Penulis:
Nuri Ismiyanti adalah seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. Lahir di Cilacap pada tanggal 3 September 1992. Ayahnya berasal dari Yogyakarta dan ibunya berasal dari Cilacap
Di pagi hari yang sejuk, matahari mulai terbit dari timur. Sinarnya memancar hingga ke bumi. Orang-orang pun mulai bangun dari tidurnya. Di suatu desa dekat pinggir sungai Serun terdapat rumah yang amat sederhana. Di rumah itu, tinggallah seorang nenek tua, ibu muda yang bernama Nia, dan anaknya yang bernama Fatur. Sedangkan ayah Fatur tidak tinggal bersama Fatur dan ibunya karena kedua orang tuanya sudah bercerai.
Pagi itu pun Fatur membantu ibunya memasak dan mencuci baju. Dia adalah anak yang rajin dan tidak suka membantah orang tuanya. Setelah Fatur membantu orang tuanya, dia pun segera berangkat ke sekolah.
“Fatur berangkat sekolah dulu ya!” kata Fatur.
“Ya nak, berhati-hatilah di jalan!” kata Ibu Fatur.
“Ya bu. Assalamu’alaikum” kata Fatur.
“Waalaikum salam” jawab Ibu Fatur.
Setelah dua minggu liburan sekolah, Fatur merasa sangat senang sekali dapat berangkat ke sekolah lagi. Ia rindu sahabat-sahabatnya. Ketika di jalan, ia pun bertemu dengan Dodi dan Rio.
“Selamat pagi Dodi!Selamat pagi Rio” kata Fatur.
“Selamat pagi juga Fatur,” jawab Dodi dan Rio.
“Tampaknya pagi ini kamu sangat gembira sekali,” kata Dodi.
“Ya. Aku sangat gembira sekali pagi ini. Coba, ada yang tahu tidak mengapa pagi ini aku sangat gembira?” tanya Fatur.
“Liburan kemarin kamu dapat hadiah spesial dari ibumu ya?” tanya Rio.
“Oh salah. Ada yang mau nebak lagi?” tanya Fatur.
“Aku tahu. Pasti kamu diajak jalan-jalan oleh ibumu,” jawab Dodi.
“Wah, sayang sekali jawaban kalian kurang tepat,” kata Fatur.
“Lalu apa yang membuat kamu sangat gembira seperti ini?” tanya Dodi.
“Hari ini aku sangat bahagia sekali karena aku bisa berangkat sekolah bersama kalian lagi. Bagiku, kalian adalah sahabat-sahabatku yang paling spesial,” kata Fatur.
“Menurutmu apa yang spesial dari kami?” tanya Rio.
“Pokoknya kalian spesial,” Jawab Fatur.
Dodi dan Rio pun tersenyum mendengar jawaban Fatur tersebut.
“Mengapa kalian tersenyum seperti itu?” tanya Fatur.
“Karena kata-kata kamu itu. Hehe,” Kata Rio.
“Tolong jelaskan Fatur, mengapa kamu berkata pokoknya spesial!” Pinta Dodi.
“Hehe,” Fatur pun tertawa dengan sikap Dodi dan Rio yang selalu ingin tahu.
“Bagiku kalian spesial karena kalian adalah sahabat yang selalu ada untukku. Kita bermain bersama, belajar bersama, dan bercanda bersama. Pokoknya kalian hebat.” Kata Fatur.
“Hebat? Seperti superhiro saja,” kata Rio.
Mereka bertiga pun tertawa terbahak-bahak.
“Kamu juga sahabat terbaik kami Fatur,” kata Dodi.
Mereka pun saling berpegangan tangan menuju ke sekolah. Pada saat perjalanan menuju sekolah, mereka bernyanyi bersama-sama.
Sesampainya di depan pintu gerbang, tiba-tiba ada seorang pengemis tua. Pakaiannya yang kusut dan wajahnya yang pucat membuat orang-orang kasihan kepadanya.
