BAB II
PERAN MOTIVASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
A. PERAN MOTIVASI
Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktip dalam proses pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Tentu saja kedua kondisi yang berbeda ini akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula.
Didalam ruang kelas guru dihadapkan dengan berbagai macam siswa. Guru terkadang nerasa sulit untuk dapat memotivasi siswa, disebabkan berbagai hambatan seperti:keterbatasan waktu, kebutuhan emosional setiap siswa yang perlu diperhatikan guru, tuntutan kualitas hasil kerja dari pimpinan (kepala sekolah) dan orang tua.
Guru sering merasa harus berpacu dengan waktu untuk dapat menyelesaikan semua materi dalam silabus atau kurikulum yang digunakan, dengan akibat perhatian kepeda siswa menjadi terbatas
Berbagai kondisi tersebut menjadi sumber stress bagi guru sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai motivator bagi siswa.
Supaya proses belajar efektif diperlukan tingkat motivasi yang cukup kuat. Motivasi menujukan suatu keadaan bertenaga dalam diri siswa yang mengharapkan kekuatan motivasi siswa. Apabila terlalu rendah maka usaha menjadi minimal, siswa siswa bersikap apatis, acuh tak acuh dan tidak bertanggung jawab.
Sedangkan motivasi yang terlalu kuat menghasilkan pula ketegangan (rangsangan, stres) dalam diri siswa yang tinggi yang terkadang justru menghambat usaha belajar. Kegiatan ini muncul sebagai dampak rasa takut gagal yang dapat menimbulkan sikap siswa yamg tidak flexibel dalam proses pembelajaran.Saat menghadapi ujian dapat terjadi siswa mengalami ketegangan yang tinggi, sehingga tiba-tiba lupa terhadap apa yang telah dipelajari.
B. PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA
Usaha membantu siswa menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai aktualitas diri yang masimal merupakan tugas dan tangguna jawab utama guru. Ketika berada diruang kelas guru memegang peran kunci dalam memotivasi siswa. Guru diharapkan dapat mengrahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan motif/tujuan siswa.
Ketika melihat siswa yang bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang berfariasi, dan dapat pula memberikan tantangan baru pada siswa yang kelebihan energi. Guru harus dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang medah dan yang sulit agar siswa tidak mudah bosan dan frustasi.
Melalui kegiatan penbelajaran guru dapat membantu siswa mengembangkan kemandirian dan percaya diri, kemampuan akademis dan rasa antusias untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya.
mengimgat variasi latar belakamg siswa, pendekatan ini tentunya merupakan pendekatan individual, yang akan menuntut tenaga dan perhatian guru yang tidak sedikit, tetapi hasilnya dapat lebih dipertanggungjawabkan dan berdampak jangka panjang dalam kehidupan siswa.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
1. Teori Kebutuhan Maslow
Salah satu teori motivasi manusia yang cukup konfrehensif dikemukakan oleh Maslow (1954). Dia berpendapat bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam bentuk hierarki, terdiri dari 5 tingkat. Kebutuhan tingkat yang lebih rendah harus terlebih dahulu dipenuhi sebelum kebutuhan pada tingkat yang diatasnya berfungsi.
a. Kebutuhang fisik
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan menjadi bagian suatu kelompok
d. Kebutuhan dihargai
e. Kebutuhan aktualisasi diri
2. Kebutuhan untuk Berfrestasi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi motifasi belajar siswa adalah;”kebutuhan teori untuk berprestasi” (needs of achievement) yang bangyak diulas oleh Mc.Cllelland (1968). Keinginan untuk berprestasi dijelaskan sebagai motif untuk mencapai suatu standar kualitas (standard of excellence).Seseorang yang digerakan oleh motif ini akan berusaha melakukan usahanya atau pekerjaannya sebaik mungkin, tanpa memikirkan apakah hasilnya akan menguntungkan atau tidak.
3. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan bahwa factor kognisi mempengaruhi motivasi dan pola prilaku seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh Weiner (1972) seorang akan melakukan suatu prilaku berprestasi bukan saja dipengruhi oleh pemahamannya tentang kualitas tujuan yang akan dicapai;tetapi juga oleh bagaimana individu tersebut memandang penyebab keberhasilan.Menurut konsep locus of control seseorang dapat bersifat “internal” (menganggap factor dari diri sendiri menentukan keberhasilan) atau bersifat “axternal” (menganggap keberhasilan ditentukan oleh factor dari luar dirinya sendiri).
4. Model ARCS
Menurut expectancy-value motivasi yang dilihat dari “usaha”siswa, merupakan sesuatu apabila dia mempunyai harapan untuk berhasil dalan usahanya.
Faktor kedua adalah oersepsi siswa mengenai “nilai” atau manfaat yang akan diperoleh dari tercapainya suatu tujuan.
Berdasarkan teori expentancy-value, Keller mengidentifikasi 4 indikator pembelajaran yang berpengruh terhada motivasi belajar, disingkat sebagai ARCS,sebagai berikut.:
a. Attetion (perhatian).
b. Relevance (relevansi,kegunaan).
c. Confidence (rasa percaya diri).
d. Satisfaction (kepuasan)
BAB III
KESIMPULAN
Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin.Motivasi belajar yang memadai akan medorong siswa berprilaku aktif untuk breprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negative terhadap keefektifan uasaha belajar siswa.
Peran guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.
Berbagai faktor yang mempengaruhi dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori, di antaranya maslow dengan hierarki kebutuhan,kebutuhan untuk berprestasi, teori atribusi, dan model ARCS.
DAFTAR FUSTAKA
- Mc,Clelland.D.C.(1965). Toward a Theory of Motive Acquisition, American Psychologist, 20, 321 – 323.
- Weiner,B. (1972). Theories of Motivation From Mechanism to Cognition. Chicago: Markham.