SALAH SATU PENYEBAB BOROS
TIDAK ADA PERENCANAAN
Salah satu ciri zaman modern adalah
segala sesuatu dibuat menjadi sangat mudah. Lihat saja televisi, kalau dulu
selain ukurannya besar, memindahkan channel-nya pun butuh tenaga. Bandingkan
dengan TV zaman sekarang yang sudah menggunakan remote control, yang hanya
dengan sekali sentuh, channel sudah berpindah. Termasuk untuk menggerakkan
TV-nya sekalipun. Juga AC, lampu, bahkan ada yang dengan suara pun sudah bisa
menjadi sensor penggerak peralatan rumah tangga kita, luar biasa. Sungguh
kemampuan akal manusia telah menjadikan kebutuhan hidup kita lebih mudah untuk
dilakukan.
Tapi, kemudahan ini pun ada dampak
negatifnya. Tiada lain karena segala kemudahan yang didukung dengan pengetahuan
yang memadai serta sikap mental yang bermutu, ternyata dapat menjadi biang
munculnya pemborosan. Ada seorang suami yang tercengang melihat rekening
tagihan bulanannya yang membengkak luar biasa sesudah ia dan istrinya
masing-masing memiliki kartu kredit dan menggunakan handphone. Tiada lain,
karena sedemikian mudahnya menggunakan dua alat yang memang diperuntukkan
sebagai pemberi kemudahan ini. Biasa tinggal menggesek dan memijit saja
sampai-sampai waktu untuk mengadakan perhitungan biaya yang dikeluarkan pun
terlewati.
Sangat berlainan halnya dengan
orang yang menyimpan uangnya di tabungan, yang harus berproses dulu. Untuk
mengambilnya, proses ini akan cukup menghambat keinginannya untuk mudah
mengeluarkan uang. Harap dimaklumi, sesungguhnya tidak berarti kartu kredit dan
handphone itu buruk, melainkan para pemiliknya harus memiliki mental dan
keilmuan yang lebih tangguh agar apa yang dimilikinya tidak jadi bumerang, yang
akan menjebak dan menyengsarakannya.
Salah satu yang dapat kita lakukan
untuk menghindari perilaku boros ini adalah dengan membuat perencanaan
keuangan. Subhanallaah, sebuah rumah tangga yang terbiasa mengadakan
perencanaan, selain lebih hemat juga dapat mengadakan antisipasi terhadap
kekurangan cash flow keuangan keluarga. Bahkan anak-anak pun sudah dapat
dilatih sedari kecil dengan cara uang jajannya diberikan mingguan atau bahkan
bulanan, sehingga sang anak sudah biasa membuat perencanaan pengeluarannya,
dalam hal ini akan sangat membantu dalam program penghematan.
Ada sebuah contoh menarik. Ibu
Fulanah, sebut saja begitu, hampir setiap minggu selalu bertengkar dengan
suaminya. Sebabnya adalah anggaran belanja yang tidak pernah cukup. Padahal
menurut perhitungan kasar sang suaminya, dianggap sudah memadai. Sesudah
diselidiki dengan seksama, ternyata ibu Fulanah ini memang tidak punya
perencanaan anggaran belanja berimbang, sehingga tidak ada prioritas dalam
pengeluaran uang dan tentu saja akibatnya banyak hal penting tak terbiayai sedangkan
hal sekunder yang tak begitu penting malah dibeli.
Berlainan dengan ibu Siti, bukan
nama sebenarnya, yang memiliki pengetahuan untuk mengadakan perencanaan
pengeluaran dan pemasukan yang berimbang. Walaupun gaji suaminya pas-pasan dan
bahkan cenderung kurang, tapi dengan perencanaan yang cermat dan terbuka kepada
seluruh anggota keluarga sehingga setiap anggota keluarga memahami keadaan
perekonomian keluarga yang sebenarnya. Akibatnya, selain dananya tepat guna,
seluruh keluarga pun terbiasa juga berhemat. Selain itu, kekurangan dana juga
bisa dideteksi lebih awal dan segera dicarikan solusinya bersama. Tentu saja
hasil kerja sama setiap anggota keluarga ini membantu menyelesaikan masalah
yang ada. Sungguh sangat belainan dengan ibu Fulanah dan suaminya tadi yang
sibuk saling menyalahkan, padahal tentu saja tidak menyelesaikan masalah,
justru malah menambah masalah.