“Dodi, coba lihat. Ada pengemis di depan pintu gerbang sekolah kita,” kata Fatur.
“Ya betul Fatur,” kata Dodi.
“Kasihan dia,” kata Rio.
“Apakah kalian memiliki sedikit uang untuk pengemis itu?” tanya Dodi.
“Aku punya Dod,” jawab Rio.
“Aku juga punya. Ayo kita memberi uang ini kepada pengemis itu!” Ajak Fatur.
Setelah mereka memberi uang untuk pengemis tua,mereka pun masuk ke sekolah. Bel tandak masuk pun berbunyi. Mereka segera masuk ke kelas.
“Selamat pagi anak-anak!” kata bu guru.
“Selamat pagi bu,” jawab siswa-siswa.
“Fatur, sekarang kamu pimpin teman-temanmu untuk berdo’a!” Kata bu guru.
“Baik bu,” kata Fatur.
Merekapun berdo’a bersama-sama secara serempak. Keceriaan guru dan siswa yang ada di SD Negeri Samulya 03 itu pun membuat suasana sangat menyenangkan.
“Pagi ini ada pengumuman penting untuk siswa kelas III,” kata bu guru.
“Pengumumannya apa bu?” tanya Nina.
“Pengumumannya adalah bu guru akan memilih tiga siswa diantara kalian untuk mengikuti lomba dokter kecil. Bu guru sudah menentukan tiga siswa yang akan mewakili kelas kita untuk lomba dokter kecil di SD Negeri Samulya 01,” kata bu guru.
Sementara itu, mereka penasaran menunggu pengumuman pemilihan tiga perwakilan kelas untuk mengikuti lomba dokter kecil.
“Tiga siswa yang akan mengikuti lomba dokter kecil yaitu Fatur,” kata bu guru.
“Selamat ya Fatur kamu terpilih,” kata Mia.
“Ya, terima kasih,” kata Fatur.
Bu guru belum menyebutkan dua siswa lagi yang akan mewakili kelasnya untuk lomba. Mereka di kelas pun semakin penasaran.
“Selanjutnya yang terpilih untuk mengikuti lomba dokter kecil adalah Dodi dan Rio,” kata bu guru.
Mereka pun mendukung Fatur, Dodi, dan Rio. Sahabat-sahabat yang lain sudah mengetahui bahwa mereka bertiga adalah anak-anak yang rajin, tidak sombong, dan selalu membantu temannya yang kesulitan dalam memahami materi yang diberikan guru atau tugas yang di berikan guru.
“Kalian bertiga harus selalu semangat ya. Kalian pasti dapat menjadi yang terbaik,” kata Mia.
“Ya terima kasih Mia,” kata Dodi.
“Kami pasti bersemangat untuk mengikuti lomba dokter kecil ini. Bukankah begitu Fatur dan Dodi?” kata Rio
“Ya betul,” kata Dodi.
Setelah itu pun guru memberikan arahan kepada Fatur, Dodi, dan Rio. Kemudian, guru memberikan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Tanpa disadari, ternyata pembelajaran sudah harus berakhir. Fatur sebagai ketua kelasnya pun memimpin do’a pertanda berakhirnya pembelajaran. Setelah itu, Fatur, Dodi, Rio dan bersama teman-teman yang lainnya pun pulang bersama.
“Fatur, Dodi, Rio, kalian harus belajar sungguh-sungguh ya! Aku percaya pada kalian bertiga, kalau kalian bersungguh-sungguh dalam belajar pasti kalian akan memenangkan lomba dokter kecil,” kata Mia.
“Kalian juga harus jaga kesehatan, karena kesehatan itu yang paling utama,” kata Sambas.
“Baik teman-teman kami akan berusaha sebaik mungkin,” kata Rio.
“Ya, mari kita bersorak semangat semangat semangat,” ajak Ali.
