Contoh Resensi Buku atau Novel. Adin Blog. Resensi buku atau bedah buku adalah sebuah cara diantara beberapa cara dalam menganalisa atau menilai sebuah buku, jadi berbobot engganya nanti akan ketahuan setelah kita melakukan 2 hal yang tadi (meresensi dan membedah buku), setidaknya kita bisa tahu bahwa suatu buku itu bermanfaat bagi kita baik bisa menjadi ilmu baru yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, bisa menjadi pengingat kembali akan ilmu yang telah kita dapat dulu / pemicu history, bisa menjadi motivator misalnya karena pengalaman si pengarang yang baik lalu dibuat menjadi sebuah teori olehnya, tapi yang jelas fungsinya akan ketahuan manfaat dan tidaknya sutu buku bila kita telah melakukan penelitian seperti menggunakan 2 langkah tadi, dan itu semua dikembalikan lagi kepada orang yang membutuhkan ilmu tersebut. asalkan kita "jangan menilai buku dari kaper judulnya " saja sesuai dengan bahasan kita ini. semoga bermanfaat.
Dibawah ini adalah salah satu contoh dalam menganalisa sebuah buku, dan buku kali ini adalah sebuah novel yang berjudul Azab dan sengsara.
Azab dan sengsara? Dari namanya saja sudah menyeramkan. apalagi isinya!” Begitulah pikirku ketika aku menemukan buku tersebut. Jujur saja aku termasuk orang yang pilih-pilih dalam membaca novel. Aku mau membaca novel apabila novelnya itu dilihat dari judulnya menarik, bahasanya mudah dimengerti, dan tidak terlalu tebal. Tapi untuk novel ini yaitu Azab dan sengsara, sudah judulnya menyeramkan, covernya juga biasa-biasa saja, dan bahasanya pun sulit dimengerti. Tapi karena aku penasaran, jadi ya sudahlah aku mencoba untuk membacanya.
Novel azab dan sengsara ini lahir pada tahun dua puluhan yaitu angkatan Balai Pustaka dan di tulis oleh Merari Siregar. Novel ini menceritakan tentang seorang anak gadis yaitu Mariamin yang hidupnya penuh dengan azab dan kesengsaraan.
Pada saat aku membaca novel ini, aku diperkenalkan dengan tempat-tempat yang ada di pulau Sumatra. Aku baru tahu bahwa di pulau Sumatra itu ada sebuah kampung, tapi lebih besar dari kampung yang biasa disebut dengan “kota Sipirok” yang terletak di dataran tinggi dekat danau Toba. Dan berada pada bukit barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatra. Terbayang betapa indah dan sejuknya kota Sipirok itu.
Lalu ada juga kota Deli yang menjadi tempat perantauannya orang-orang dari kota Sipirok untuk mencari rezeki. Termasuk Aminuddin yang rela meninggalkan Mariamin pergi ke Deli untuk bekerja disana.
Selain diperkenalkan dengan tempat tempat yang ada di pulau Sumatra, aku juga mendapatkan banyak pelajaran hidup disana. Aku belajar dari seorang Sutan Baringin (ayah Mariamin) yang tamak dan dalam hidupnya ia tidak pernah merasa puas. Ia selalu ingin menguasai harta yang memang bukan haknya. Sampai akhirnya ia pun jatuh miskin karena ketamakannya hingga ia dan anak istrinya tidak mempunyai apa-apa, bahkan teman pun mereka tidak punya. Betapa hidup itu harus banyak bersyukur, kita bisa hidup pun harus disyukuri karena itu merupakan nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Ketamakan hanya akan membawa kita kedalam sebuah kesengsaraan karena memang sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia itu tidak akan merasa puas. Tapi itu semua bagaimana kita mensyukuri apa yang telah kita dapat saja.
Kemudian dari Nuria (ibu Mariamin) aku mendapatkan amanat bahwa sebuah kesetiaan, dan kesabaran itu akan membawa kita ke dalam ketentraman hidup. Nuria adalah seorang istri yang sangat setia kepada suaminya dan ia selalu sabar dalam menghadapi suaminya yang tamak itu. Alhasil, walaupun Nuria jatuh miskin dan ia harus menghidupi kedua anaknya tanpa seorang suami, ia pun mampu walau harus makan hanya dengan sawi tapi hatinya tetap merasakan ketentraman dan kebahagiaan.
Lalu dari kisah Mariamin yang hidupnya penuh dengan kepedihan, azab dan sengsara aku banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup. Aku bisa belajar bahwa cobaan dalam hidup itu selalu ada. Ternyata besar atau tidaknya cobaan itu bagaimana kita menyikapinya. Mariamin yang selalu menyikapi masalah dengan kesabaran dan ketawakalan ia tetap bisa bangkit dari sebuah keterpurukan walau air mata selalu jatuh tapi tidak menunjukan bahwa ia lemah. Bahkan ia tetap tegar dan berusaha untuk membuat ibunya bahagia.
