
2.
Guru SD
harus berupaya meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan alat Bantu
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3.
Pembelajaran IPA SD sebaiknya
diajarkan melalui metode yang sesuai dengan karakteristik atau materi yang akan
diajarkan.
4.
Guru SD
harus berupaya meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan suatu metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
5.
Guru harus berupaya meningkatkan
kompetensi melalui KKG yang ada.
6.
Metode mengajar hendaknya
disesuaikan dengan tipe belajar siswa agar apa yang disampaikan dapat dicerna,
dikuasai, dan dimengerti oleh peserta didik. Dan hendaknya guru dapat mengenal
dan memahami peserta didiknya.
Baca Juga Contoh Bagian Awal Skripsi Penting Lainnya :
Baca Juga Artikel Menarik Yang Lainnya :