Pagi itu pun Fatur membantu ibunya memasak dan mencuci baju. Dia adalah anak yang rajin dan tidak suka membantah orang tuanya. Setelah Fatur membantu orang tuanya, dia pun segera berangkat ke sekolah.
“Fatur berangkat sekolah dulu ya!” kata Fatur.
“Ya nak, berhati-hatilah di jalan!” kata Ibu Fatur.
“Ya bu. Assalamu’alaikum” kata Fatur.
“Waalaikum salam” jawab Ibu Fatur.
Setelah dua minggu liburan sekolah, Fatur merasa sangat senang sekali dapat berangkat ke sekolah lagi. Ia rindu sahabat-sahabatnya. Ketika di jalan, ia pun bertemu dengan Dodi dan Rio.
“Selamat pagi Dodi!Selamat pagi Rio” kata Fatur.
“Selamat pagi juga Fatur,” jawab Dodi dan Rio.
“Tampaknya pagi ini kamu sangat gembira sekali,” kata Dodi.
“Ya. Aku sangat gembira sekali pagi ini. Coba, ada yang tahu tidak mengapa pagi ini aku sangat gembira?” tanya Fatur.
“Liburan kemarin kamu dapat hadiah spesial dari ibumu ya?” tanya Rio.
“Oh salah. Ada yang mau nebak lagi?” tanya Fatur.
“Aku tahu. Pasti kamu diajak jalan-jalan oleh ibumu,” jawab Dodi.
“Wah, sayang sekali jawaban kalian kurang tepat,” kata Fatur.
“Lalu apa yang membuat kamu sangat gembira seperti ini?” tanya Dodi.
“Hari ini aku sangat bahagia sekali karena aku bisa berangkat sekolah bersama kalian lagi. Bagiku, kalian adalah sahabat-sahabatku yang paling spesial,” kata Fatur.
“Menurutmu apa yang spesial dari kami?” tanya Rio.
“Pokoknya kalian spesial,” Jawab Fatur.
Dodi dan Rio pun tersenyum mendengar jawaban Fatur tersebut.
“Mengapa kalian tersenyum seperti itu?” tanya Fatur.
“Karena kata-kata kamu itu. Hehe,” Kata Rio.
“Tolong jelaskan Fatur, mengapa kamu berkata pokoknya spesial!” Pinta Dodi.
“Hehe,” Fatur pun tertawa dengan sikap Dodi dan Rio yang selalu ingin tahu.
“Bagiku kalian spesial karena kalian adalah sahabat yang selalu ada untukku. Kita bermain bersama, belajar bersama, dan bercanda bersama. Pokoknya kalian hebat.” Kata Fatur.
“Hebat? Seperti superhiro saja,” kata Rio.
Mereka bertiga pun tertawa terbahak-bahak.
“Kamu juga sahabat terbaik kami Fatur,” kata Dodi.
Mereka pun saling berpegangan tangan menuju ke sekolah. Pada saat perjalanan menuju sekolah, mereka bernyanyi bersama-sama.
Sesampainya di depan pintu gerbang, tiba-tiba ada seorang pengemis tua. Pakaiannya yang kusut dan wajahnya yang pucat membuat orang-orang kasihan kepadanya.
“Dodi, coba lihat. Ada pengemis di depan pintu gerbang sekolah kita,” kata Fatur.
“Ya betul Fatur,” kata Dodi.
“Kasihan dia,” kata Rio.
“Apakah kalian memiliki sedikit uang untuk pengemis itu?” tanya Dodi.
“Aku punya Dod,” jawab Rio.
“Aku juga punya. Ayo kita memberi uang ini kepada pengemis itu!” Ajak Fatur.
Setelah mereka memberi uang untuk pengemis tua,mereka pun masuk ke sekolah. Bel tandak masuk pun berbunyi. Mereka segera masuk ke kelas.
“Selamat pagi anak-anak!” kata bu guru.
“Selamat pagi bu,” jawab siswa-siswa.
“Fatur, sekarang kamu pimpin teman-temanmu untuk berdo’a!” Kata bu guru.