Kalau tak percaya, untuk hal yang
sederhana saja yaitu jikalau kita pergi berbelanja ke pasar atau toko serba ada
namun tidak punya perencanaan yang jelas, maka akibatnya bisa secara sembrono
membeli hal yang tidak prioritas. Disamping itu kurangnya perencanaan
menyebabkan pula peluang kegagalan semakin terbuka lebar, berarti pemborosan
dalam segala bidang.
Maka jikalau ingin menjadi orang
yang hemat, selalu adakan perencanaan yang matang dalam segala hal. Semakin
mendetail/rinci maka semakin besar pula peluang untuk sukses dalam penghematan
ini. Termasuk untuk hal-hal yang sederhana atau yang biasa dianggap sepele.
Biasakanlah sebelum belanja tulis dengan baik dan jelas barang yang harus
dibeli dan anggaran yang harus disediakan, begitu pula dalam belanja bulanan,
rumah tangga yang terbiasa mengadakan perencanaan, selain lebih hemat juga bisa
mengadakan antisipasi terhadap kekurangan biaya belanja, bahkan anak-anak pun
sudah bisa dilatih mulai dari kecil dengan cara uang jajannya bisa diberikan
mingguan atau bahkan bulanan, sehingga sang anak sudah biasa membuat
perencanaan pengeluarannya, dan hal ini akan sangat membantu dalam hal
efisiensi.
Hanya saja harus juga dianggarkan
dengan jelas biaya sedekah sebagai investasi penting untuk penolak bala dan
bencana, pengundang rezeki yang lebih berkah. Jangan sampai keinginan hemat
menjadi kekikiran dalam kebaikan. Rasulullah dalam hal ini bersabda,
"Orang yang kikir akan jauh dari Allah dan jauh dari manusia" (HR
Thabrani).
Allah SWT pun menjelaskan dalam
firman-Nya, "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan, jika kamu
tidak menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui" (QS. Ali Imran [3] :
92). Dalam ayat lain, "Dan barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran
dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. Ath Taghabun
[54] : 16).
Nampaklah bahwa perencanan
finansial yang berdampak pada perilaku hemat, ternyata bukan berarti harus
kikir.***
KURANG PERAWATAN
Aini sekali lagi harus pergi ke
dokter gigi untuk memeriksakan giginya yang sering sakit. Padahal dokter gigi
yang praktek di kampungnya cuma satu-satunya dan berjarak cukup jauh hingga
untuk mendapatkan perawatan dokter tersebut ia harus meluangkan waktu lebih
awal dan tetap antri berlama-lama bersama-sama dengan pasien lain. Aini
sebetulnya tidak perlu repot-repot pergi ke dokter gigi seandainya ia rajin
merawat kesehatan giginya. Perawatan yang ringan dengan kebiasaan menjaga
kebersihan tentu lebih menguntungkannya. Ia tidak perlu membuat jadwal khusus
untuk pergi ke dokter gigi yang selain menyita waktu dan tenaga, juga menguras
keuangannya untuk sekedar ongkos naik angkot dan membeli obat.
Silahkan bayangkan sendiri apa yang
terjadi andaikata kita tidak merawat gigi kita selama sebulan saja, jangan
digosok, biarkan saja! Resiko apa kira-kira yang akan kita pikul (keuntungan
yang diperoleh adalah hemat odol, hemat waktu, dan hemat tenaga).
