TENTANG CINTA SEJATI
Kita sering mendengar kata CINTA. Ada ungkapan nasehat bijak bahwa jika kita mencintai seseorang, cintailah apa yang dicintainya. Inilah penyesuaian diri terhadap sang kekasih.
Islam mengajarkan kita untuk mencintai Allah swt dan Nabi-Nya, Alquran menegaskan : “Katakanlah (hai Muhammad), ‘Siapa yang mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Q.S. Ali Imran : 31).
Cinta dan ketaatan adalah dua hal yang menyatu, sebab tanda cinta adalah taat pada yang tercinta. Oleh karena itu, jika mencintai Allah dan Nabi-Nya, maka akan menyesuaikan diri dengan apa yang disukai dan dibenci oleh Allah dan Nabi-Nya. Jika tidak menyesuaikan diri dengan perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya, maka tentunya kita akan mengalami kegelisahan.
Bahkan, Allah swt saja menegaskan bahwa Dia akan “menyesuaikan” diri-Nya dengan orang yang dicintai-Nya, sebagaimana dalam salah satu hadis Qudsi Allah berfirman:
“Tidaklah hamba-Ku memperlihatkan cintanya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada melaksanakan apa yang Kuwajibkan padanya, dan dia benar-benar memperlihatkan cintanya pada-Ku dengan mengerjakan perbuatan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar; Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat; Aku akan menjadi lidahnya yang dengannya dia berbicara; Aku akan menjadi tangannya yang dengannya dia memegang; Aku akan menjadi kakinya yang dengannya dia melangkah. Jika dia berdoa pada-Ku, niscaya Aku kabulkan doanya, dan jika dia memohoin kepada-Ku, niscaya Aku penuhi permohonannya.”
Inilah cinta sejati, karena tidak ada kebahagiaan yang lebih membahagiakan bagi para pecinta kecuali bersama yang dicintai. Terhadap orang yang dicintai-Nya, Allah menyatakan menjadi telinga, mata, lidah, tangan dan kaki orang tersebut. Apa yang diinginkan oleh hamba itu, adalah juga keinginan Allah swt. Dalam cinta seluruh derita menjadi nikmat, seluruh bencana menjadi rahmat, sebagaimana dalam lirik lagu Imam S. Arifin, “Kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat”.
Mari berlatih menyesuaikan diri mencintai Allah, Rasul, dan keluarga beliau, serta orang-orang mukmin.
Oleh :
Mang Ndik (Asep Dikdik)
Manager:
KURAMO Bekam & Pijat Keluarga
Jl. Segog pintu Batununggal Cibadak
Sukabumi Jawa Barat
Telp. 0812-1299-5715
Kita sering mendengar kata CINTA. Ada ungkapan nasehat bijak bahwa jika kita mencintai seseorang, cintailah apa yang dicintainya. Inilah penyesuaian diri terhadap sang kekasih.
Islam mengajarkan kita untuk mencintai Allah swt dan Nabi-Nya, Alquran menegaskan : “Katakanlah (hai Muhammad), ‘Siapa yang mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Q.S. Ali Imran : 31).
Cinta dan ketaatan adalah dua hal yang menyatu, sebab tanda cinta adalah taat pada yang tercinta. Oleh karena itu, jika mencintai Allah dan Nabi-Nya, maka akan menyesuaikan diri dengan apa yang disukai dan dibenci oleh Allah dan Nabi-Nya. Jika tidak menyesuaikan diri dengan perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya, maka tentunya kita akan mengalami kegelisahan.
Bahkan, Allah swt saja menegaskan bahwa Dia akan “menyesuaikan” diri-Nya dengan orang yang dicintai-Nya, sebagaimana dalam salah satu hadis Qudsi Allah berfirman:
“Tidaklah hamba-Ku memperlihatkan cintanya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada melaksanakan apa yang Kuwajibkan padanya, dan dia benar-benar memperlihatkan cintanya pada-Ku dengan mengerjakan perbuatan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar; Aku akan menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat; Aku akan menjadi lidahnya yang dengannya dia berbicara; Aku akan menjadi tangannya yang dengannya dia memegang; Aku akan menjadi kakinya yang dengannya dia melangkah. Jika dia berdoa pada-Ku, niscaya Aku kabulkan doanya, dan jika dia memohoin kepada-Ku, niscaya Aku penuhi permohonannya.”
Inilah cinta sejati, karena tidak ada kebahagiaan yang lebih membahagiakan bagi para pecinta kecuali bersama yang dicintai. Terhadap orang yang dicintai-Nya, Allah menyatakan menjadi telinga, mata, lidah, tangan dan kaki orang tersebut. Apa yang diinginkan oleh hamba itu, adalah juga keinginan Allah swt. Dalam cinta seluruh derita menjadi nikmat, seluruh bencana menjadi rahmat, sebagaimana dalam lirik lagu Imam S. Arifin, “Kalau cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat”.
Mari berlatih menyesuaikan diri mencintai Allah, Rasul, dan keluarga beliau, serta orang-orang mukmin.