Pada
postingan kali ini penulis akan membahas sebuah makalah yaitu Makalah
Metode Hiwar Qurani yang mana ini masih tergolong kedalam Bidang Studi /
Mata Kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) yang mana disini akan dibahas
diantaranya 1)Pengertian Metode Hiwar, 2) Bentuk Dialog Metode Hiwar dan
3) Aplikasi Metode Hiwar, yang pastinya akan sangat seru jika pembaca
ikut mendalami dan ngasih masukan buat peulis untuk kemajuan dan
kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Manusia yang
lahir dengan anugrah fitrah dari Tuhan YME salah satu potensi utama dan
model utama manusia adalah akal. Manusia adalah makhluk yang paling
mulia diantara makhluk yang lainnya, salah satunya diberi akal untuk
berfikir.
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya. Pendidikan yang didapatkan tidak
hanya dilingkungan keluarga, tapi senantiasa harus didapatkan dari
lingkungan masyarakat dan sekolah serta dibiasakan sejak dini
(anak-anak).
Pendidikan disekolah merupakan suatu program
pendidikan yang menanamkan nilai-nilai islam. Tujuannya yaitu membina
kepribadian anak sebagai peserta didik, harapan agar kelak menjadi orang
yang berilmu disertai iman dan taqwa kepada Allah SWT dan mampu
mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan manusia.
Untuk
itu kita sebagai calon guru harus bisa membentuk kepribadian anak
sebagai pribadi yang utuh. Dengan tujuan tersebut diatas kita bukan
hanya memberikan pengajaran agama saja tetapi lebih cenderung pada
pendidikan agama. Karena pendidikan agama bukan sekedar transfer ilmu
pengetahuan agama dari guru kepada murid saja melainkan membentuk
karakter anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Jadi kita harus menguasai berbagai macam metode dalam mengajarkan pendidikan agama disekolah.
Banyak
metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran agama, sangat membantu
memberikan pengajaran agama islam disekolah. Salah satu metode “Hiwar Qurani”.
Metode
Hiwar Qurani merupakan salah satu metode yang menggunakan pendekatan Qurani dan
Sunnah.
Segala macam kegiatan memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu dan
bisa bermanfaat bagi kita sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, diantara tujuan-tujuan tersebut kita dapat:
Ø Memberikan wawasan/pengetahuan tentang metode
pendidikan agama islam.
Ø Memahami pengertian metode Hiwar Qurani
Ø Mengetahui tujuan metode Hiwar Qurani
Ø Mengaplikasikan metode Hiwar Qurani
Ø Memenuhi tuntutan salah satu tugas mata kuliah
Seminar Pendidikan Agama Islam. Membuat contoh silabus menggunakan metode Hiwar
Qurani.
A.
Pengertian
Hiwar Qurani
Sebelum
menjelaskan lebih jauh tentang metode Hiwar Qurani perlu
kita bedakan antara Hiwar dalam Quran dengan Hiwar Qurani. Hiwar dalam al-Quran adalah segala bentuk dialog yang disajikan dalam
al-Quran, ditampilkan apa adanya, baik dialog Allah dengan para malaikat,
dengan para Rasul dan dengan makhluk lainnya, serta dialog manusia dengan
sesamanya atau dengan makhluk lainnya. Sedangkan Hiwar Qurani adalah hasil analisis secara mendalam tentang dialog-dialog yang
terdapat dalam al-Quran. Hiwar Qurani tidak sekedar
mendeskripsikan dialog-dialog yang ada dalam al-Quran, tetapi lebih diarahkan
pada analisis terhadap data-data yang bersifat deskriptif tentang dialog-dialog
dalam al-Quran, baik mengenai tujuan, manfaat, bentuk-bentuknya.
Secara etimologis, Hiwar (dialog) berasal dari bahasa yang mengandung pengertian “al-rad” (jawaban), al-huwar (anak unta yang
masih menyusui), dan al-muhawaroh (tanya jawab,
bercakap-cakap atau dialog). Arti yang terakhir inilah yang digunakan dalam
memaknai istilah Hiwar dalam metode Hiwar
Qurani.