(Maaf) Gigi menjadi kuning menebal
membuat mual siapapun yang melihatnya, aromanya benar-benar memusingkan
siapapun yang menghirupnya tentu saja termasuk yang bersangkutan, penyakit
mulut serba kumat bisa jadi sariawan, infeksi mulut, termasuk sakit gigi
(seperti yang kita maklumi sakit gigi adalah sakit yang paling dramatis, selain
sakitnya hampir tak tertahankan, jarang ada yang menengok apalagi mengirim
makanan bahkan terkadang jadi bahan tertawaan), hubungan dengan sesama akan
kacau berantakan, begitupun hubungan bisnis/kerja, sekali lagi silahkan
kalkulasikan sendiri kerugian dari segala sisi terhadap akibat dari kurangnya
perawatan.
Hal ini berlaku terhadap apapun
yang harus dirawat, barang-barang rumah tangga, elektronik, kendaraan, apapun
termasuk tubuh kita sendiri, kita akan menanggung resiko pengeluaran yang jauh
lebih besar dibanding biaya perawatan berkala yang dilakukan.
Pernah kami melihat sebuah mobil
Mercy tahun 48, yang masih sangat mulus, karena pemiliknya begitu disiplin
merawatnya dengan seksama, baik kondisi bodinya maupun mesinnya, bahkan sampai
komponen detail interiornya sekalipun, karena dengan teratur dibersihkan secara
apik dan benar, begitu pun penggantian komponen atau pelumas sesuai dengan
aturan ausnya, dianggarkan secara khusus, dan hasilnya selain mobil itu awet
dan masih sangat nyaman dipakai juga punya nilai jual yang jauh lebih tinggi.
Mahasuci Allah SWT yang menjanjikan
"La insyakartum la adzii dannakum wa la in kafartum inna adzaabi la
syadiid" (QS. Ibraahim [14] : 7) yang artinya "Barangsiapa yang
bersyukur atas nikmat yang ada niscaya Kutambah nikmat-Ku padamu, dan
barangsiapa yang tiada tahu bersyukur niscaya adzab Allah sangat pedih."
Memelihara nikmat yang Allah
titipkan/karuniakan kepada kita sesungguhnya termasuk amal shaleh yang utama
dan dikategorikan ahli syukur yang pasti mendapat balasan nikmat lain yang
lebih baik, dan sebaliknya orang yang tak mau merawat nikmat ini termasuk orang
yang kufur nikmat yang akan memikul derita kerugian lahir batin, naudzubillaah.
Sebetulnya anggaran untuk
merawat, tidak boleh disebut biaya perawatan, melainkan investasi/modal,
seperti halnya membeli sikat gigi dan pastanya bukan biaya melainkan modal
untuk menikmati gigi yang sehat, bisa makan dengan nikmat dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, marilah kita
songsong nikmat yang melimpah yang Allah janjikan dengan mensyukuri nikmat yang
ada yaitu diantaranya dengan merawat, memelihara dengan baik, teratur dan
benar.
DIPERBUDAK NAFSU
Sesungguhnya pemboros sejati adalah
orang-orang yang memang pecinta duniawi ini, yang mengutamakan topeng ingin
dipuji dan dihormati orang lain, yang bersikukuh menjaga gengsi, yang ingin
serba enak dengan kemewahan, yang larut sebagai korban mode atau korban jaman,
yang pada ujungnya penyebabnya adalah kurang iman akibat kurang pengetahuan
tentang hakekat hidup mulia yang sebenarnya.
Memang menyedihkan kehidupan yang
selalu diukur dengan ukuran materi dengan badai informasi lewat media cetak
maupun elektronik lewat film, sinetron, lagu, iklan, dan lain-lain,
mempertontonkan kehidupan mewah, glamour, membuat banyak orang yang hidup tidak
realistis seakan jauh lebih besar pasak daripada tiang, dan semua ini juga
menjadi biang keresahan dan kesengsaraan batin juga menjadi biang terjadinya
tindakan ketidakjujuran/kejahatan, karena untuk mendapatkan obsesinya tersebut
akan menghalalkan segala cara.
