adin bilang "Makruloh" ada "makalah baru buat eloh" hehe silahkan disimaksaja pembahasanannya lumayan komplit loh, mudah2an bermanfaat. amiin
PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH DAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI SUSU PT.GRENNFIELD INDONESIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai UTS (Ujian Tengah Semester)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai UTS (Ujian Tengah Semester)
mata kuliah Farmasi Lingkungan
Oleh
RAI NURUL FATHIMAH
NIM 31110037
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
TASIKMALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Oleh
RAI NURUL FATHIMAH
NIM 31110037
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
TASIKMALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Susu merupakan produk minuman yang cukup berkembang dalam dunia pangan. Sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang mempunyai nilai gizi tinggi. Nilai gizi susu yang tinggi mempunyai sifat yang baik untuk kesehatan tubuh pengkonsumsinya. Namun, susu juga rentan sekali dengan pertumbuhan bakteri, sehingga dalam pengolahannya harus dapat mempertahankan kualitas susu.
Susu sebagai salah satu produk hasil pertanian merupakan bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Susu juga disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap. Selain air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan enzim-enzim gas serta vitamin dalam jumlah memadai.
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol atau dioperasikan dari ruangan khusus.
Mutu pada industri manufaktur, selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan mutu pada proses produksi. Hal yang lebih baik adalah apabila perhatian pada mutu bukan pada produk akhir, namun pada proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in process), sehingga bila ada kesalahan masih dapat diperbaiki.
Penerapan Good Housekeeping dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui perbaikan kinerja lingkungan, penyempurnaan operasional dan penghematan biaya produksi. Good Housekeeping merupakan upaya-upaya produksi bersih berupa tindakan sederhana untuk mengurangi pemakaian air, energi dan bahan-bahan kimia. Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan langkah praktis yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan.
1.2 Manfaat Teknologi
Dapat mengetahui penerapan teknologi bersih yang diterapkan di industri susu.
1.3 Tujuan Diterapkannya Teknologi
Mengetahui aspek penerapan Good Housekeeping pada industri, yang meliputi bahan baku, mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi, pengawasan mutu di industri susu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Proses Industri Susu dan Limbahnya TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Teknologi proses
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruhzat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol/dioperasikan dari ruangan khusus. Tahapan produksi susu sebagai berikut: pengujian mutu, penyaringan (penjernihan), pasteurisasi, evaporasi, pencampuran, homogenisasi, pengeringan, finishing dan pengemasan.
2.1.2. limbah cair industri susu
2.1.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan atau kebocoran selama proses produksi. Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan mencapai 0.1%-3%. Kehilangan produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping dan sistem operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Pada proses klarifikasi atau penyaringan dihasilkan limbah padatan yang mengandung zat tersuspensi dan bahan organik yang tinggi.
Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan kembali.
Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan limbah cair industri pangan lainnya. Tetapi limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan
Air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai. Kadar BOD pada air limbah susu (400-9.440 mg/l) dan COD (360-15.300 mg/l). Perbandingan BOD dan COD setiap pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Karaktersitik limbah cair industri susu
a. Fisik
- Total padatan (1.210-11.990 mg/l)
- Padatan tersuspensi volatil (TSV) = 200-1.840 mg/l
- Padatan tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.b.
- pH = 4,2 ± 9,5
- Amonia (1-76 mg/l)
- Nitrogen organik (9-250 mg/l)
- Alkalinitas (0-1.080 mg/l)c.
Limbah industri dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya, limbah cair susu yang menimbulkan bau tidak diinginkan dan polusi berat pada perairan bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (effluent) atau limbah buangan dari pengolahan susu dengan Biological Oxygen Demand ( BOD). Apabila effluent dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah cair susu dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembangbiak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Secara normal, air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
2.1.2.2. Baku mutu limbah cair industri Susu
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 mengenai baku mutu limbah cair yang diperbolehkan untuk pabrik susu adalah
Catatan:
- Pabrik Susu Dasar : menghasilkan susu cair, susu kental manis dan atau susu bubuk.
- Pabrik Terpadu : menghasilkan produk susu, keju, mentega dan atau es krim.
- Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah.
- Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton total padatan susu atau produk susu.
2.2.1. Pengertian produksi bersih
Produksi Bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan integrasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan terhadap proses dan jasa, untuk meningkatkan eko-efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan. Reduksi pada sumbernya merupakan bagian dari strategi Produksi Bersih.
Untuk kegiatan proses, Produksi Bersih mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
Menurut Soeriatmadja dalam Paradigma Produksi Bersih (20:1999) Produksi Bersih merupakan jalan menuju pembangunan ekonomi dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan hidup sebelumnya. Program Produksi Bersih merupakan upaya proaktif dalam sistem produksi.
2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih
Produk Bersih didasarkan pada empat strategi, yaitu:
1. Merupakan upaya penerapan strategi pencegahan yang berkelanjutan terhadap proses dan produk untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan hidup serta sumber daya alamnya.
2. Merupakan upaya untuk menggarap proses produksi dengan strategi yang meliputi pelestarian bahan baku dan energi, penghilangan pemakaian B3, dan pengurangan kadar racun dari semua bentuk buangan dan limbah sebelum meninggalkan proses produksi.
3. Dalam proses menghasilkan produk, strategi produksi bersih memusatkan perhatian pada upaya pengurangan dampak lingkungan di seluruh daur suatu produk, mulai dari ekstraksi bahan mentah sampai ke pembuangan limbah produk tersebut.
4. Meliputi upaya penguasaan teknik pelaksanaan, penyempurnaan teknik yang sudah ada, dan pengubahan sikap, pandangan dan perilaku produsen. Ada tiga lingkup kegiatan yang dapat memperoleh keuntungan melalui kegiatan Produksi Bersih yaitu :
- Kegiatan proses, Produksi Bersih mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
- Untuk produk, Produksi Bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak di keseluruhan daur hidup, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.
- Untuk jasa, Produksi Bersih menitikberatkan pada upaya mengintegrasikan aspek lingkungan sejak perancangan sampai dengan pemberian jasa.
1. Teknologi, yang meliputi desain produk (eco product design), dan tenologi proses.
2. Sistem manajemen, yang meliputi sistem pembelian ramah lingkungan.
3. Sumber daya manusia
4. Kondisi operasi yang sedang berlangsung.
Keuntungan penerapan produksi bersih, yaitu :
1. Memberi keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya dan penggunaan kembali limbah di dalam proses. Penerapan produksi bersih secara dini mungkin akan dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau perbaikan lingkungan.
2. Mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan.
5. Memelihara ekosistem lingkungan.
6. Memperkuat daya saing produk pasar.
2.2.3. Good Housekeeping
Sesuai dengan buku pedoman pengelolaan internal yang baik, disusun oleh P3U-GTZ pengertian Good Housekeeping (pengelolaan Internal yang baik) berkaitan dengan sejumlah langkah praktis, sederhana, tidak memerlukan investasi (no investment) atau sedikit investasi (low investment) yang dapat segera diambil oleh badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri untuk meningkatkan operasi mereka, dan keselamatan tempat kerja sehingga merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengeloaan lingkungan hidup, dan perubahan organisasional.
Penerapan GHK dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui perbaikan kinerja lingkungan, penyempurnaan operasional dan penghematan biaya produksi. GHK dapat dilaksanakan dengan cara memperhatikan tata cara penyimpanan bahan yang baik, penanganan dan pengangkutan bahan yang baik.
2.2.4. Penerapan produksi bersih pada industri susu
Contoh penerapan teknologi bersih pada pengolahan susu antara lain:
1. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organik, untuk memupuk rumput yang digunakan untuk makanan ternak
2. Kotoran ternak digunakan untuk energi alternatif seperti biogas dan bioarang
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Produk yang Dihasilkan oleh industri susu PEMBAHASAN
1. ESL
Susu Greenfields ESL (Extended Shelf Life) adalah susu yang mengalami proses pasteurisasi dan dipanaskan pada suhu 130 derajat Celcius selama empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga kesegarannya. Dikemas dalam kemasan Tetra Rex 1000 ml untuk menjamin kualitas susu tetap terjaga. Selama disimpan dalam suhu dingin (0-4 derajat Celcius), kesegaran susu segar Greenfileds mampu bertahan hingga 40 hari. Mengandung vitamin dan mineral seperti kalsium, protein, dan fosfor yang baik bagi kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam 4 varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk.
