PENDAHULUAN
Absen nge-Pos beberapa hari ini dikarenakan admin disibukan dengan persiapan mau kedatangan tamu agung, yang selalu ditunggu-tunggu oleh pasangan yang sudah menikah, kiranya pembaca bisa memakluminya dan tidak mengurangi rasa kangeun admin pada pembaca pula. Pada postingan kali ini sekarang admin akan membahas sebuah Makalah Filsafat mengenai Logika yang mudah-mudah bisa bermanfaat buat kita semua khususnya sebagai manusia yang selalu menggunakan otak dengan fungsi logikanya dalam mengarungi luasnya dunia dengan berjuta masalah yang ada didalamnya.
PEMBAHASAN
A. Definisi Logika Selaku Ilmu
Penalaran Sistematis
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata óς – logikos yang berasal dari kata benda lóγος – logos. Kata lóγος berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran, percakapa, atau ungkapan lewat bahasa.
Logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah ilmu pengetahuan (science). Ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta criteria yang sahuh bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
B. Objek Material dan Objek Formal
Logika
Suatu ilmu pengetahuan hanya dapat disebut ilmu pengetahuan apabila ia memenuhi persyaratan yang dituntut oleh ilmu pengetahuan secara umum yang harus harus dimiliki adalah objek material dan objek formal.
Objek material suatu ilmu ialah materi atau bidang penyelidikan ilmu bersangkutan, sedangkan objek formalnya ialah bagaimana objek material tersebut dipandang. Sebagai contoh, psikologi, sosiologi, dan pedagogi memiliki objek material yang sama, yaitu manusia.
Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena objek formalnya berbeda. Objek formal psikologi ialah aktivitas jiwa dan kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkah laku, objek formal sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam kelompok dan antar kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogi ialah kegiatan manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke tujuan tertentu.
Sesungguhnya objek material logika adalah manusia itu sendiri, sedangkan objek formalnya ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat, dan teratur yang terlihat lewat ungkapan pikirannya yang diwujudkan dalam bahasa.
C. Tempat Logika dalam Peta Ilmu
Pengetahuan
Aristoteles (384-322 SM) membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelas atau tiga kelompok sebagai berikut :
- Filsafat Spekulatif atau Filsafat Teorites, yang bersifat objektif dan bertujuan pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Kelompok ini terdiri atas fisika, metafisika, biopsikologi, dan teologia.
- Filsafat Praktika, yang memberi pedoman bagi tingkah laku manusia. Kelompok ini terdiri atas etika dan politik.
- Filsafat Produktif, yang membimbing manusia menjadi produktif lewat keterampilan khusus. Kelompok ini terdiri atas kritik sastra, retorika, dan estetika.
Auguste Comte (1798-1857) membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok sebagai berikut :
Ilmu pengetahuan positif
1) Logika atau matematika murni
2) Ilmu pengetahuan Empiris, terdiri atas Astronomi, Fisika, Kimia, Fisiologi, Sosiologi Fisika, dan lain-lain.
Filsafat
1) Metafisika
2) Filsafat Ilmu Pengetahuan, terdiri atas umum dan khusus
Pada masa kini adapula yang membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut :
Ilmu Pengetahuan Absatrak (The Abstract Sciences), terdiri atas metafisika, logika, matematika
Ilmu Pengetahuan Alam (The Natural Sciences), terdiri atas fisika, kimia, biologi, geologi dan lain-lain.
Ilmu Pengetahuan Humanis (The Human Sciences), terdiri atas psikologi, sosiologi, antropologi , filologi.
Apabila dilihat dari segi fungsi dan tujuannya :
1) Ilmu Teoritis, terdiri atas :
a. Deskriptif (ideografis), yaitu ilmu-ilmu sejarah, sosiografi, etnografi, dan sebagainya.
b. Nomotetis (eksplanatif), yaitu ilmu-ilmu kimia, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
2) Ilmu Terapan terdiri atas
a. Normatif, yaitu ilmu-ilmu logika, etika, hukum, dan sebagainyanya
b. Positif (pragmatis), yaitu Ilmu-ilmu teknik, pertanian, psikiatri, dan sebagainnya.
D. Sejarah Logika
Sesunggunya, sejak
Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama, akal budi untuk memecahkan rahasia
alam semesta, Thales mengatajan bahai air adalah άρχή – arkhe
(prinsip atau asas pertama) alam semesta, ia telah memperkenalkan logika
induktif.
