Pada postingan kali ini penulis akan membahas sebuah artikel yang berjudul Anak Yang Sholeh Merupakan Aset Terbesar Dunia Akhirat Bagi Kedua Orangtuanya.
Melihat sedikit
kebelakang melalui pengalaman pribadi, tepatnya tanggal 16 November 2013
lahirlah anak kami yang sehat dengan berat badan 3kg dengan proses kelahiran
normal lancar yaitu terjadi reaksi (mules) pukul 6 dan itu baru pembukaan 1
alhamdulillah dengan izin Allah langsung pembukaan seluruhnya dan pada pukul 09.05
sudah lahir degan selamat.
Alangkah
bahagianya kami pada waktu itu karena anaknya sehat selamat, ibunya juga sehat
selamat dan harapan kami tentunya dia akan
menjadi Anak Yang Sholeh Yang Merupakan Aset Dunua Akhirat Buat
Orangtuanya. Selanjutnya sudah menjadi karakter seorang manusia bila sedang
mendapatkan kebahagian setelah berucap syukur kepada Allah maka tidak ada
salahnya membuat orang lain tahu kebahagian kami dan berharap bisa mendoakan
kebaikan buat masa depan anak kami bersama an dengan terbangunnya suatu
keluarga yang baru yang berharap sakinah mawadah warahmah. Amin, singkat cerita
dikirimlah sms yang isinya “alhamdulillah
telah lahir anak kami (adin & leni) yang pertama pada tanggal 16 November
2013 pukul 9.05 WIB dengan berat 3Kg, berjenis kelamin perempuan dengan kondisi
sehat serta lancar mudah-mudahan menjadi
aset dunia dan akhirat yaitu anak yang sholehah. Aminn
Maka dari itulah yang melatar belakangi saya untuk mengjak ikhwatu ieman pembaca setia Adin Blog untuk terus menjadi yang terbaik (menjadi orang sholeh) karena sudah kita akan mendapatkan anak yang sholeh sholehah. Amin ya robbal alamin.
Saya rasa anak sholeh memang menjadi dambaan setiap orang tua. Jadi kepikiran, bagaimana ya caranya memiliki anak-anak yang sholeh? Kalau kita memperhatikan realita sosial disekitar kita dan kembali kepada ajaran agama, kita akan berkesimpulan yang sama bahwa orang tua yang sholeh melahirkan anak-anak yang sholeh namun setiap anak sholeh tidak harus terlahir dari orang tua yang sholeh. Jadi upaya terbesar untuk memiliki anak yang sholeh terlebih dahulu jadilah orang tua yang sholeh. Hal ini berdasarkan:
(1) Pertama, dalam Al Qura’an disebutkan kesholehan orang tua berpengaruh pada anak cucunya.
Kisah Nabi Khidhir yang menegakkan tembok rumah yang mau roboh. “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” [QS. Al Kahfi: 82].
Dalam menafsirkan firman Allah, “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih” Ibnu Katsir berkata: “Ayat diatas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat”.
(2) Kedua, setiap anak terlahir suci dan yang paling berperan menentukan sholeh tidaknya anak adalah orang tua.
Rosulullah SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. [Al-Imam Muslim, Kitabul Qadar no. 2658]
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadibYahudi, Nashranibatau Majusi.”(HR. Al-Bukhari no. 1270)
(3) Ketiga, do’a orang tua yang sholeh untuk anak-anaknya lebih mudah dikabulkan oleh Allah.
Dalam riwayat Umar bin Khaththab minta kepada orang sholeh yaitu Abbas supaya berdo’a karena doanya orang sholeh diijabah. Dari Anas bin Malik RA, bahwa Umar bin Khaththab RA apabila terjadi musim paceklik, ia meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muthalib RA, lalu berkata, “Ya Allah, kami dahulu bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau menurunkan hujan kepada kami, sekarang kami memohon kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka berilah kami hujan”. [HR. Al Bukhari 2 : 398]
(4) Keempat, ibu yang baik sangat mempengaruhi kepribadian anak.
Dalam kitab Fiqih Sunnah diceritakan seseorang datang kepada Umar Ibnul Khoththob dan bertanya “Wahai Umar apakah hak seorang anak kepada Ayahnya?”. Umar menjawab, “Hendaklah ia mengajari anaknya Al Quran dan mencarikan ibu yang baik”.
Jadi kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan Al Quran dan kepribadian ibunya.
(5) Kelima, sejarah mencatat orang tua yang sholeh dikaruniai anak-anak yang sholeh.