2. UHT
Susu Greenfields UHT (Ultra High Temperature) diolah dengan teknologi mutakhir. Dipanaskan pada suhu 137 derajat Celcius selama empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga kesegarannya. Dengan kemasan Tetra Pak 1000 ml yang praktis terbuat dari karton aseptis yang higienis mampu menjaga kandungan dan kualitas susu selama sembilan bulan. Setelah dikonsumsi, sebaiknya disimpan dalam keadaan dingin. Mengandung vitamin dan mineral alami seperti kalsium, protein, dan fosfor yang baik bagi kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam empat varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk.
3. Whipping Cream
Susu Krim Greenfields terbuat dari susu segar dengan kualitas premium dengan rasa yang istimewa, dan diproduksi dengan metode dan peralatan yang modern demi menjaga kesegaran dan menjamin kualitasnya. Cocok untuk membuat kue dan topping makanan penutup. Dikemas dalam Tetra Pak 1000 ml.
3.2 Penggunaan Listrik dan Generator
Sumber listrik diperoleh dari PLN dan generator/genset. Listrik yang dihasilkan dari PLN memiliki kapasitas sebesar 865 kVA (efektif 450 kVA) dengan frekuensi 50 Hz. Listrik dari PLN disimpan di dalam gardu induk, kemudian dialirkan melalui travo untuk diturunkan tegangan listriknya baru kemudian didistribusikan untuk berbagai keperluan umum seperti lampu, komputer, kulkas, dan lain-lain. Listrik dari PLN tidak digunakan untuk keperluan proses karena dapat mengganggu proses seandainya terjadi down/mati listrik.
Listrik untuk kebutuhan proses dijalankan dengan menggunakan tiga buah genset dengan kapasitas masing-masing 500 kVA (dua buah) dan 750 kVA. Akan tetapi, dalam kebutuhan proses produksi, tegangan yang digunakan juga efektif 450 kVA. Jumlah tegangan efektif dapat dihasilkan dari dua buah genset, sedangkan genset sisanya stand by untuk mengantisipasi terjadinya down/mati listrik dari PLN. Genset yang akan digunakan untuk menyuplai listrik harus disinkronisasi terlebih dahulu antara satu dan yang lainnya jika akan digunakan secara bersamaan. Setelah tegangan listrik stabil, listrik baru dapat didistribusikan untuk keperluan proses produksi.
3.3 Proses produksi dan limbah
3.3.1. Proses produksi
Proses pengolahan susu UHT di industri susu PT.GRENNFIELD INDONESIA meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1) penerimaan susu segar dan termisasi, 2) separasi dan termisasi, 3) mixing dan blending, 4) sterilisasi, serta 5) filling dan packaging.
1. Penerimaan Susu Segar dan Termisasi
Susu segar yang digunakan dalam proses pengolahan susu di PT. Greenfields Indonesia berasal dari tiga sumber, yaitu susu segar yang dihasilkan dari peternakan sendiri (Dairy Farm), susu segar yang berasal dari koperasi (KUD), dan susu segar kemitraan dari peternak-peternak daerah sekitar pabrik. Susu segar diperiksa terlebih dahulu oleh Departemen QC (Quality Control) untuk disesuaikan kualitasnya dengan spesifikasi perusahaan. Sebelum memasuki tahap pengolahan, susu-susu tersebut akan disimpan terlebih dahulu di dalam tiga buah reception tank dengan suhu maksimum 40C. Susu yang berasal dari peternakan sendiri akan disimpan di dalamreception tank 1 dan 2 dengan kapasitas masing-masing 15.000 L, sedangkan susu segar dari koperasi dan kemitraan disimpan di dalam reception tank 3 dengan kapasitas 20.000 L. Sebelumnya, untuk susu segar dari farm dimasukkan terlebih dahulu ke dalam balance tank. Namun, untuk susu segar dari kemitraan, terlebih dahulu disaring dengan filter berukuran 200 mikron lalu dimasukkan dalam cooling tank dengan suhu maksimum 40C yang dilengkapi dengan cooling jacket untuk penyesuaian suhu. Susu segar yang berasal dari peternakan sendiri boleh disimpan di dalam reception tank maksimum selama 72 jam, sedangkan susu segar yang berasal dari koperasi dan kemitraan hanya boleh disimpan maksimum selama 36 jam. Susu segar dari reception tank kemudian disaring menggunakan slot filter berukuran 105 mikron agar kotoran-kotoran yang terlarut di dalam susu segar dapat dipisahkan kemudian susu dialirkan menuju balance tank. Selanjutnya sebagian susu segar akan melalui proses preheating pada suhu 75 0C dan dilakukan proses homogenisasi dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Lalu dilakukan proses termisasi pada suhu 850C selama 20 detik, kemudian dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 4 0C. Setelah itu, dilakukan penyimpanan di dalam storage tank dengan suhu maksimum 4 0C. Termisasi merupakan istilah yang digunakan oleh PT. Greenfields Indonesia terhadap pemanasan susu dengan suhu pasteurisasi.