Tukang jaga gengsi, kasihan benar
orang yang sangat menjaga gengsi takut tertinggal oleh orang lain, dia akan
pontang-panting untuk memiliki sesuatu agar gengsinya dianggap tetap terjaga,
walaupun harus pinjam sana-pinjam sini tentu saja barang yang dimilikinya tak
akan membahagiakannya karena taruhan untuk memilikinya sesungguhnya diluar
kemampuannya.
Korban mode ini pun selain pemboros juga
menderita, karena selalu ingin tampil up to date bermode sesuai dengan jaman,
tentu akan repot karena mode terus menerus berubah pasti akan sangat menguras
tenaga, waktu, dan biaya, dan yang paling meyedihkan paling sering seseorang
merasa keren sesuai dengan mode padahal yang melihatnya menjadi sangat geli
bahkan mengasihani, karena selain seringkali mode itu tak sesuai/tak pantas,
orang lain juga sudah tahu modal yang sebenarnya.
Si Sombong, kalau si Sombong tak
pernah tahan melihat orang lain melebihi keadaannya, sehingga yang terus ada
dalam benak pikirannya adalah bagaimana selalu kelihatan lebih dari orang lain
dalam hal apapun, makanya dia begitu menderita melihat kesuksesan, kekayaan,
dan kemajuan orang lain, maka akan berjuang mati-matian dengan cara apapun agar
selalu tampak lebih bagus, lebih moderen, lebih kaya, lebih elit, dia sudah tak
perhitungkan lagi biaya yang keluar dan dari mana asalnya yang penting lebih
dari orang lain.
Si Riya, alias tukang pamer, kalau si Riya
ini persis mirip etalase sibuk ingin memiliki sesuatu yang diharapkan membuat
dirinya diketahui kekayaanya, statusnya, dan lain sebagainya, tentu saja ia
akan berusaha pamer pakai barang luar negeri, ekslusif, lain dari yang lain,
yaa sebetulnya mirip satu sama lain, fokus dari pikirannya adalah bagaimana
supaya dinilai hebat oleh orang lain setidaknya tidak diremehkan.
Dalam beberapa hal menjaga
kemuliaan diri ini adalah kebaikan, tapi kalau sampai menyiksa diri, melampaui
batas kemmpuan apalagi sampai melanggar hak-hak orang lain termasuk yang
diharapkan, maka jelaslah kerugian dunia akhiratnya.
CEROBOH ATAU KURANG PERHITUNGAN (LALAI)
Kawan karibnya tergesa-gesa adalah
ceroboh, tidak hati-hati, atau tidak berperhitungan cermat. Boleh jadi dia
sudah punya perencanaan matang lalu menahan diri dari tergesa-gesa tapi belum
juga luput dari kerugian kalau dia masih bertindak ceroboh. Skala kerugian
akibat ceroboh ini sangat macam-macam mulai dari yang sederhana sampai bencana
masal lahir batin melibatkan orang banyak.
Kisah kawan yang baru pulang dari
Timur Tengah, dengan penuh keceriaan dan bangga memperlihatkan oleh-oleh yang
katanya barang elektronik langka dan tidak ada di Indonesia. Sudah sangat
terbayang dibenaknya selama perjalanan untuk mempergunakan alat canggih dan
mahal ini, maka sesampainya di rumah sebelum melakukan apapun segera saja
dibuka bungkusnya untuk dioperasikan secepatnya. Dengan diiringi uraian panjang
lebar tentang keutamaan alat ini maka segeralah kabel listriknya dipasang.
Tunggu punya tunggu kenapa tidak jalan seperti semestinya, bahkan beberapa saat
kemudian tercium bau khusus, ya bau khusus kabel terbakar dan benar saja asap
pun segera menghiasi alat baru tersebut. Walhasil selain kaget, sedih, kecewa.