Dalam kitab suci
al-Quran hanya terdapa tiga ayat yang secara langsung menggunakan kata “muhawaroh” kata jadiannya, yaitu dua ayat terdapat pada surat
al-Kahfi berisi dialog antara pemilik kebun yang kaya raya dengan seorang
sahabatnya yang miskin:
Artinya: “Dan dia
mempunyai kekayaan yang banyak, maka berkata kepada kawannya (yang mukmin)
ketika bercakap-cakap dengan kawannya; “Hartaku lebih banyak dari hartamu, dan
para pengikutku lebih kuat”. (QS. Al-Kahfi; 34)
Artinya: “Kawannva
(yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah
kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna” (QS. al-Kahfi;
37).
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan seorang wanita yang mengajukan
gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengajukan halnya kepada Allah. Dan
Allah mendengar dialog antara kamu berdua. Sesungguhrrya Allah Maha Mendengar
dan Maha Melihat” (QS. Al-Mujadalah; 1).
Secara terminologis “Hiwar Qurani” dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan
atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan
melalui tanya jawab, di dalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan
yang hendak dicapai dalam pembicaraan itu, dialog-dialog tersebut terdapat
dalam al-Quran dan Sunnah. Jenis dan bentuk dialog bisa terjadi dialog antara
manusia dengan dirinya dengan sesama manusia, dengan makhluk lain maupun
dialog manusia
dengan Tuhan-Nya seperti dialog para nabi dan para malaikat.
Rasulullah
saw telah menjadikan jenis dan bentuk dialog tersebut sebagai pedoman dalam
mempraktekkan metode pendidikan dan pengajaran beliau.
Dengan
demikian, terlihat bahwa beliau sangat menyukai menyampaikan ajaran Islam
melalui dialog. Seperti dinyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah ra.
“Dalam satu riwayat
disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. mendatangi khalayak lalu Rasulullah
bersabda; “Bertanyalah kepadaku, mereka enggan untuk bertanya kepadanya.
Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki kemudian laki-laki itu bertanya Wahai
Muhammad, apa Iman itu?. Kemudian Rasulullah menjawab, bahwa Islam itu berarti
kamu tidak boleh menyekutukan Allah dengan, apapun, dan seterusnya hingga
selesai menyebutkan rukun iman yang enam. Laki- laki itu berkata. Engkau benar!
Kemudian orang itu bertanya kembali tentang Islam, Ikhsan, dan terjadinya
Kiamat. Setelah Rasulullah menjawab semua pertanyaan orang itu, kemudian
laki-laki itu berdiri dan meninggalkan khalayak. Kemudian Rasulullah bersabda;
Orang itu adalah malaikat Jabril. Dia hendak mengajarimu tentang urusan agamamu
karena kamu tidak ada yang bertanya. (HR. Ibnu Majah).
Dari
hadits di atas dapat disimak, bahwa dialog merupakan cara yang efektif dan
menyenangkan dalam menyampaikan suatu pesan sebagaimana dicontohkan oleh Allah
dan Rasulullah. Dialog merupakan jembatan yang dapat menghubungkan pemikiran
seseorang dengan orang lain secara mudah, karena bahasa dialog biasanya cukup
gamblang dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Kedua belah pihak
terpuaskan atau kedua belah pihak justru semakin merangsang untuk mencari tahu
lebih jauh tentang sesuatu yang didialogkan. Lewat dialog, seorang pembaca yang
betul-betul memperhatikan materi dialog, ia akan memperoleh nilai lebih baik
untuk menambah wawasa.n atau mempertegas identitas dirinya.
Banyak
keuntungan yang dapat diperoleh dengan metode dialog terutama bila diterapkan
dalam kontek pendidikan dan pengajaran di sekolah, diantaranya:
Ø Suatu dialog yang terprogram dapat merangsang
pelaku dialog (guru-murid) untuk mempersiapkan materi dan argumentasinya secara
sistematis.
Ø Dialog biasanya disajikan secara dinamis, dimana
kedua belah pihak saling tarik-ulur materi dialog sehingga tidak membosankan,
bahkan bagi si penyimak akan mendorong mereka mengikuti seluruh pembicaraan.
Ø Lewat dialog si penyimak akan merasa tertantang
untuk mengikuti dialog sampai tuntas karena ia ingin mengetahui kesimpulan dari
dialog itu. Keingintahuan akan kesimpulan suatu dialog biasanya dapat mengusir
rasa bosan.
Ø Emosi penyimak akan tergugah dan terarah sehingga
idealismenya terbina dan pola pikirnya dapat terbentuk sebagai pancaran
jiwanya.