2. Separasi dan Termisasi
Sebagian susu segar lainnya akan mengalami proses preheating dengan suhu 55-60 0C dan dilakukan separasi untuk dipisahkan antara bagian skim dan krimnya menggunakan separator. Pemisahan dengan separator menggunakan gaya sentrifugal, sehingga bagian dengan berat jenis yang lebih besar akan berada pada bagian yang paling luar. Bagian krim akan berada di tengah-tengah pusat rotasi karena memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada skim, sedangkan bagian skim akan berada di luar pusat rotasi. Selanjutnya, skim dan krim yang telah terpisah tersebut akan memasuki tahap termisasi. Untuk krim, sebelum dilakukan termisasi, akan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cream tank yang dilengkapi dengan agitator scrapper untuk mengatur aliran krim dan agar krim tidak menempel pada dinding tanki. Proses termisasi diawali dengan proses pemanasan pada suhu 85 0C (75 0C untuk krim) selama 20 detik lalu dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 4 0C. Setelah itu, dilakukan penyimpanan di dalam storage tank dengan suhu maksimum 4 0C. Skim dapat disimpan di dalam storage tank maksimum selama 72 jam, sedangkan krim disimpan maksimum selama 168 jam.
3. Mixing dan Blending
Pencampuran bahan (mixing) dilakukan di ruangan dengan tangki yang terpisah dengan susu (bredo mixer), sedangkan untuk mencampurkan bahan dalam jumlah kecil digunakan mixer module. Bahan-bahan dimasukkan dalam tangki pencampur lalu ditambah air panas dengan suhu 90 0C. Setelah itu bahan-bahan tersebut dialirkan ke dalam blending tank. Susu termisasi dari storage tank juga dialirkan ke dalam blending tank. Seandainya digunakan susu skim, maka dalam bahan digunakan minyak sawit. Seandainya digunakan susu segar, maka minyak sawit tidak perlu ditambahkan. Bahan-bahan dan susu kemudian diaduk (blending) di dalam blending/storage tank dan disimpan sementara pada suhu 4 0C. Susu ini hanya boleh disimpan maksimum selama 12 jam sebelum selanjutnya dilakukan proses sterilisasi.
4. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk membunuh semua mikroba, terutama bakteri-bakteri tahan panas pembentuk spora seperti Bacillus stearothermophillus. Sterilisasi susu dapat dilakukan menggunakan VTIS (Vacuum Thermal Instant Sterilizer) maupun TA-Flex.VTIS merupakan teknik sterilisasi secara langsung (direct system), yaitu dengan menginjeksikan uap panas (steam) sehingga bersentuhan secara langsung dengan susu/produk. Tahapan sterilisasi VTIS diawali dengan penyaringan susu menggunakan slot filter berukuran 177 mikron lalu susu dialirkan menuju balance tank. Selanjutnya susu disterilisasi dengan injeksi uap panas dengan suhu 138 0C selama 5 detik. Uap panas yang dialirkan sebelum diinjeksikan memiliki suhu sekitar 85-110 0C. Setelah itu, dilakukan flash cooling untuk menurunkan suhu susu sampai 90 0C. Kemudian susu dihomogenisasi dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Kebutuhan steam barrier dalam proses homogenisasi sebesar 85 0C. Selanjutnya dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 25-30 0C.
