Karena sekarang sudah malam, maka... malam ini penulis akan memberikan salah satu contoh format susunan Penulisan Artikel pada karya ilmiah, dan yang akan dibahas kali ini adalah Contoh Format Penulisan Artikel Skripsi yang Benar dan Lengkap, dan dibawah ini adalah salah satu contohnya:
Oleh
Dewi Anisya Nur’ijati; Cece Rakhmat; Asep Saepulrohman
Program S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
ABSTRAK
Dewi Anisya Nur’ijati; Cece Rakhmat; Asep Saepulrohman
Program S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
ABSTRAK
Atas dasar permasalahan yang ditemukan di SDN 1 Mekarjadi diketahui bahwa penggunaan metode komvensional masih mendominasi dalam setiap pembelajaran IPA. Oleh sebab itu, peneliti mencoba menerapkan metode eksperimen dengan pengetahuan prosedural. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen terhadap pengetahuan prosedural siswa tentang sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA. Sampel penelitian adalah siswa kelas VA dan VB SDN 1 Mekarjadi yang berjumlah 51 siswa. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan desain metode penelitian Quasi Experimental jenis Nonequivalent Control Group Design.
Kata kunci : Metode Eksperimen, Pengetahuan Prosedural
Latar Belakang Masalah
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar (PBM) tugas guru harus melakukan (1) perencanaan pembelajaran, (2) proses pembelajaran, (3) evaluasi dan (4) bimbingan konseling. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.
Berkaitan dengan proses pembelajaran, merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (dimyati dan mudjiono, 2006:3). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula (hamalik, 2006:162).
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses interaksi antara guru dan murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.
Pada pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara ‘mencari tahu’ dan cara ‘mengerjakan/melakukan’ yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam (Depdiknas, 2004:3).
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Kondisi belajar dimana siswa hanya menerima materi dengan mendengarkan, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah dengan siswa ikut aktif mengambil bagian dalam kegiatan belajar.
Pengetahuan dalam pembelajaran IPA menjadi sangat penting dilatarbelakangi oleh ketertarikan siswa untuk melakukan eksplorasi lingkungan belajarnya. Sehingga banyak metode yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA salah satunya adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui kegiatan-kegiatan: a) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan, b) Berusaha mencari dasar teori yang relevan, c) Mengamati percobaan, d) Menganalisis dan menyajikan data, e) Menyimpulkan hasil percobaan, f) Mengkomunikasikan hasil percobaan (membuat laporan).
Menurut Joseph Mbulu (2001:58) Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan Pengetahuan yang bersifat prosedural siswa mengetahui tentang tata cara melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural merupakan rangkaian tahapan atau langkah-langkah yang harus diikuti untuk menyelesaikan masalah-masalah. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik, dan metode dalam mengerjakan sesuatu (Anderson, 2010:77). Pengetahuan prosedural juga meliputi pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan berbagai prosedur.
Pengetahuan prosedural merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung kegiatan percobaan, siswa dapat melakukan percobaan dengan baik dan benar. Contohnya siswa harus membuktikan sifat-sifat cahaya, siswa dapat menentukan langkah kerja yang sesuai sehingga siswa memperoleh percobaan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti memilih materi pembelajaran yang dapat siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya yaitu mengenai sifat-sifat cahaya.
Temuan dilapangan mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang selama ini terjadi di sekolah belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Tetapi lebih berorientasi pada terselesaikannya materi ajar tanpa menghiraukan pengalaman belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya, belum mampu memberi motivasi siswa akibatnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum optimal. Selain itu variasi mengajar guru yang kurang dan cenderung didominasi metode ceramah dan hapalan terhadap materi IPA, membuat komunikasi belajar hanya berjalan satu arah. Hal ini, mengakibatkan pembelajaran kurang menyenangkan karena siswa merasa bosan dan jenuh. Kenyataan yang dapat diamati di dalam kelas menunjukkan pemahaman siswa terhadap materi masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru kelas V, metode eksperimen belum pernah diterapkan dalam pembelajaran IPA di SDN 1 Mekarjadi.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen diharapkan mampu mengubah pola pembelajaran dan menambah pengetahuan sehingga siswa lebih antusias dan aktif dalam belajar. model yang dipilih guru dalam pemberian materi pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti bermaksud untuk menerapkan metode eksperimen pada materi ajar sifat-sifat cahaya di kelas V guna melihat pengetahuan prosedural siswa terhadap materi sifat-sifat cahaya di SDN 1 Mekarjadi kecamatan Sadanya, Ciamis.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap pengetahuan prosedural siswa tentang sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis?”