Di masa kholifah Umar Bin Khotthob ada seorang gadis anak penjual susu yang sangat sholeh. Ibunya memerintahkan, “Nak, campurlah susu itu dengan air!”. “Sungguh, Amirul Mukminin melarang perbuatan itu, Ibu”, jawab gadis itu. “Tetapi Umar tidak melihat perbuatan kita”. Sang gadis pun menjawab, ”Seandainya Umar tidak melihat kita, maka Tuhan yang menciptakan Umar melihat kita”. Singkat cerita gadis penjual susu itu menikah dengan putra Kholifah dan melahirkan seorang anak yang sangat sholeh yaitu Umar Bin Abdul Azis dikenal sebagai Khulafaurrosyidin Kelima yang memimpin kaum muslimin dengan sangat adil. Atau mungkin kita telah membaca buku “10 Bersaudara Bintang Al Qur’an”. Dalam buku itu kita mengenal Ibu Wirianingsih dan Pak Tamim adalah pasangan suami istri yang dikenal kesholehan atau kebaikannya sejak muda. Dari merekalah terlahir 10 anak penghafal Al Qur’an.
Lukman orang tua yang sholeh melahirkan anak yang sholeh hingga dia diabadikan di dalam Al-quran ada surat Lukman, dengan ayat terpopulernya yaitu mengajarkan anak supaya tidak berbuat musyrik kepada allah yaitu tertera didalam surat Luqman ayat 13
13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(6) Keenam, orang tua yang sholeh memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Seorang anak perempuan yang melihat ibunya berhijab dari laki-laki yang bukan mahram, menutup aurat, berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga kesucian diri tidak akan sama dengan seorang anak perempuan yang selalu melihat ibunya bersolek di depan para lelaki bukan mahram, bersalaman, berikhtilat, duduk bersama mereka, tertawa, bahkan berdansa dengan lelaki bukan mahram.
Seorang anak yang melihat ayahnya rajin berpuasa sunnah, membaca alqu’an dan sholat jama’ah di masjid tidak akan sama dengan seorang anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di perempatan jalan, kafe, dan diskotik. Seorang anak yang melihat ayahnya bangun di malam hari, mendirikan shalat lail, menangis karena takut kepada Allah, akan berfikir, “Mengapa ayah menangis, mengapa ayah shalat, untuk apa ayah bangun meninggalkan ranjangnya yang empuk lalu berwudhu dengan dinginnya air di tengah malam seperti ini? Untuk apakah ayah sedikit tidur dan berdoa dengan penuh pengharapan lagi cemas?” Semuanya itu membekas dibenak sang anak, selalu hadir dalam pikirannya dan tumbuh keinginan anak untuk meneladi orang tuanya. Anak lebih mudah meneladani apa yang dilihatnya. Keteladanan adalah guru yang terbaik. Wallahualam.
ﺍﻋﻴﺬ ﺒﻜﻠﻤﺎﺖ ﺍﷲ ﺍﻟﺗﺎﻤﺔ ﻤﻦ ﻜﻞ ﺸﻴﻄﺎﻦ ﻮﻫﻤﺔ ﻮﻤﻦ ﻜﻞ ﻋﻴﻦ ﻻﻤﺔ
Artinya : “ Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allaah bagimu (bayi) dari godaan syetan dan segala hewan serta ‘ain yang menyebabkan buruknya penglihatan “.. Selang beberapa menit maka muncullah balasan puluhan sms yang isinya ikut mendoa’akan kebaiakan untuk anak dan mengucapkan selamat seperti pada umumnya. Namun ada satu sms yang membuat saya ingat terus sampai sekarang yaitu kalaua tidak salah dari Ustadzah Yuyun Yulipah teman Satu kelas waktu sekolah di Muallimin Persatuan Islam 07 cempaka warna yang mana isinya beda dari pada yang lain isinya singkat tapi sangat padat dan mendo’akannya pada orang tua anak menurut saya yaitu dengan bahasa sunda “wilujeung kang, wilujeung janteun orang tua anu sholeh” kalau ditranslate kedalam bahasa Indonesia kurang lebihnya “ selamat kang , dan siaplah untuk bisa menjadi orang tua yang sholeh” hingga saya termenung berpikir panjang membaca sms tersebut namun setelah di pelajari difahami sms itu, alhamdulillah menjadi motivasi buat kami dengan membaca bismillah kita harus menjadi orang tua yang sholeh supaya punya aset dunia akhirat yang paling besar yaitu memiliki anak yang sholeh. aminMaka dari itulah yang melatar belakangi saya untuk mengjak ikhwatu ieman pembaca setia Adin Blog untuk terus menjadi yang terbaik (menjadi orang sholeh) karena sudah kita akan mendapatkan anak yang sholeh sholehah. Amin ya robbal alamin.
Saya rasa anak sholeh memang menjadi dambaan setiap orang tua. Jadi kepikiran, bagaimana ya caranya memiliki anak-anak yang sholeh? Kalau kita memperhatikan realita sosial disekitar kita dan kembali kepada ajaran agama, kita akan berkesimpulan yang sama bahwa orang tua yang sholeh melahirkan anak-anak yang sholeh namun setiap anak sholeh tidak harus terlahir dari orang tua yang sholeh. Jadi upaya terbesar untuk memiliki anak yang sholeh terlebih dahulu jadilah orang tua yang sholeh. Hal ini berdasarkan:
(1) Pertama, dalam Al Qura’an disebutkan kesholehan orang tua berpengaruh pada anak cucunya.