Sterilisasi dengan TA-Flex merupakan teknik sterilisasi secara tidak langsung (indirect system), yaitu menggunakan THE (Tubular Heat Exchanger) yang dipanaskan dengan air sehingga susu/produk tidak bersinggungan secara langsung dengan sumber panas. Tahapan sterilisasi TA-Flex diawali dengan penyaringan susu menggunakan slot filter berukuran 200 mikron lalu susu dialirkan menuju balance tank. Berbeda dengan sterilisasi VTIS, tahap homogenisasi TA-Flex dilakukan sebelum proses sterilisasi. Homogenisasi susu dilakukan secara dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Selanjutnya susu disterilisasi di dalam THE pada suhu 133 0C selama 5 detik. Setelah itu dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 25-30 0C. Setelah dilakukan proses sterilisasi, susu akan ditampung di dalam aseptic tank. Aseptic tank yang terdapat berjumlah dua buah, masingmasing dengan kapasitas 10.000 L dan 30.000 L Produk susu UHT Real Good akan ditampung dan diturunkan suhunya hingga 25-30 0C sebelum dilakukan proses pengisian (filling) dan pengemasan (packaging).
5. Filling dan Packaging
Susu yang disimpan di dalam aseptic tank kemudian dialirkan menuju AFM (Aseptic Filling Machine) untuk dilakukan proses pengisian dan pengemasan produk. AFM selalu dibersihkan setiap sebelum dan setelah digunakan. Proses pembersihan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada proses pengolahan susu yaitu dengan teknik CIP. CIP yang dilakukan meliputi CIP intermediate dan CIP final. CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan apabila produk masih berada di dalam valve produk, sedangkan CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan setiap sebelum dan setelah proses filling. Mesin filling untuk produk UHT Real Good terdiri atas dua jenis, yaitu A1 Fino dan TFA (Tetra Fino Aseptic). A1 Fino terdapat sebanyak tiga unit dengan kapasitas masing-masing 10.700 pak/jam, sedangkan TFA terdapat sebanyak dua unit dengan kapasitas 4.500 pak/jam. Sebelum dilakukan proses pengisian produk, kemasan primer (paper) produk akan disterilisasi terlebih dahulu. Untuk mesin TFA, salah satu sisi paper akan ditempelkan dengan strip khusus melalui elemen SA (Strip Aplicator) pada suhu 170 0C dengan tekanan 1,6 kPa. Selanjutnya paper disterilisasi dengan cara dilewatkan pada rol yang setengah bagiannya tercelup larutan H2O2 35 % lalu dikeringkan dengan squee gee roller (steam barrier 130 0C). Kemudian paper dilewatkan pada elemen LS (Longitudinal Sealing) pada suhu dan tekanan yang sama dengan elemen SA, sehingga paper berbentuk silinder. Setelah itu baru dilakukan proses pengisian melalui pipa produk yang dilengkapi dengan tube heater pada suhu 460 0C. Untuk mesin A1 Fino, pemanasan elemen SA dengan pemanas suhu 240 0C agar strip menempel sebagian pada paper setelah dilewatkan pada rol pengepres. Selanjutnya paper dicelupkan ke dalam larutan H2O2 35 % lalu dikeringkan di dalam heating chamber dengan suhu 93-200 0C. Sebelum menuju aseptic chamber, sisa-sisa larutan H2O2 yang mungkin masih menempel dikeringkan juga dengan squee gee roller. Aseptic chamber disterilisasi dengan menggunakan udara steril bersuhu 130-150 0C dan larutan H2O2 yang disemprotkan. Kemudian paper dilewatkan pada elemen LS dengan suhu 270 0C dan tekanan 0,1 bar sehingga paper berbentuk silinder. Setelah itu baru dilakukan proses pengisian secara aseptik dan dilakukan transversal sealing pada bagian atas dan bawah paper. Produk dari AFM kemudian disalurkan melalui belt conveyor menuju ruang packaging sekaligus diberikan waktu kadaluwarsa dengan menggunakan mesin domino. Waktu kadaluwarsa yang diberikan meliputi tanggal, bulan, dan tahun. Produk UHT Real Good memiliki masa kadaluwarsa 6 bulan setelah diproduksi. Produk dikemas dengan kemasan sekunder berupa karton dengan jumlah 36 pak/karton. Karton-karton kemudian ditumpuk dengan tumpukan maksimal 7 karton diatas palet dengan jumlah 112 karton/palet. Hal ini dilakukan agar produk tidak bersentuhan secara langsung dengan lantai dan memudahkan penanganan produk untuk penyimpanan dan pengangkutan.