Tentu saja sangat rugi uang, waktu, dan tenaga mengangkut dari jauh ribuan kilo
meter, hanya dalam bilangan detik saja menjadi sampah tak berguna karena
kecerobohan lupa merubah voltase listriknya.
Ada kisah yang lebih
dramatis lagi, semoga tidak ada orang yang mengulangi kecerobohan ini, yaitu
ketika seorang ayah yang tentu sangat sayang kepada keluarganya, harus
mengantar istri dan anaknya berobat ke dokter, mampir di sebuah apotik untuk membeli
obat. Ketika keluar dari mobil, segera saja lari masuk ke dalam apotik,
tiba-tiba terdengar jeritan dan suara benturan yang keras lalu suara benda
besar terjun ke sungai, apakah yang terjadi? Ternyata sang suami ini begitu
ceroboh memarkir mobilnya di pinggir jalan yang menurun dan tidak memasang rem
tangan ataupun memasukkan gigi persenelingnya, sehingga sepeninggalnya mobil
ini meluncur dengan sendirinya tak terkendali lalu membentur dinding jembatan
dan akhirnya jatuh ke sungai, sungguh tragis. Ternyata hidup dengan
mengandalkan kasih sayang saja tidak cukup, melainkan juga harus dengan
kehati-hatian. Jauh dari kecerobohan.
Belum lagi kisah seorang ibu yang
mengantuk ketika memberi obat kepada anaknya, yang ternyata harus rela
kehilangan buah hatinya, karena ceroboh salah memberikan obat.
Begitu banyak kisah kecerobohan
dari sisi kehidupan manapun yang ujungnya adalah bencana yang sangat merugikan
dan memilukan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal kita harus selalu berupaya
memahami segala sesuatu dengan baik. Luangkanlah waktu untuk mempelajari
prosedur dan aturan-aturan penggunaan, cara pakai yang benar, dosis atau
takaran yang pasti, bacalah buku/lembaran panduannya terlebih dahulu, dan
pahami dengan seksama berikut segala larangan dan resikonya.
Lalu tahap selanjutnya berusahalah
untuk disiplin dan tertib melaksanakan sesuai aturan. Ikutilah tahapan-tahapan
dan batasan-batasan yang dianjurkan/diharuskan dengan seksama, dan bersabarlah
untuk mengikutinya, jangan sok tahu dan menganggap enteng.
Selalu melakukan sesuatu dengan
kesungguhan, kehati-hatian dan konsentrasi yang baik agar tak terjadi
kecerobohan yang merugikan.
MALAS
Berbicara tentang kemalasan, maka
bukan berbicara tentang kurang pengetahuan. Dia tahu tapi tetap tidak melakukan
hal yang semestinya dilakukan, ya karena enggan atau malas itulah, dan kerugian
yang timbul pun bukan main-main bisa jadi sampai hilang nyawa. Para
pengangguran yang malas mencari nafkah, atau malas bekerja keras, benar-benar
makhluk beban biang pemborosan karena walaupun menganggur dia tetap harus
menguras dana untuk makan, minum, tempat berteduh, mandi, listrik, air ledeng,
dan lain sebagainya..
Padahal kalau dia mau saja keluar
dari rumahnya dengan niat dan tekad untuk bekerja keras mencari nafkah niscaya
akan seperti burung yang keluar dari sangkarnya dan kembali membawa cacing
untuk makan keluarganya, jadi bukan karena tidak ada jatah rizkinya melainkan
malas menjemput jatahnya.
Ada seorang pemuda, malah
mahasiswa, mempunyai motor yang bagus tapi dia malas sekali untuk memarkir
kendaraannya di tempat semestinya, merasa lebih mudah menyimpan di depan pintu
kostnya dan dia pun malas untuk repot-repot menggunakan rantai pengaman. Di
ujung kisah ini sudah bisa ditebak, kemalasan seperti ini adalah memberi
kemudahan bagi para maling untuk melakukan aksinya. Malas mengeluarkan waktu
dan tenaga yang tak seberapa dan hasilnya lenyaplah berjuta-juta hasil tabungan
orang tuanya plus masih harus nyicil sisanya.