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka rumusan masalah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunaan Metode konvensional di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis?
b. Bagaimana pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan Metode Eksperimen di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis?
c. Adakah perbedaan pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat Cahaya yang menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode Eksperimen di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen terhadap pengetahuan prosedural siswa tentang sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 mekarjadi Kecamatan Sadananya Ciamis. Adapun secara rinci, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk:
1. Untuk mengetahui pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunaan Metode konvensional di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis.
2. Untuk mengetahui pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan Metode Eksperimen di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat Cahaya yang menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode Eksperimen di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis.
4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap pengetahuan prosedural siswa tentang sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat Cahaya yang menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode Eksperimen di kelas V SDN 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan metode eksperiman dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran. Dan menambah variasi dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa tidak jenuh.
b. Bagi siswa
Penerapan metode eksperimen mampu membantu siswa dalam memahami mata pelajaran IPA, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.
c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam mengatasi masalah pembelajaran IPA melalui penggunaan metode eksperimen.
Kajian Pustaka
Pembelajaran IPA di Sekolah dasar
a. Pengertian Pembelajaran IPA
Secara harfiah, IPA atau sains di ambil dari kata latin Scientia yang artinya pengetahuan, kemudian berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. “IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta” Mulyana (2008:7). Dalam kurikulum pendidikan dasar (2006) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Pada dasarnya hakikat pendidikan IPA terdiri dari tiga dimensi, sebagaimana yang dikemukakan T. Sarkim (Mulyana, 2009:9) bahwa ‘pendidikan IPA dikategorikan ke dalam tiga dimensi yaitu: dimensi produk, dimensi proses, dan dimensi sikap’. Dimensi produk meliputi konsep, prinsip, hukum, dan teori di dalam IPA yang merupakan hasil penyelidikan manusia melalui serangkaian eksperimen dalam memahami dan menjelaskan alam dengan berbagai fenomena yang terjadi. Dimensi proses yaitu metode untuk memperoleh pengetahuan atau disebut juga metode ilmiah. Adapun dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan pada khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.
c. Pembelajaran IPA yang Efektif
Menurut Depdiknas (2003) dalam Mulyana (2011:22) menyatakan bahwa “Pembelajaran yang efektif secara umum diartikan sebagai Kegiatan Belajar Mengajar yang pemperdayakan potensi siswa (peserta didik) serta mengacu pada pencapaian kopetensi individual masing-masing siswa”. Ada tujuh ciri utama yang harus diperhatikan oleh guru jika akan merancang pembelajaran IPA yang efektif dengan memberdayakan potensi siswa. Ketujuh ciri tersebut, yaitu: (1) Berpijak pada prinsip konstruktivisme, (2) Berpusat pada siswa, (3) Belajar dengan mengalami, (4) Mengembangkan keterampilan social, kognitif, dan emosional, (5) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan, (6) Belajar sepanjang hayat, dan (7) Perpaduan kemandirian dan kerjasama.
Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah Pengetahuan tentang cara atau pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu berupa rangkaian langkah yang harus diikuti. Jenis pengetahuan prosedural terdiri dari tiga subjek, yaitu:
a) Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritme.
b) Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu.
c) Pengetahuan tentang kriteria untuk mentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
Hasil belajar pengetahuan prosedural merupakan tingkat kemampuan yang dapat dikuasai siswa dari materi yang telah diajarkan diantaranya kemampuan kognitif sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom revisi di dalam Anderson dan Krath Wohl (2010:44) bahwa kemampuan atau penguasaan yang termasuk ranah kognitif dikategorikan ke dalam enam dimensi, yakni mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Metode Eksperimen
a. Pengertian metode eksperimen
Metode eksperimen dalam pembelajaran IPA mempunyai 3 manfaat, antara lain: 1) mendorong siswa untuk berfikir kritis, kreatif dan inovatif dengan bekal konsep yang sudah diajarkan, 2) menuntun siswa melakukan pengamatan, melakukan penafsiran dan dugaan terhadap data, 3) memandu siswa menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hukum alam yang sering dipakai dalam pembahasan IPA. (Herawati, 2006:11-12).
b. Langkah-Langkah Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah (2001:81-82) dan Mulyasa (2008:111) terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
1) Persiapan Eksperimen
Persiapan yang matang mutlak diperlukan, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu:
(1) Menentapkan tujuan eksperimen.