3.3.2. Tinjauan limbah
Waste Water Treatment
Limbah cair dihasilkan dari proses produksi, terutama yang berasal dari proses CIP. Limbah cair yang dihasilkan dialirkan menuju lagoon sebagai tempat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah cair mula-mula akan mengalami proses screening/penyaringan kemudian dialirkan menuju inlet somp. Setelah itu akan dilakukan proses flokulasi dengan penambahan tawas 18 % di dalam equalization tank. Hal ini menyebabkan lemak yang terkandung akan mengalami koagulasi agar mudah dipisahkan setelah melewati fat trap. Selanjutnya air ditambahkan HCl dan NaOH agar diperoleh nilai pH antara 6,5-8,5. Jika pH kurang dari 6,0 maka ditambahkan NaOH 1 % w/v, sedangkan jika pH melebihi 9,0 ditambahkan HCl 2 % w/v.
Setelah keluar dari equalization tank, air dialirkan menuju SBR (Sequencing Batch Reactor). SBR menggunakan proses aerobik dengan mekanisme lumpur aktif (active sludge) dan penambahan bakteri aerob BOD 5. Lumpur aktif dihasilkan dengan kecepatan 2 m3/jam. Setelah tanki SBR terisi 80 %, terjadi proses aerasi selama 16 jam dan penambahan TSP/urea sebagai nutrisi bagi bakteri. Aerasi dilakukan dengan mengalirkan 7,69 kg O2/jam. TSP yang ditambahkan sebanyak 3,5 kg/hari, sedangkan urea sebanyak 2,3 kg/hari. Namun jika laju aliran mencapai maksimum, nutrisi ditambahkan sebanyak 10 kg/m3. Selanjutnya dilakukan proses sedimentasi selama 2-3 jam sehingga dihasilkan air dengan kondisi 50 % jernih. Air yang dihasilkan dari IPAL digunakan untuk flushing kandang sapi di peternakan (Dairy Farm).
3.4 Produksi bersih
Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan
CIP (Clean In Place)
CIP (Clean In Place) merupakan proses pembersihan mesin-mesin dan peralatan yang digunakan di dalam proses pengolahan susu tanpa harus memindahkan atau membongkar mesin atau peralatan yang digunakan. CIP dilakukan setiap sebelum dan setelah melakukan proses produksi. CIP yang ada di PT. Greenfields Indonesia memiliki tiga buah line pembersihan, yaitu : 1) CIP processing line, 2) CIP storage line, dan 3) CIP aseptic line. Selain itu juga terdapat lini CIP sendiri yang terintegrasi dengan mesin untuk bagian sterilisasi VTIS dan TA-flex. CIP yang dilakukan terdiri atas dua jenis, yaitu CIP intermediate dan CIP final. CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan ketika mesin mengalami masalah/trouble. CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan pada saat awal dan akhir proses produksi. CIP dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1) pencucian dengan air suhu 50 0C, 2) pencucian dengan soda kaustik (NaOH) 2-2,5 % suhu 85 0C, 3) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 4) pencucian dengan asam nitrit (HNO3) 1-1,5 % suhu 70 0C, 5) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 6) sirkulasi dengan air panas suhu 85 0C, dan 7) pembilasan dengan air suhu 30 0C. CIP intermediate dilakukan hanya sampai tahap pencucian dengan soda kaustik kemudian dibilas dengan air.