Selain dari ketiga tokoh tadi, masih banyak lagi pelajaran-pelajaran lain yang bisa aku ambil dari novel Azab dan Sengsara ini. Ternyata dari satu novel ini aku bisa mengetahui dan belajar tentang banyak hal. Walaupun seperti yang telah aku katakan tadi dari judulnya saja sudah menyeramkan apalagi isinya. Tapi itu semua salah. Isinya sama sekali tidak menyeramkan melainkan ada banyak keharuan disana . Dan akupun sampai terhanyut ke dalamnya.
Sekarang aku sadar bahwa tidak setiap buku yang terlihat jelek atau biasa-biasa saja, isinya pun akan jelek pula. Karena dari setiap apa yang kita baca akan ada ilmu dan pelajaran yang dapat kita ambil. Dan pepatah pun mengatakan “Don’t judge the book from the cover” janganlah kita menilai buku hanya dari sampulnya saja. Dan jangan pula kita menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Terimakasih. Semoga Bermanfaat!
Pada saat aku membaca novel ini, aku diperkenalkan dengan tempat-tempat yang ada di pulau Sumatra. Aku baru tahu bahwa di pulau Sumatra itu ada sebuah kampung, tapi lebih besar dari kampung yang biasa disebut dengan “kota Sipirok” yang terletak di dataran tinggi dekat danau Toba. Dan berada pada bukit barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatra. Terbayang betapa indah dan sejuknya kota Sipirok itu.
Lalu ada juga kota Deli yang menjadi tempat perantauannya orang-orang dari kota Sipirok untuk mencari rezeki. Termasuk Aminuddin yang rela meninggalkan Mariamin pergi ke Deli untuk bekerja disana.
Selain diperkenalkan dengan tempat tempat yang ada di pulau Sumatra, aku juga mendapatkan banyak pelajaran hidup disana. Aku belajar dari seorang Sutan Baringin (ayah Mariamin) yang tamak dan dalam hidupnya ia tidak pernah merasa puas. Ia selalu ingin menguasai harta yang memang bukan haknya. Sampai akhirnya ia pun jatuh miskin karena ketamakannya hingga ia dan anak istrinya tidak mempunyai apa-apa, bahkan teman pun mereka tidak punya. Betapa hidup itu harus banyak bersyukur, kita bisa hidup pun harus disyukuri karena itu merupakan nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Ketamakan hanya akan membawa kita kedalam sebuah kesengsaraan karena memang sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia itu tidak akan merasa puas. Tapi itu semua bagaimana kita mensyukuri apa yang telah kita dapat saja.
Kemudian dari Nuria (ibu Mariamin) aku mendapatkan amanat bahwa sebuah kesetiaan, dan kesabaran itu akan membawa kita ke dalam ketentraman hidup. Nuria adalah seorang istri yang sangat setia kepada suaminya dan ia selalu sabar dalam menghadapi suaminya yang tamak itu. Alhasil, walaupun Nuria jatuh miskin dan ia harus menghidupi kedua anaknya tanpa seorang suami, ia pun mampu walau harus makan hanya dengan sawi tapi hatinya tetap merasakan ketentraman dan kebahagiaan.
Lalu dari kisah Mariamin yang hidupnya penuh dengan kepedihan, azab dan sengsara aku banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup. Aku bisa belajar bahwa cobaan dalam hidup itu selalu ada. Ternyata besar atau tidaknya cobaan itu bagaimana kita menyikapinya. Mariamin yang selalu menyikapi masalah dengan kesabaran dan ketawakalan ia tetap bisa bangkit dari sebuah keterpurukan walau air mata selalu jatuh tapi tidak menunjukan bahwa ia lemah. Bahkan ia tetap tegar dan berusaha untuk membuat ibunya bahagia.
Selain dari ketiga tokoh tadi, masih banyak lagi pelajaran-pelajaran lain yang bisa aku ambil dari novel Azab dan Sengsara ini. Ternyata dari satu novel ini aku bisa mengetahui dan belajar tentang banyak hal. Walaupun seperti yang telah aku katakan tadi dari judulnya saja sudah menyeramkan apalagi isinya. Tapi itu semua salah. Isinya sama sekali tidak menyeramkan melainkan ada banyak keharuan disana . Dan akupun sampai terhanyut ke dalamnya.
Sekarang aku sadar bahwa tidak setiap buku yang terlihat jelek atau biasa-biasa saja, isinya pun akan jelek pula. Karena dari setiap apa yang kita baca akan ada ilmu dan pelajaran yang dapat kita ambil. Dan pepatah pun mengatakan “Don’t judge the book from the cover” janganlah kita menilai buku hanya dari sampulnya saja. Dan jangan pula kita menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Terimakasih. Semoga Bermanfaat!