Kisah lainnya tentang safety belt
atau sabuk pengaman. Karena merasa sudah terbiasa tak menggunakan dan juga
malas memakainya, maka Pak Fulan sang boss sebagai pemilik mobil mewah harus
memiklul derita yang menyedihkan, yaitu tatkala ada mobil orang lain yang
hilang kendali sehingga menabrak mobilnya tanpa bisa dihindarkan. Akibatnya,
selain harus berbaring di rumah sakit berbulan-bulan karena geger otak dan
patah tulang tangan serta kakinya yang tentu mengeluarkan biaya mahal, juga tak
dapat bekerja dengan baik yang menghilangkan kesempatan bisnisnya, serta
silahkan hitung jenis kerugian lainnya. Hal yang berbeda tidak dialami sang
supir yang walaupun pendidikannya hanya Sekolah Dasar tapi selalu berusaha
tertib, disiplin, dan tidak mengenal malas untuk menyempurnakan kewajibannya.
Sang supir selamat karena menggunakan sabuk pengaman dengan baik dan juga tidak
pernah malas untuk berdo’a meminta perlindungan kepada Allah yang menguasai
segala kejadian. Tak pernah malas untuk berdzikir sepanjang jalan, juga tak
pernah malas untuk bersedekah, bukankah sedekah adalah penolak bala.
Silahkan renungkan sendiri perkara
kemalasan lainnya. Misalnya malas mandi, maka bersiaplah untuk berpanu ria.
Malas mengerjakan tugas dan belajar maka bersiaplah untuk tidak naik
kelas/tingkat. Malas ngantor maka bersiaplah untuk dirumahkan, malas beribadah
maka bersiaplah untuk mendapatkan penderitaan dunia akhirat (naudzubillaah),
bukankah tugas kita ini untuk beribadah?! Percayalah tidak ada jalan kesuksesan
bagi pemalas yang malang. Maka, marilah kita lawan dengan segenap tenaga,
dobrak, bagai buldozer menggempur penghalang. Yakinlah bahwa kita sangat
sanggup melawan kemalasan yang merugikan dan menghinakan itu dengan mudah
asalkan mau memulainya dengan DO IT NOW. Lakukan sekarang juga apa yang harus
kau lakukan. Selamat menikmati hasilnya.
KURANG KENDALI
Ada sebuah rumus sederhana untuk
sebuah kebangkrutan, pada umumnya jatuhnya sebuah usaha itu tidak langsung
sekaligus melainkan pelan menjalar dan akhirnya menjadi parah tak tertahankan,
dan penyebab semua ini adalah lemahnya system pengontrolan dari usaha tersebut.
Ya bagi siapapun yang mau pergi
menggunakan kendaraan dan tidak melakukan pengontrolan terhadap jumlah bahan
bakar yang ada maka bersiaplah stress sepanjang jalan dan siap pula untuk
berkuah peluh mendorongnya, apalagi perjalanan keluar kota dan tidak punya
sistem pengontrolan terhadap air radiator, oli, ban cadangan dan peralatannya,
kotak P3K, atau hal lainnya maka bersiaplah untuk memikul biaya besar akibat
kelalaian pengontrolan ini.
Orang tua yang tidak punya sistem
kontrol yang baik terhadap perilaku dan pergaulan anak-anaknya, tampaknya
terlalu banyak contoh di sekitar kita tentang aib dan bencana yang harus
dipikul kedua orang tuanya.
Begitu pun organisasi yang lemah
sistem kontrolnya baik ke atas maupun ke bawah niscaya organisasi ini akan
menjadi organisasi babrok, tak bermutu, tak akan berprestasi dengan benar dan
baik, dan suatu saat pasti ambruk karena memang demikianlah sunnatullah-nya.
