Pada postingan kali ini penulis akan
membahas Sebuah Kisah dari Salah Satu Tokoh dalam Sejarah Islam yaitu
Asma' Binti Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. yang mana disini ditulis
diantaranya; 1) Sekilas Riwayat Hidup 2) Tindakan Asma' yang Baik, 3) Asma' Sebagai Penyair dan Pemberani, 4) Tekad Asma' yang Kuat Kemuliaan Jiwa dan Keberaniannya, yang mudah-mudahan
bermanfaat buat semuanya khususnya bagi yang
sudah bersilaturahmi dan mau membaca tulisan yang ada pada Adin Blog's
ini.
Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
(Puteri-puteri Teladan dalam Islam)
(Puteri-puteri Teladan dalam Islam)
Sumber:
"An-Nisaa' Haula Ar-Rasuul" (diterjemahkan menjadi "Tokoh-tokoh Wanita
di Sekitar Rasulullah SAW") yang disusun oleh Muhammad Ibrahim Salim.
Diketik oleh Hanies Ambarsari.
Sekilas Riwayat Hidup Asma
Dia
seorang wanita muhajir yang mulia dan tokoh yang besar karena akal dan
kemuliaan jiwa serta kemauannya yang kuat. Asma' dilahirkan tahun 27
sebelum Hijrah. Asma' 10 tahun lebih tua daripada saudaranya seayah,
Aisyah, Ummul Mu'minin dan dia adalah saudara se- kandung dari Abdullah
bin Abu Bakar.
Asma' mendapat gelar Dzatun nithaqain (si empunya dua
ikatpinggang), karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya
menjadi dua. Kemudian, yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus
makanan untuk bekal) Rasulullah SAW, dan yang lain sebagai pembungkus
qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-
Shiddiq keluar menuju gua.
Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair
dengan julukan "Dzaatun nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka
Asma' bertanya kepada puteranya itu, Abdullah bin Zubair :"Mereka
mengolok-olokkan kamu ?" Abdullah menjawab :"Ya." Maka Asma' berkata
:"Demi Allah, dia adalah benar."
Ketika Asma' menghadap
Al-Hajjaj, dia berkata: "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan
julukan Dzatun nitha- qain ? Memang, aku mempunyai sepotong ikat
pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat
pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah SAW." Asma' telah lama masuk
Islam di Mekkah, sesudah 17 orang dan berbai'at kepada Nabi SAW, serta
beriman kepadanya dengan iman yang kuat Pengamalan Islam Asma' yang Baik
Pada suatu ketika, datang Qatilah binti Abdul Uzza kepada puterinya,
Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangkan Abu Bakar telah menalaknya
di zaman jahiliyyah, membawa hadiah-hadiah berupa kismis, samin dan
anting-anting. Namun Asma' menolak hadiah tersebut dan tidak
mengizinkannya memasuki rumahnya. Kemudian dia memberitahu Aisyah
:"Tanyakan kepada Rasulullah SAW ....?" Aisyah menjawab :"Bi- arlah dia
memasuki rumahnya dan dia (Asma') boleh menerima hadiahnya."
Tindakan Asma' yang Baik
Abu
Bakar r.a. membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000 atau 6.000
ketika Rasulullah SAW pergi hijrah. Kemudian kakeknya, Abu Quhafah
datang kepada Asma' sedangkan dia seorang buta. Abu Quhafah berkata
:"Demi Allah, sungguh aku lihat dia telah menyusahkan kalian dengan
hartanya, sebagaiamana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya."
Maka Asma' berkata kepadanya:"Sekali-kali tidak, wahai, Kakek! Beliau
telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita."
Kemudian
Asma' mengambil batu-batu dan meletakkanya di lubang angin, di mana
ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan
selembar baju. Setelah itu Asma' memegang tangannya (Abu Quhafah) dan
berkata: "Letakkan tangan Anda di atas uang ini." Maka kakeknya mele-
takkan tangannya di atasnya dan berkata :"Tidaklah mengapa jika dia
tinggalkan ini bagi kalian, maka dia (berarti) telah berbuat baik. Ini
sudah cukup bagi kalian."