Kisah Nabi Khidhir yang menegakkan tembok rumah yang mau roboh. “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” [QS. Al Kahfi: 82].
Dalam menafsirkan firman Allah, “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih” Ibnu Katsir berkata: “Ayat diatas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat”.
(2) Kedua, setiap anak terlahir suci dan yang paling berperan menentukan sholeh tidaknya anak adalah orang tua.
Rosulullah SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. [Al-Imam Muslim, Kitabul Qadar no. 2658]
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadibYahudi, Nashranibatau Majusi.”(HR. Al-Bukhari no. 1270)
(3) Ketiga, do’a orang tua yang sholeh untuk anak-anaknya lebih mudah dikabulkan oleh Allah.
Dalam riwayat Umar bin Khaththab minta kepada orang sholeh yaitu Abbas supaya berdo’a karena doanya orang sholeh diijabah. Dari Anas bin Malik RA, bahwa Umar bin Khaththab RA apabila terjadi musim paceklik, ia meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muthalib RA, lalu berkata, “Ya Allah, kami dahulu bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau menurunkan hujan kepada kami, sekarang kami memohon kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka berilah kami hujan”. [HR. Al Bukhari 2 : 398]
(4) Keempat, ibu yang baik sangat mempengaruhi kepribadian anak.
Dalam kitab Fiqih Sunnah diceritakan seseorang datang kepada Umar Ibnul Khoththob dan bertanya “Wahai Umar apakah hak seorang anak kepada Ayahnya?”. Umar menjawab, “Hendaklah ia mengajari anaknya Al Quran dan mencarikan ibu yang baik”.
Jadi kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan Al Quran dan kepribadian ibunya.
(5) Kelima, sejarah mencatat orang tua yang sholeh dikaruniai anak-anak yang sholeh.
Di masa kholifah Umar Bin Khotthob ada seorang gadis anak penjual susu yang sangat sholeh. Ibunya memerintahkan, “Nak, campurlah susu itu dengan air!”. “Sungguh, Amirul Mukminin melarang perbuatan itu, Ibu”, jawab gadis itu. “Tetapi Umar tidak melihat perbuatan kita”. Sang gadis pun menjawab, ”Seandainya Umar tidak melihat kita, maka Tuhan yang menciptakan Umar melihat kita”. Singkat cerita gadis penjual susu itu menikah dengan putra Kholifah dan melahirkan seorang anak yang sangat sholeh yaitu Umar Bin Abdul Azis dikenal sebagai Khulafaurrosyidin Kelima yang memimpin kaum muslimin dengan sangat adil. Atau mungkin kita telah membaca buku “10 Bersaudara Bintang Al Qur’an”. Dalam buku itu kita mengenal Ibu Wirianingsih dan Pak Tamim adalah pasangan suami istri yang dikenal kesholehan atau kebaikannya sejak muda. Dari merekalah terlahir 10 anak penghafal Al Qur’an.
Lukman orang tua yang sholeh melahirkan anak yang sholeh hingga dia diabadikan di dalam Al-quran ada surat Lukman, dengan ayat terpopulernya yaitu mengajarkan anak supaya tidak berbuat musyrik kepada allah yaitu tertera didalam surat Luqman ayat 13
13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(6) Keenam, orang tua yang sholeh memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Seorang anak perempuan yang melihat ibunya berhijab dari laki-laki yang bukan mahram, menutup aurat, berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga kesucian diri tidak akan sama dengan seorang anak perempuan yang selalu melihat ibunya bersolek di depan para lelaki bukan mahram, bersalaman, berikhtilat, duduk bersama mereka, tertawa, bahkan berdansa dengan lelaki bukan mahram.
Seorang anak yang melihat ayahnya rajin berpuasa sunnah, membaca alqu’an dan sholat jama’ah di masjid tidak akan sama dengan seorang anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di perempatan jalan, kafe, dan diskotik. Seorang anak yang melihat ayahnya bangun di malam hari, mendirikan shalat lail, menangis karena takut kepada Allah, akan berfikir, “Mengapa ayah menangis, mengapa ayah shalat, untuk apa ayah bangun meninggalkan ranjangnya yang empuk lalu berwudhu dengan dinginnya air di tengah malam seperti ini? Untuk apakah ayah sedikit tidur dan berdoa dengan penuh pengharapan lagi cemas?” Semuanya itu membekas dibenak sang anak, selalu hadir dalam pikirannya dan tumbuh keinginan anak untuk meneladi orang tuanya. Anak lebih mudah meneladani apa yang dilihatnya. Keteladanan adalah guru yang terbaik. Wallahualam.