(2) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan.
(3) Mempersiapkan tempat eksperimen.
(4) Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta daya tampung eksperimen.
(5) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh siswa atau secara bergiliran).
(6) Perhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan dan berbahagia.
(7) Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk dilarang atau membahayakan.
2) Pelaksanaan Eksperimen
Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut:
(1) Siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.
(2) Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan.
3) Tindak lanjut Eksperimen
Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut:
(1) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru.
(2) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang digunakan. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Bentuk desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experimental design). Penelitian Quasi Experimental (eksperimen semu) ini melibatkan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan yaitu kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan yaitu kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan metode eksperimen.
Data yang diperoleh adalah hasil tes uji coba soal, nilai pretest dan posttest untuk mengetahui pengetahuan prosedural siswa. Nilai pretest diperoleh sebelum peneliti memberikan perlakuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang digunakan untuk mengetahui kenormalan serta kehomogenan sampel, dan nilai pengetahuan siswa diperoleh saat proses pembelajaran pada kelas eksperimen. Nilai post-test diperoleh setelah peneliti memberikan perlakuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan analisis validitas, reliabilitas dan taraf kesukaran diperoleh soal yang diguunakan sebagai soal pretest dan posttest sebanyak 38 soal dari 40 soal yang telah diujikan. Hasil pretest dan posttest dari seluruh kelas dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas. Dari analisis data tersebut hasil rata-rata nilai pretest pada kelas kontrol sebesar 45.37 sedangkan rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen sebesar 48.99. Untuk rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen sebesar 82.19, sedangkan nilai posttest kelas kontrol dengan rata-rata 74.21. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pada kedua kelas tersebut, maka dicari nilai rata-rata normal gain pada kedua kelas tersebut dan diperoleh nilai rata-rata normal gain kelas kontrol adalah 0.52 sedangkan nilai rata-rata normal gain kelas eksperimen adalah 0.61. Berdasarkan uji statistik, uji perbedaan ini menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) atau signifiknasi uji dua pihak sebesar 0,000; sehingga diperoleh Sig. < 0,05 atau Sig. < α maka H0 ditolak artinya ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest dan normal gain kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Simpulan
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pengetahuan prosedural siswa pada kelas eksperimen tentang sifat-sifat cahaya lebih baik daripada sebagian besar pengetahuan prosedural siswa pada kelas kontrol. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan metode eksperimen terhadap pengetahuan prosedural siswa tentang sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Mekarjadi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. .
DAFTAR PUSTAKA
- Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
- Anderson dan Krathwohl. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Taksonomi Bloom Revisi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Djamarah, Syaiful B. dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
- Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
- Nafisah, Novi. (2011). Pengaruh Model Problem Based Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Tentang Sifat-Sifat Cahaya Pada Pembelajaran Ipa Di Kelas V Sdn Cipondok Kecamatan Sukaresik. Universitas Pendidikan Indonsia: Tidak diterbitkan.
- Roestiyah, NK. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
- Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
- Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta
Contoh-Contoh Judul Skripsi Pendidikan
Contoh Penulisan Kaper Skripsi
Contoh Penulisan Abstrak Skripsi PTK
Contoh Penulisan Artikel Skripsi
Contoh Penulisan Lembar Pengesahan
Contoh Penulisan Lembar Pernyataan Skripsi
Contoh Penulisan Lembar Persembahan Skripsi
Contoh Penulisan Kata Pengantar Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Isi Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Tabel Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Gambar Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Lampiran Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Skripsi
Contoh Penulisan Proposal Skripsi PTK
Contoh Tugas Akhir D2 PGTK
Contoh Abstrak Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Contoh Penulisan Latar Belakang Masalah Skripsi PTK
Contoh Draft Skripsi Pengaruh Anggaran
Contoh Teknik Menganalisis Skripsi yang Baik
Contoh Penulisan Agenda Kegiatan Penyusunan Skripsi
Baca Juga Artikel Yang Lainnya :
- Kumpulan Makalah Pendidikan
- Contoh Surat Lamaran Pekerjaan
- Contoh Proposal Permohonan Bantuan Dana
- Berbagi Contoh Surat Proposal & Makalah
- My Arsip Plus
- Info Harga Sekitar Tasik
- Kumpulan Artikel Islam