Sebenarnya Abu Bakar tidak
meninggalkan se- suatu pun bagi keluarganya, tetapi Asma' ingin
menenangkan hati orang tua itu. Az-Zubair ibnul Awwam menikah dengannya,
sementara dia tidak mempunyai harta dan sahaya maupun lainnya, kecuali
kuda. Maka Asma' memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta
melatihnya. Me- numbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air
minum dan membuat adonan roti. Suatu ketika Az-Zubair bersikap keras
terhadapnya, maka Asma' datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal itu.
Maka
sang ayah pun berkata : "Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya wanita
itu apabila bersuami seorang yang sholeh, kemudian suaminya meninggal
dunia, sedang isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul
di surga." Asma' datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya :"Wahai,
Rasulullah, aku tidak punya sesuatu di rumahku, kecuali apa yang
diberikan oleh Az- Zubair kepadaku. Bolehkah aku memberikan dan
menyedekahkan apa yang di- berikan kepadaku olehnya ?"
Maka Nabi
SAW menjawab :"Berikanlah (berse- dekahlah) sesuai kemampuanmu dan
jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu."
Maka Asma' adalah termasuk seorang wanita dermawan. Dari Abdullah bin
Zubair r.a. dia berkata :"Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih
dermawan daripada Aisyah dan Asma'." Kedermawanan mereka berbeda. Adapun
Aisyah, sesungguhnya dia suka mengum- pulkan sesuatu, hingga setelah
terkumpul padanya, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma', maka dia
tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Asma' adalah seorang wanita yang
dermawan dan pemurah. Dia tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok.
Pernah dia menderita sakit, lalu dia bebaskan semua hamba sahayanya.
Asma'
ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair, dan menunjukkan
keberaniannya yang baik. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said
bin Ash di masa fitnah, lalu diletakkannya di balik lengan bajunya.
Kemudian ditanyakan kepadanya :"Apa yang kamu lakukan dengan membawa ini
?" Asma' menjawab :"Jika ada pencuri masuk kepadaku, maka aku tusuk
perutnya."
Umar ibnul Khaththab r.a. memberi tunjangan untuk Asma'
sebanyak 1000 dirham. Asma' meriwayatkan 58 hadits dari Nabi SAW; dan
dalam suatu riwayat dikatakan : bahwa dia meriwayatkan 56 hadits
[Al-Kazaruni, "Mathaali'ul Anwaar"]. Telah sepakat antara Bukhari dan
Muslim atas 14 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri atas 4 hadits,
sedangkan Muslim juga meriwayatkan sebanyak itu pula. [Al-Hafih
Al-Maqdisi, Al-Kamaal fii Ma'rifatir Rijaal].
Dalam satu riwayat :
Diceritakan bahwa Asma' meri- wayatkan 22 hadits dalam Shahihain.
Sedangkan yang disepakati Bukhari dan Muslim 13 hadits. Bukhari
meriwayatkan sendiri 5 hadits, sedangkan Muslim meriwayatkan 4 hadits.
[Ibnul Jauzi, "Al-Mujtana"]
Asma' Sebagai Penyair dan Pemberani
Asma'
adalah wanita penyair dan pemberani yang mempunyai logika dan bayan.
Dia berkata mengenai suaminya, Az-Zubair, ketika dibunuh oleh Amru bin
Jarmuz Al-Mujasyi'i di Wadi As-Siba' (5 mil dari Basrah) ketika kembali
dari Perang Jamal : Ibnu Jarmuz mencurangi seorang pendekar dengan
sengaja di waktu perang, sedang dia tidak lari Hai, Amru, kiranya kamu
ingatkan dia tentu kamu mendapati dia bukan seorang yang bodoh, tidak
kasar hati dan tangannya semoga ibumu menangisi, karena kamu bunuh
seoranng Muslim dan kamu akan terima hukuman pembunuhan yang disengaj
Tekad Asma' yang Kuat, Kemuliaan Jiwa dan Keberaniannya
Kata-kata
Asma' kepada puteranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang
luhur itu. Suatu saat puteranya, Abdullah, datang menemui ibunya, Asma'
yang buta dan sudah berusia 100 tahun. Dia berkata kepada ibunya
:"Wahai, Ibu, bagaimana pendapat Anda mengenai orang yang telah
meninggalkan aku, begitu juga keluargaku." Asma' berkata :"Jangan
biarkan anak-anak kecil bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara
mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan
terhibur mengenaimu dengan baik."