“Baik bu,” kata Fatur.
Merekapun berdo’a bersama-sama secara serempak. Keceriaan guru dan siswa yang ada di SD Negeri Samulya 03 itu pun membuat suasana sangat menyenangkan.
“Pagi ini ada pengumuman penting untuk siswa kelas III,” kata bu guru.
“Pengumumannya apa bu?” tanya Nina.
“Pengumumannya adalah bu guru akan memilih tiga siswa diantara kalian untuk mengikuti lomba dokter kecil. Bu guru sudah menentukan tiga siswa yang akan mewakili kelas kita untuk lomba dokter kecil di SD Negeri Samulya 01,” kata bu guru.
Sementara itu, mereka penasaran menunggu pengumuman pemilihan tiga perwakilan kelas untuk mengikuti lomba dokter kecil.
“Tiga siswa yang akan mengikuti lomba dokter kecil yaitu Fatur,” kata bu guru.
“Selamat ya Fatur kamu terpilih,” kata Mia.
“Ya, terima kasih,” kata Fatur.
Bu guru belum menyebutkan dua siswa lagi yang akan mewakili kelasnya untuk lomba. Mereka di kelas pun semakin penasaran.
“Selanjutnya yang terpilih untuk mengikuti lomba dokter kecil adalah Dodi dan Rio,” kata bu guru.
Mereka pun mendukung Fatur, Dodi, dan Rio. Sahabat-sahabat yang lain sudah mengetahui bahwa mereka bertiga adalah anak-anak yang rajin, tidak sombong, dan selalu membantu temannya yang kesulitan dalam memahami materi yang diberikan guru atau tugas yang di berikan guru.
“Kalian bertiga harus selalu semangat ya. Kalian pasti dapat menjadi yang terbaik,” kata Mia.
“Ya terima kasih Mia,” kata Dodi.
“Kami pasti bersemangat untuk mengikuti lomba dokter kecil ini. Bukankah begitu Fatur dan Dodi?” kata Rio
“Ya betul,” kata Dodi.
Setelah itu pun guru memberikan arahan kepada Fatur, Dodi, dan Rio. Kemudian, guru memberikan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Tanpa disadari, ternyata pembelajaran sudah harus berakhir. Fatur sebagai ketua kelasnya pun memimpin do’a pertanda berakhirnya pembelajaran. Setelah itu, Fatur, Dodi, Rio dan bersama teman-teman yang lainnya pun pulang bersama.
“Fatur, Dodi, Rio, kalian harus belajar sungguh-sungguh ya! Aku percaya pada kalian bertiga, kalau kalian bersungguh-sungguh dalam belajar pasti kalian akan memenangkan lomba dokter kecil,” kata Mia.
“Kalian juga harus jaga kesehatan, karena kesehatan itu yang paling utama,” kata Sambas.
“Baik teman-teman kami akan berusaha sebaik mungkin,” kata Rio.
“Ya, mari kita bersorak semangat semangat semangat,” ajak Ali.
Mereka pun bersama-sama bersorak semangat.
Kebersamaan diantara mereka tidak terasa harus berakhir di tengah perjalanan. Hanya Fatir, Dodi, dan Rio yang masih menuju ke jalan yang satu arah.
“Fatir, sebentar lagi kita akan mengikuti lomba dokter kecil. Bagaimana kalau kita membentuk kerja kelompok?” tanya Rio.
“Bagaimana ya? Nanti siapa yang akan membantu ibu ku berjualan di pasar? kalau nenek ku kan tidak mungkin. Beliau sudah tua,” kata Fatir.
“Kalau masalah itu, tidak perlu kamu pikirkan. Mereka pasti akan mendukungmu Fatir,” kata Rio.
“Ya betul Fatir. Cobalah kamu berbicara dengan ibumu. Pasti dia mendukungmu,” kata Dodi.