Ø Topik pembicaraan disajikan secara realistik dan
manusiawi sehingga dapat menggiring manusia menuju kehidupan dan perilaku
yang lebih baik. Proses semacam itu sangat menunjang pencapaian tujuan Pendidikan
Qurani.
B.
Bentuk-bentuk
Dialog Qurani
Bentuk dialog dalam al-Quran dan Sunnah sangat bervariasi, diantaranya
adalah Hiwar Khitobi (seruan Allah) dan Ta’abudi (penghambaan terhadap Allah),
dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, serta dialog nabawiyah.
1.
Dialog
Khitobi dan Ta’abudi
Di
dalamnya terdapat seruan-seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya, dengan kalimat:
“Hai orang-orang
yang beriman”
Hubungan
antara seruan Allah dengan tanggapan seorang mukmin itulah yang melahirkan
sebuah dialog. Kondisi ini dapat terjadi sebaliknya, yakni seorang hamba
menyeru Allah. Melalui doa dan Allah menjawab dengan mengabulkan doa hamba-Nya.
Keberadaan
al-Quran dalam membina jiwa anak didik melalui dialog ta'abudi dan khitabi harus
disadari oleh setiap pendidik sehingga mereka mampu menditeksi sejauh mana
pengaruh dialog tersebut dalam perkembangan jiwa anak didik, sehubungan dengan teori pelajaran yang disampaikan. Halhal
yang dapat dijadikan indikasi dalam melihat pengaruh tersebut adalah:
a.
Senantiasa merenungkan
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan al-Quran dan menjawab sesuai dengan
bisikan nurani.
b.
Merasakan
betapa besar pengaruh makna-makna yang tersirat dalam al-Quran terhadap emosi
dan kehidupan pribadi Nabi Saw. Sebagai cantoh bagaimana reaksi Nabi ketika
beliau mendengar ayat yang bersifat sindiran teguran dan sanjungan Allah
kepadanya.
c.
Mengarahkan
perilaku dan perbuatan selaras dengan tuntutan al-Quran. Sikap seperti itu
merupakan hasil, nyata dari pengaruh emosional dan kepuasan penalaran yang ditimbulkan
oleh metode dialog.
d.
Membina
peserta didik untuk sadar terhadap keagungan, keimanan, dan kedudukanrrya
disisi Allah melalui bacaan al-Quran sehingga Allah menyeru mereka berdasarkan
keimanan mereka.
Dialog
biasanya digunakan untuk menimbulkan rasa bangga dengan keimanan kepada Allah,
rasa tanggung jawab untuk tetap berpegang teguh kepada keimanan. Dalam proses
belajar mengajar di kelas, dialog ini digunakan pada awal pelajaran dalam
rangka membuka kesadaran dan keimanan murid terhadap materi yang akan disajikan
dan biasanya digunakan pada tema-tema pelajaran tentang hukum.
2.
Dialog
Deskriptif (Hiwar Kishi)
Dialog
deskriptif disajikan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan orang-orang yang
tengah berdialog. Pendeskripsian itu meliputi gambaran kondisi hidup dan psikologi orang-orang
yang berdialog sehingga kita dapat memahami kebaikan dan keburukannya. Selain
itu, pendeskripsian itu berpengaruh juga pada mentalitas seseorang sehingga
perasaan ke-Tuhanan dan perilaku positif orang tersebut akan berkembang dengan
sendirinya. Al-Quran sangat banyak menyajikan bentuk dialog seperti ini, diantaranya dimuat dalam
surat ash-Shaff
ayat 20-32 yang artinya sebagai berikut:
“Dan mereka
berkata; Aduhai celakalah kita, Inilah hari pembalasan. Inilah hari keputusan
yang kamu selalu mendustakannya. (Kepada malaikat diperintah-kan). Kumpulkanlah
orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat dan sembahan-sembahan mereka
selain Allah, dan tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah
mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. “Mengapa
kamu tidak tolong- menolong? Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.
Sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain untuk
berbantah-bantahan. Pengikut-pengikut mereka berkata kepada para pemimpinnya
“Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan”. Pemimpin mereka
menjawab, “Sesungguhnya kamulah yang tidak beriman. Dan sekali-kali kami tidak
berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. Maka pastilah
adzab Tuhan kita menimpa atas kita semua, dan sesungguhnya kita akan merasakan
adzab tersebut, kami telah menyesatkan kalian, sesungguhnya kami ini adalah
orang-orong yang sesat”. (Q.S. Al-Shaffat; 20-32).
