Sahabat adin blog yang saya cintai, kali ini saya akan berbagi contoh pembuatan laporan observasi, yang ini tentunya bermanfaat bagi anda yang masih berkecimpung di dunia pendidikan, baik itu pendidikan menengah atas ataupun perguruan tinggi.
Inilah adalah salah satu diantaranya point penting dalam menyusun Laporan Observasi :
A. Pengumpulan Data
Tiap-tiap peserta didik itu berbeda-beda. Demikian juga dalam faktor kognitif, sosial, emosional, maka prestasi menuntut ilmuyg diraih juga berlainan. Tiap-tiap peserta didik yg mempunyai gejala yg tampak, yg ditandai dgn rendahnya prestasi menuntut ilmu peserta didik dinamakan kesusahan mempelajari. Buat jadi guru, pastinya mesti mampu membimbing peserta didik ygmengalami kesusahan dalam pembelajaran supaya peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya, lantaran kesuksesan &kegagalan satu orang anak amat sangat erat kaitannya bersama tingkat kekuatan anak. Kesusahan menuntut ilmu ygmempengaruhi perkembangan anak diantaranya kesusahan menuntut ilmu akademis, simbolik & non simbolik. Kesusahanmenuntut ilmu yg dipunyai seseorang anak tak utama ada kepada ia, dikarenakan kesusahan menuntut ilmu mampu dipengaruhi oleh sekian banyak perihal, seperti aspek keluarga, lingkungan, intelektual & lain sebagainya.
Berikut ini data siswa yang mengalami kseulitan belajar:
Nama : Atsny Athiah
Sekolah : SDN Babakan Goyang
Kelas : III
Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 16 juli 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Laswi No.13 Kelurahan Cikalang Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya
Identitas Orang Tua:
Nama Ayah : Mamat Ruhimat
Nama Ibu : Neni Hastuti
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Alamat : Jalan Laswi No.13 Kelurahan Cikalang Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya
Menurut hasil wawancara penulis dengan wali kelas pada tanggal 16 Mei 2014, anak ini kurang
konsentrasi dalam pembelajaran, sehingga nilai yang didapatnya rendah, bahkan
peringkat anak ini kalau tidak peringkat dua terakhir peringkat terakhir. Dan
mungkin anak ini memiliki perhatian yang kurang dari orangtuanya yang sibuk
kerja. Setelah itu penulis mulai mendekati anak yang memiliki kesulitan ini dan
sedikit bertanya tentang dirinya. Yang penulis dapatkan yaitu dalam berbicara
anak imi seperti yang susah dalam mengucapkan kata-kata, selain itu ketika
penulis bertanya mengenai suka tidak belajar dirumah, anak dengan polos nya
menjawab tidak suka belajar dirumah. Ketika diajak untuk belajar bersama anak
memberikan antusias yang sangat baik, anak ini memiliki keinginan yang baik
dalam belajar hanya saja dalam penerimaan materi harus benar-benar intensif
diberikan agar anak dapat dengan mudah menerima materi yang diberikan.
B. Diagnosis dan Prognosis
Penulis melakukan penelitian di SD Negeri Babakan Goyang
kelas III, disini penulis menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Anak ini mengalami kesulitan dalam berbagai pelajaran terutama pelajaran
matematika. Anak ini sepertinya mengalami kelambatan dalam proses penerimaan
pembelajaran sehingga tertinggal. Kesulitan untuk mengerjakan bilangan pada
saat berhitung disebut dyscalculia. Pembelajaran matematika sangat penting
untuk kehidupan sehari-hari, selain itu matematika merupakan pelajaran yang
wajib ditempuh, tetapi kebanyakan orang membenci atau beranggapan susah.
Penulis melakukan diagnosa kesulitan belajar pada anak
dengan teknik tes dan non tes pada tanggal 19 Mei 2014. Teknik non-tes
dilakukan dengan cara anak dibiarkan untuk mengucapkan angka dari 1-100
sedangkan teknik tes dilakukan dengan cara anak diberikan beberapa soal
pengurangan, penjumlahan, perkalian dan pembagian. Disini anak masih banyak
salah dalam pengucapan angka dan banyak yang tertinggal, dalam proses
penghitungan ini anak bisa mengerjakan hanya saja tidak teliti tetapi masih
susah dalam perkalian dan pembagian terutama pembagian.