Termasuk sakitnya bangsa ini jelas sekali menjadi pelajaran bagi kita semua,
korupsi dimana-mana merajalela disegala lapisan, sungguh menyedihkan memang
bangsa kita punya moral yang sangat buruk begini, pelajaran yang dapat diambil
memang sistem pengontrolan dari rakyat ke penguasa hampir tiada, aparat yang
harus juga ternyata tak jujur maka ya jadilah semrawut begini.
Oleh karena itu marilah kita mulai
dari diri kita, keluarga kita untuk berbudaya membangun system pengontrolan
yang baik, benar dan tepat, awali pengetahuan tentang resiko yang harus dipikul
yang dapat dicegah dengan cek dan ricek yang baik, lalu biasakan membuat check
list, atau daftar pengecekan yang jelas dan detail, dan mulailah membiasakan
untuk tidak melakukan apapun sebelum mengadakan check dan ricek tadi, Insya
Allah semoga Dia mencegah segala kemudharatan dengan sikap kita yang penuh
kehati-hatian ini, sehingga kita lebih dapat menikmati hidup ini dengan lebih
baik
SEGALANYA MUDAH
Salah satu ciri dari zaman modern
ini adalah segala sesuatunya dibuat menjadi sangat mudah, lihat saja TV, kalau
dulu selain ukurannya besar memindahkan chanelnya juga butuh tenaga, bandingkan
dengan TV saat ini, sudah menggunakan remote yang hanya disentuh saja termasuk
menggerakkan TV-nya sekalipun, juga AC, lampu, bahkan suara kita pun sudah bisa
jadi sensor penggerak peralatan, luar biasa.
Tapi ada dampak negatifnya segala
kemudahan yang tak didukung dengan pengetahuan yang memadai serta sikap mental
yang bermutu, karena ternyata biang pemborosan pun bisa lahir dari kemudahan
ini.
Ada seorang suami yang
tercengang melihat rekening tagihan bulanannya yang membengkak luar biasa
sesudah beliau dan istrinya masing-masing memiliki kartu kredit dan menggunakan
handphone, karena demikian mudahnya menggunakannya tinggal menggesek dan
memijit saja sampai-sampai waktu untuk mengadakan perhitungan pun terlewati,
tentu sangat berlainan halnya dengan orang yang menyimpan uang di tabungan yang
harus berproses untuk mengambilnya, proses ini akan cukup menghambat
keinginannya untuk mudah mengeluarkan uang, harap dimaklumi sesungguhnya tidak
berarti kartu kredit dan handphone itu buruk melainkan para pemiliknya harus
memiliki mental dan keilmuan yang lebih tangguh agar apa yang dimilikinya tidak
jadi bumerang, yang akan menjebak dan menyengsarakannya.
Sistem belanja dengan mencicil juga
harus dicermati dengan seksama, kemudahan yang diberikan dengan kiriman
langsung ke rumah dan dicicil bulanan, tentu saja ada mamfaatnya tapi tidak
jarang menjadi ajang pemborosan karena digunakan untuk memiliki sesuatu yang
sebetulnya tidak/belum begitu diperlukan, sedangkan cicilan-cicilan yang
beraneka ragam akan sangat terasa ketika sudah mulai mencicilnya dan lebih
terasa lagi jikalau cicilannya jangka panjang sedang sang barang tak begitu tinggi
nilai mamfaatnya atau bahkan sudah rusak.
Termasuk berbelanja di superstore,
yang sangat serba ada, daya rangsang untuk membeli akan timbul dengan kemudahan
melihat barang-barang tersebut, yang sebetulnya jikalau mau jujur tanpa barang
tersebut pun tak akan berpengaruh bagi keadaan rumah tangga, sungguh harus
sangat berhati-hati selain harus direncanakan dengan baik apa yang akan dibeli
juga harus dibatasi membawa uangnya agar tak kebobolan, berbelanja hanya karena
tergiur dengan kemudahan melihat dan mendapatkannya.
(Sumber : Koran Kecil MQ EDISI
12, 13, 14, 15/TH.I/2001)