Dari penjelasan ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam
dialog deskripsif terkandung muatan-muatan edukatif bagi murid. Dialog
deskriptif menggambarkan kehidupan psikologis penghuni neraka dan penyesalan
mereka atas perbuatan di dunia.
3.
Dialog
naratif
Dialog
Naratif ditampilkan dalam episode kisah yang alur ceritanya sangat jelas
sehingga menjadi bagian dari metode sekaligus materi pendidikan Qurani. Artinya
al-Quran tidak menyajikan unsur dramatik walaupun dalam penyajian kisahnya
terdapat unsur dialog, seperti terdapat dalam surat Hud yang mengisahkan Nabi Syu’aib
dan kaumnya. Seperti di dalam Al-quran Surat Hud yang artinya sebagai berikut:
“Dan kepada
(penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Dia berkata : "hai
kaumku, sembahrrya Allah, sekalikali tiada Tuhan bagimu selain Allah. Dan
jangan kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhrrya aku melihat kamu dalam
keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnva aku khawatir terhadapmu akan adzab
Allah di hari yang membinasakan (kiamat) Dan Syu'aib berkata, “Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungun) dari Allah
adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku
bukanlah seorang penjaga atas dirimu”. (QS. Hud; 84-86).
Demikianlah, dialog naratif bisa memberikan dampak edukatif yang sangat
menakjubkan. Di samping dapat mempengaruhi penalaran, dialog naratif pun mampu
mempengaruhi mentalitas dan perasaan seseorang. Kemampuan memancarkan pengaruh
besar tersebut karena dialog naratif memiliki unsur-unsur berikut:
a.
Dampak yang
terlihat dari dialog naratif bertitik tolak dari pemberian sugesti. Pemaparan persoalan umat masa lalu pun, secara tidak langsung telah mengajak pembaca untuk membenci sepak
terjang kaum Kafir.
b.
Seperti dialog-dialog lainnya, dialog naratif dapat menyajikan
hujjah (bukti atau dalil) para nabi secara langsung lewat kisah yang
mencerminkan penalaran ketuhanan dan melumpuhkan hujjah orang-orang zalim.
c.
Seperti
dialog-dialog lainnya, dialog naratif dapat membina dan menumbuhkan perasaan
ketuhanan, seperti rasa cinta karena Allah, gemar berdakwah karena Allah, dan
berani membela kebenaran yang datang dari Allah.
d.
Dialog
naratif memiliki kesimpulan yang jelas sehingga mencontohkan atau menggambarkan
bagaimana kesudahan orang-orang kafir dan orang-orang berima.n. Hal ini akan
memotivasi para pembaca untuk menyimak kisah tersebut dan merenungkan
makna-makna yang terkandung di dalamnya.
4.
Dialog
Argumentatif (Hiwar Jadali)
Dalam dialog argumentatif, kita akan enemukan suatu diskusi dan
perdebatan yang diarahkan pada pengokohan hujjah-hujjah atas kaum musyrikin
agar mereka mengakui akan kekeliruan dalam memahami pentingnya keimanan kepada
Allah SWT.
Dialog argumentatif secara dominan menyentuh kekuatan logika dan
bertujuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan bicara. Namun demikian,
dialog seperti ini tidak saja menyentuh akal seseorang akan tetapi dapat
menyentuh pula perasaannya. Firman Allah SWT dalam al-Quran surat Al-Najm ayat
1-5 yang artinya:
Artinya: “Demi
bintang ketika terbenam, kawan kalian (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula
keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanya wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat” (QS. Al-Najm:1-5).
5.
Dialog
Analogik (Hiwar Tamtsili)
Dialog analogik yaitu suatu dialog yang isi dan penjelasannya
ditampilkan dalam bentuk perumpaman-perumparnaan yang logis dan dapat
terjangkau oleh lawan dialognya.
Suatu hal yang amat sulit untuk dapat dipercaya secara rasio, manusia
mati yang secara fisik sudah hancur berantakan bahkan sudah kembali menjadi
tanah dapat dihidupkan kembali.
C.