“Baik, aku akan mencobanya. Semoga saja ibuku mendukung aku untuk belajar kelompok bersama kalian,” kata Fatir.
“Ya begitu lebih bagus. Harus tetap semangat ya Fatir. Kita tidak boleh mengecewakan guru dan teman-teman kita yang telah mendukung kita untuk ikut lomba dokter kecil,” kata Rio.
“Masih banyak teman-teman kita yang ingin ikut lomba seperti kita, jadi kita harus selalu semangat,” kata Dodi.
“Ya betul apa yang kalian katakan. Maafkan aku teman-teman!” kata Fatir.
“Aku memaafkanmu Fatir. Aku tahu kalau kamu selalu sayang kepada ibumu,” kata Rio.
“Ya memang benar kalau aku selalu menyayangi ibuku. Hanya ibu dan nenek yang selalu menemaniku,” kata Fatir.
“Jadi, mulai sekarang kita harus bersemangat untuk belajar. Kalian setuju?” tanya Dido.
“Ya setuju,” jawab Fatir dan Rio.
Setelah itu pun mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya masing-masing.
Sesampainya di rumah Fatir pun menyampaikan keinginannya kepada ibunya untuk belajar kelompok bersama Dodi dan Rio.
“Jika kamu memang ingin belajar kelompok bersama temanmu, maka lakukanlah nak! Pasti ibu akan selalu mendukungmu,” kata ibu Fatir.
“Ya bu,” kata Fatir.
Sore harinya Fatir pun berlari menemui Dido dan Rio. Mereka pun segera menyusun jadwal belajar kelompok.
“Besok, setelah pembelajaran di sekolah berakhir kita kerja kelompok ya!” Kata Rio.
“Ya siap,” kata Fatir.
Dari hari ke hari mereka bertiga selalu belajar bersama. Pada saat pemberian materi dokter kecil pun mereka selalu belajar bersama.
“Nanti sore kita belajar kelompok lagi ya Rio!” kata Fatir.
“Ya siap,” kata Rio.
Sore harinya mereka pun segera belajar kelompok.
“Kemana Dido?” tanya Fatir.
“Aku tidak tahu,” kata Rio.
Tiba-tiba ada ibunya Dido datang menemui Fatir dan Rio.
“Maaf nak, Dido tidak dapat ikut belajar bersama kalian. Tadi siang hujan lebat dan membuat jalan pun licin. Saat Dido berlari pulang ke rumah dia terpeleset di jalan yang licin. Hingga membuat kakinya luka. Berjalan pun kesulitan,” kata ibu Dido.
“Ya bu, tidak apa-apa,” kata Fatir.
“Lebih baik sekarang kita jenguk Dido,” kata Rio.
“Ide yang bagus,” kata Fatir.
Mereka pun pergi ke rumah Dido.
“Maaf ya teman-teman aku tidak dapat belajar kelompok bersama kalian lagi. Aku pun tidak yakin dapat melanjutkan perlombaan dokter kecil. Lihatlah aku saat ini! Aku tidak berdaya saat ini. Berjalan pun aku kesulitan, apalagi pergi mengikuti perlombaan dokter kecil,” kata Dido.
“Lain kali kamu harus hati-hati Dido. Tiga hari lagi tes perlombaan dokter kecil akan dilaksanakan. Mengapa kamu bisa seceroboh itu?” tanya Fatir.
“Ya maaf. Aku lapar dan ingin menghindari hujan. Saat aku ingin segera sampai di rumah, aku tidak menyadari kalau jalan yang aku lewati itu licin,” kata Dido.
“Berarti kita hanya belajar berdua saja?” tanya Rio.
“Ya mau bagaimana lagi. Keadaan Dido saat ini terluka,” kata Fatir.
“Sungguh aku ingin mengikuti perlombaan itu, tapi itu tidak mungkin,” kata Dido.
Setelah itu pun Fatir dan Rio pulang ke rumahnya masing. Di pertengahan jalan mereka membicarakan Dido.