Improvement (perbaikan)
Improvement biasanya terkait dengan project, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan fungsi bangunan yang sudah adaSalah satu contohnya adalah improvement yang dilakukan pada ruang packaging material. Ruangan tersebut dulunya masih berupa ruangan terbuka, sehingga rentan terkena cahaya matahari, hujan, atau debu secara langsung yang dapat menyebabkan barang di dalamnya lebih cepat rusak. Sekarang ruangan tersebut sudah dilengkapi dengan dinding untuk melindungi barang yang disimpan di dalamnya.
Improvement lainnya dilakukan terhadap lantai dan dinding di ruang produksi.Lantai ruang proses produksi harus dilengkapi dengan epoksi agar lebih tahan terhadap beban dan bahan-bahan kimia. Dinding ruang produksi dulunya juga dilapisi dengan menggunakan epoksi. Namun, karena epoksi merupakan senyawa kimia dari minyak (solvent base) dan dapat menimbulkan bau, maka dinding ruang produksi sekarang dilapisi dengan cat elastomeric (water base) agar lebih mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan bau yang dapat mengontaminasi produk.
Maintenance
Maintenance adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga bangunan dan peralatan yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Maintenance dilakukan terhadap bangunan dan peralatan seperti dinding, lantai, forklift, AC, lampu, cold storage, dan sebagainya. Maintenance forklift dilakukan setiap 6 bulan sekali dari kontraktor yang bersangkutan. Akan tetapi, sebagai upaya pencegahan, juga dilakukan maintenance mandiri setiap bulannya. Maintenance cold storage dan lampu di ruang proses produksi dilakukan setiap 3 bulan. Lampu di ruang proses produksi dilengkapi dengan cover akrilik yang biasanya diganti setiap 3 bulan.
BAB IV
KESIMPULAN
· PT. Greenfields Indonesia merupakan perusahaan bisnis sebagai produsen di bidang pengolah susu berteknologi tinggi yang menghasilkan produk susu ESL (Extended Shelf Life), susu UHT, dan whipping cream yang dikemas dalam kemasan TBA (Tetra Brik Aseptic) dan TFA (Tetra Fino Aseptic). KESIMPULAN
· Good Housekeeping adalah pengelolaan Internal yang baik untuk meningkatkan operasi mereka, dan keselamatan tempat kerja sehingga merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengeloaan lingkungan hidup, dan perubahan organisasional.
· Penerapan Good Housekeeping pada PT. Greenfields dilakukan sbb.
a) Bahan Baku : Susu yang berasal dari peternakan dan KUD disimpan pada reception tank agar tidak terkontaminasi udara luar. Selain itu, susu dari KUD sebelum dimasukkan dalam reception tank di uji mutunya agar memiliki kualitas yang sesuai dengan susu dari peternakan
b) Mesin dan Peralatan : Diterapkan biosekuriti sebelum memasuki kawasan produksi susu. Pada peternakan, sapi dan lingkungannya dilakukan pembersihan secara berkala sedangkan untuk mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi dilakukan perawatan berupa pencucian menggunakan zat kimia, pembilasan dan sterilisasi alat dengan susu tinggi.
c) Proses Produksi : Proses Produksi dengan menggunakan sistem Pasteurisasi Ultra High Temperature (UHT) yaitu pemanasan pada suhu tinggi dan segera didinginkan pada suhu 10°C (suhu minimal pertumbuhan bakteri susu)
d) Pengawasan Mutu : Pengawasan mutu dilakukan pada saat kedatangan susu dari KUD, Reception Tank, Balance Tank, Storage Tank, Blending Tank, Aseptic Tank, Filling, Chlorine Water, dan Air test. Pengawasan tersebut berupa menganalisis kandungan susu secara kimia dan mikrobiologi sesuai standart
e) Pengolahan Limbah : Penanganan limbah dilakukan dengan membuat kolam penampungan limbah (lagoon). Limbah cair yang terpisah dari hasil endapan akan digunakan kembali untuk proses cleaning kandang secara flushing.
DAFTAR PUSTAKA
- Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta:
- Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta, Jakarta
- Soeriatmodjo, RE, 1999 : Teknologi Bersih untuk menghasilkan produk ramah lingkungan, Nuansa, Bandung