Aplikasi
Motode Hiwar
Metode Hiwar merupakan cara penyampaian nilai-nilai pendidikan yang
banyak digunakan di dalam al-Quran sebab metode ini memiliki
kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya. Metode ini sering
digunakan oleh Rasulullah Saw dalam menyampaikan ajaran Islam, baik kepada para
sahabatnya yang sudah beriman maupun kepada mereka yang belum beriman. Secara
faktual, banyak para sahabat tertarik kepada ajaran Islam karena hasil
dialognya dengan Rasulullah Saw. Cara dan argumentasi yang digunakan Rasulullah
dalam mempengaruhi lawan dialognya mempola kepada dialog-dialog yang disajikan
dalam al-Quran.
Metode Hiwar sangat tergantung pada karakter materi dan tujuan yang
hendak dicapai dalam kegiatan belajar tersebut. Misalnya, bila seorang guru
ingin mempengaruhi aspek kognisi muridnya secara langsung dengan tujuan
intruksional khususnya agar murid berfikir kritis, sistimatis, maka bentuk
hiwar yang tepat adalah Hiwar Jadali (dialog argumentatif/debat terarah).
Ada beberapa persyaratan dalam menggunakan Metode Hiwar yaitu sebagai
berikut:
a.
Kedua belah
pihak (guru dan murid) memiliki kebebasan berfikir dalam menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan atau jawaban-jawaban. Pikiran masing-masing harus mandiri
dan terbuka menerima kebenaran yang datang dari pihak lawan bicara.
b.
Orang yang
terlibat dalam hiwar hendaknya menyiapkan kondisi kejiwaan untuk menerima
kesimpulan atau kebenaran yang dihasilkan dari dialog itu. Dengan kata lain
harus berpikir dan berperasaan jujur (berpikir dan berjiwa objektif).
c.
Dialog harus
dilakukan dalam suasana yang tenang, suasana akrab. Dengan suasana seperti itu,
maka tercipta suatu dialog yang dinamis, sehingga masing-masing individu mampu
mengekpresikan pikirannya secara leluasa.
d.
Semua yang
terlibat dalam dialog mesti mengetahui ide pokok yang akan dibicarakannya.
Kedua belah pihak (guru-murid) memahami ide pokok yang terkandung dalam suatu
topik pelajaran yang disampaikan.
e.
Dialog dalam
konteks pelajaran agama di kelas. Sebelum pelajaran di mulai, seorang guru
hendaknya mengetahui terlebih dahulu dunia muridnya, sehingga jerus dialog yang
akan digunakan bisa menyentuh akal dan perasaan muridnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode Hiwar Qurani dapat
diartikan dialog, yaitu suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti
antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab,
didalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang hendak
dicapai dalam pembicaraan itu, dialog-dialog tersebut dalam Al-Quran dan
Sunnah.
Dialog merupakan cara yang efektif dan menyenangkan dalam
menyampaikan suatu pesan sebagaimana dicontohkan oleh Allah SWT dan
Rasulullah saw. Dialog merupakan jembatan yang dapat menghubungkan
pemikiran seseorang dengan orang lain secara mudah, karena bahasa dialog
biasanya cukup gamblang dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya.
Suatu
hal yang paling disukai Rasulullah saw dari para sahabatnya adalah
sikap kritis dan terbuka, mereka tidak merasa segan dan malu bertanya
kepada Rasulullah saw tentang segala sesuatu terutama dalam urusan
agama. Rasulullah saw sangat antusias bila ada sahabat yang bertanya
kepadanya. Dengan demikian terlihat bahwa beliau sangat menyukai
menyampaikan ajaran islam melalui dialog.
3.2 Saran
Kita
sebagai calon guru sebaiknya harus bisa lebih menguasai berbagai metode
dalam cara menyampaikan pendidikan agama islam. Selain itu juga, kita
harus bisa menekankan kepada anak untuk lebih memaknai apa yang
diajarkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
anak menjadi orang yang berilmu disertai iman dan taqwa kepada Allah SWT
serta mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan manusia.
Terakhir
semoga tulisan ini yakni Makalah Metode Hiwar Qurani bermanfaat bagi kita semua khususnya yang membaca
saran serta kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan kemajuan
penulisan dimasa yang akan datang.
Baca juga artikel ini tentang contoh abstrak skripsi fakultas kesehatan