Apabila masalah anak ini terselesaikan maka anak ini akan
lebih mudah dalam mengerjakan soal, lebih percaya diri dan akan lebih banyak
memiliki motivasi untuk belajar, tetapi apabila kesulitan belajar yang dialami
anak ini dibiarkan, maka anak ini akan lebih banyak tertinggal karena materi yang dahulu belum dimengerti
sehingga akan semakin tertinggal, dan pastinya nanti akan menghambat dalam
pembelajaran selanjutnya serta kepada pelajaran lain yang masih berkaitan.
C. Konseling
Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu
konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
(Smith dalam Shertzer & Stone, 1974). Bimbingan ini diharapkan dapat
memandirikan siswa dan mengembangkan potensi siswa secara optimal artinya
bimbingan bertujuan menjadikan siswanya menjadi pribadi yang tidak tergantung
pada orang lain dan bertanggung jawab pada diri sendiri. Bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan kepada individu yang memiliki masalah melalui proses
tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bimbingan
ataupun bantuan yang penulis lakukan dalam hal ini yaitu memberikan pelajaran
tambahan diluar kelas dan memberikan motivasi untuk belajar. Anak diberikan
materi dari awal mulai dari hitungan sampai operasi soal cerita.
Pada pertemuan pertama dilakukan tes sejauh mana anak
memahami pelajaran yang sulit, setelah itu diberikan soal yang mudah seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Setelah diketahui, anak
susah dalam pembagian jumlah besar, maka diberikan pemahaman dari awal mengenai
pembagian. Setelah itu mulai beralih pada materi yang diajarkan di SD kelas
III, seperti pecahan, bangun datar, luas dan keliling bangun datar dan yang
lainnya. Proses pemberian materi yang diberikan dilakukan berulang-ulang dan
sesuai dengan kondisi anak dalam menerima pelajaran yang diberikan, tidak
dengan paksaan, bisa sambil bermain dan menggunakan beberapa media yang ada
disekitar.
D. Penilaian atau Evaluasi
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Anak memiliki motivasi
belajar yang sangat baik, proses bimbingan dimulai dengan anak dibiarkan untuk
mengucapkan angka dari 1-100, diberikan beberapa soal pengurangan, penjumlahan,
perkalian dan pembagian, dalam proses penghitungan ini anak bisa mengerjakan
hanya saja tidak teliti tetapi masih susah dalam perkalian dan pembagian
terutama pembagian.
Setelah melakukan bimibingan beberapa pertemuan, anak
disuruh unutk mengucapkan lagi, anak mulai sedikit benar dan operasi pembagian
juga mulai anak pahami tetapi tidak terlalu cepat. Anak masih harus belajar dan
mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, agar anak dapat memahami benar-benar
materi yang diberikan oleh guru, dan memahami materi dahulu yang belum
dimengerti.
Semoga dengan proses evaluasi ini, anak dapat memahami
materi yang menurutnya sulit dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki dan
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
E. Tindak Lanjut
Kegiatan lanjutan yang dilakukan yaitu memberikan tes
mengenai materi yang diajarkan terdahulu. Apabila hasilnya baik maka anak
diberikan perhatian dari berbagai pihak, agar dia memiliki motivasi agar lebih
giat belajar. Apabila hasilnya kurang maka dilakukan remedial. Pembelajaran
remedial mempunyai prinsip-prinsip, yaitu adaptif dimana pembelajaran remidial
harus mengakomodasi perbedaan individual siswa. Interaktif yaitu memungkinkan
siswa untuk secara intensif berinteraksi dengan guru dan sumber belajar yang
tersedia. Fleksibel dalam metode pembelajaran dan penilaian yaitu pembelajaran
remidial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pemberian umpan balik sesegera
mungkin yaitu umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik
mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Dan
kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian pelayanan remedial dapat
dilaksanakan dengan pemberian pembelajaran ulang dengan media yang berbeda,
pemberian bimbingan secara khusus, pemberian tugas-tugas kelompok, dan belajar
bersama teman sebaya. Setelah itu melakukan tes ulang lagi.
Sumber Referensi
- Bremaniwati, B dan Setiawan. 2011. Analisis Hasil Ulangan Matematika dan Tindak Lanjutnya. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika
- Paridjo. 2008. Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar. Tersedia: Http://www.pustaka.ut.ac.id/.../pdfprosiding2/solusi-mengatasi-kesulitan-belajar.html. [Diakses 27 Mei 2014]
Lampiran