Kemudian Abdullah keluar dan
bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, Al-Hajjaj bersumpah untuk
tidak menurunkannya dari tiang kayu hingga ibunya meminta keringanan
baginya. Maka tinggallah dia di situ selama satu tahun. Kemudian ibunya
lewat di bawahnya dan berkata : "Tidakkah tiba waktunya bagi orang ini
untuk turun ?"
Diriwayatkan, bahwa Al-Hajjaj berkata kepada Asma'
setelah Abdullah terbunuh :"Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku
terhadap puteramu ?" Asma' menjawab :"Engkau telah merusak dunianya,
namun dia telah merusak akhiratmu." Asma' wafat di Mekkah dalam usia 100
tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya
masih sempurna. [Mashaadirut Tarjamah : Thabaqaat Ibnu Saad, Taarikh
Thabari, Al-Ishaabah dan Siirah Ibnu Hisyam]. Penulis buku, Musthafa
Luthfi Al-Manfaluthi mencatat dialog yang terjadi antara Asma' dengan
Abdullah, dalam sebuah kasidah yang di- anggap sebuah karya seni yang
indah.
Dia berkata : Asma' di antara manusia adalah sebaik-baik
wanita ia lakukan perbuatan terbaik di saat perpisahan datang kepadanya
Ibnu Zubair menyeret baju besi di bawah baju besi berlumur darah Ia
berkata : Wahai, Ibu, aku telah payah dengan urusanku antara penawanan
yang pahit dan pembunuhan yang keji. Teman-teman dan zaman
mengkhianatiku, maka aku tak punya teman selain pedangku kulihat
bintangku yang tampak terang telah lenyap dariku dan tidak lagi naik.
Kaumku
telah berupaya melindungiku, maka tak ada penolong selain itu jika aku
menerimanya. Asma' menjawab dengan kelopak mata yang kering seakan-akan
tidak ada tempat sebelumnya bagi air mata. Air mata itu berubah menjadi
uap yang naik dari hatinya yang patah. Tidaklah diselamatkan kecuali
kehidupan atau ia menjadi tulang-belulang seperti halnya batang pohon
kematian di medan perang lebih baik bagimu daripada hidup hina dan
tunduk jika orang-orang menelantarkanmu, maka sabar dan tabahlah, karena
Allah tidak menelantarkan.
Matilah mulia, sebagaimana engkau
hidup mulia dan hiduplah selalu dalam namamu yang mulia dan tinggi tiada
di antara hidup dan mati kecuali menyerang di tengah pasukan itu.
Kata-kata Asma' kepada puteranya ini akan tetap menjadi cahaya di atas
jalan kehidupan yang mulia, yaitu ketika puteranya berkata : "Wahai,
Ibu, aku takut jika pasukan Syam membunuhku, mereka akan memotong-
motong tubuh dan menyalibku."
Asma' menjawab dengan perkataan yang
kukuh seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan
perkataan itulah yang menentukan akhir pertempuran : "Hai, Anakku,
sesung- guhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila
ia dikuliti." Al-Manfaluthi menyudahi kasidahnya dengan perkataan :
Datang berita kematian kepada ibunya, maka ia pun mengeluarkan air
matanya yang tertahan. Abdullah gugur sebagai syahid dan unggulan
nilai-nilai yang tinggi dari ibu teladan. Kisah ini tercatat dalam
lembaran-lembaran yang paling cemerlang dalam sejarah orang-orang yang
kekal. Wallahu a'lam bishowab.