“Sayang sekali Dido tidak dapat mengikuti perlombaan. Walau dia tidak sepintar kita, tapi dia tetap teman kita. Apakah kita akan membiarkannya untuk tidak mengikuti perlombaan?” tanya Fatir.
“Aku sendiri bingung. Hmmm bagaimana ya?” kata Rio.
“Aku punya ide,” kata Fatir.
“Ide apa?” tanya Rio.
“Bagaimana kalau kita belajar di rumah Dido saja?” tanya Fatir.
“Ya betul itu. Jadi, Dido tidak perlu berjalan ke rumah kamu untuk belajar bersama. Tapi, dia tetap tidak dapat berjalan ke perlombaan,” kata Rio.
Mereka pun bimbang mencari solusi permasalahannya.
Sehari sudah Fatir dan Rio mengikuti pemberian materi dokter kecil tanpa Dido.
Sore harinya Fatir bersama Rio pergi menjenguk Dido di rumahnya.
“Bagaimana keadaanmu,” tanya Rio.
“Hmmm gimana ya?” kata Dido.
“Lho ditanya mengapa balik tanya?” kata Rio.
“Aku masih kesulitan berjalan,” kata Dido.
“Hmmmm. Jadi, kamu masih tidak akan ikut perlombaan?” kata Fatir.
“Aku belum tahu,” kata Dido.
“Bagaimana kalau sekarang kita belajar bersama? Setidaknya kamu tahu materi yang diberikan guru, walaupun kamu tidak hadir dan tidak akan mengikuti perlombaan. Kata bu guru kalau kita punya ilmu itu harus berbagi,” kata Fatir.
“Baik,” kata Dido.
“Sudah-sudah, aku tidak akan dapat belajar bersama kalian lagi,” kata Dido.
“Jangan mengeluh!” kata Rio sambil tersenyum.
Akhirnya mereka pun belajar bersama. Meskipun tidak tahu akan mengikuti perlombaan atau tidak, namun Dido tetap belajar bersama Fatir dan Rio.
Keesokan harinya pun Fatir dan Rio pergi mengikuti pembarian materi dokter kecil tanpa Dido. Namun sore harinya mereka tetap belajar bersama Dido.
“Apakah kamu sudah mengerti materi yang akan dilombakan besok,?” tanya Dodi.
“Kalau aku sudah mengerti. Bagaimana denganmu Fatir?” tanya Rio.
“Aku juga sudah mengerti,” kata Fatir.
“Jadi, besok kita siap mengikuti lomba dokter kecil,” Kata Dido.
“Ya siap. Semangat semangat dan semangat,” kata Rio.
Keesokan hariny Fatir dengan Rio bersiap-siap bertolak mengikuti lomba dokter mungil. Tak lupa serta buat makan pagi bakal dikala mengikuti lomba senantiasa sehat.
“Sayang sekali Dido tak sanggup ikut ya,” kata Rio.
“Ya, hmmm,” kata Fatir.
Sesampainya di kelas mereka duduk bersama kalem, tiba-tiba Dido datang dengan ibunya.
“Dido?” bertanya Rio.
Fatir & Rio tak menyangka seandainya Dido sanggup ikut lomba.
Saat perlombaan dilaksanakan, mereka bertiga mengikuti perlombaan bersama patuh aturan. Demikian serta bersama siswa-siswa dari sekolah lainnya.
Kepada dikala perlombaan telah selesai dilaksanakan, siswa-siswa yg mengikuti perlombaan serentak beristirahat. Mereka menunggu ketetapan dari guru-guru buat memastikan jawara dari perlombaan dokter mungil.
Hari serta makin siang, terpandai perlombaan serta langsung diumumkan. Dido yg telah tak masuk mengikuti pemberian materi dokter mungil nyata-nyatanya memperoleh jagoan I, Fatir meraih terpandai III, & Rio mendapati pemenang IV. Sedangkan terpandai II diperoleh oleh sekolah lain.