Penalaran induktif
yang dilakukan Thales adalah sebagai berikut :
Air adalah jiwa
tumbuh-tumbuhan
Air adalah jiwa hewan
Air adalah jiwa
manusia
Air jugalah uap, dan
Air jugalah es.
Dengan demikian,
sejak Thales, sang filsuf pertama, logika telah mulai dikembangkan. Filsuf yang
pertama kali menjadikan logika sebagai ilmu sehingga dapat disebut sebagai logica
scientia ialah Aristoteles. Namun Aristoteles belum menggunakan istilah
logika menjadi nama ilmu tersebut, namun disebut antara lain, analitika.
Aristoteles mewariskan kepada murid-muridnya enam buku, yang oleh
murid-muridnya dinamai τόőργανον – to
Organon, yang berarti alat.
Keenam buku itu ialah
:
1) Catagoriae, menguraikan pengertian-pengertian
2) De interpretatione, membahas keputusan-keputusan
3) Analytica priora, membahas pembuktian
4) Analytica posteriora, membahas pembuktian
5) Topica, berisi cara beragumentasi atau cara berdebat
6) De sophisticis elenchis, membicarakan kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Inti logika
Aristoteles ialah silogisme. Yang merupakan penemuan murni Aristoteles
dan yang terbesar dalam logika. Theopharatus (370-288 SM) murid Aristoteles
yang menjadi pemimpin Lyceum.
Istilah logika
pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium kaum Stoa yang mengembangkan
bentuk-bentuk argument disyungtif dan hipotetis. Sehingga lahir satu
ungkapan yang mengatakan “Tanpa Chrysippus, Stoa tidak akan pernah ada.
Chrysippus mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran sistematis.
Dua orang dokter
medis, Galenus (130-200 SM) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 SM),
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porphyrius (232-305)
membuat suatu pengantar (eisogoge) pada Categoriae Aristoteles. Eisagoge
diterjemahkan ke dalam bahas Latin oleh Boethius (480-524)
Pada abad kelima
belas, tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya antara lain Petrus Hispanus (1210-1278), Roger Bacon
(1214-1292), Raymundus Lullus (1232-1315) dan William Ockham (1285-1349).
Kendatipun Logika
Aritoteles tetap digunakan dan dikembangkan secara murni, diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679) dan Jhon Lock (1632-1704), Francis Bacon (1561-1626)
mengembangkan logika induktif. Gottfried Wilhelm Leibniz pelopor logika
simbolik.
Kemudian Charles
Sanders Peirce melengkapi logika simbolik kewat karya tulisannya. Ia
menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of sign)
dan melahirkan dalil yang disebut dalil Peirce (Peirce’s law).
Logika simbolik mencapai puncaknya lewat karya bersama Alfred North Whitehead,
Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica, berjumlah
tiga jilid ditulis pada tahun 1910-1913. Diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein
(1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970, Kurt Godel (1906-1978) dan lain-lain.
E. Logika Tradisional dan Logika
Modern
Logika Modern, yang
juga dikenal dengan nama logika simbolik atau logika matematika. Dalam
abad 20 telah lahir corak-corak baru logika modern yang berbeda dengan
prinsip-prinsip logika tradisional, seperti logika modalitas (modal logic),
logika bernilai banyak (many-valued logic), system implikasi nonstandard
(nonstandard system of implication) dan system kuantifikasi nonstandard (non
system of quantification).
Logika tradisional
membahas dan mempersoalkan definisi, konsep, dan term menurut struktur, susunan
dan nuansanya, serta seluk beluk penalaran memperoleh kebenaran yang lebih
sesuai dengan realitas. Martin Heideger (1889-1976) berpendapat bahwa logika
modern mengabaikan cara berpikir yang sesungguhnya. Logika modern tetap tidak
dapat menggeser kedudukan logika tradisional.
F. Kegunaan Logika
Pertama, membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk
berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren ; kedua,
meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif ; ketiga,
menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri ; keempat, meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
kekeliruan serta kesesatan.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan tanpa
logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan
oleh Bapak Logika, Aristoteles, logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa mempelajari logika,
sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk membuka semua pintu
masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Terakhir semoga
tulisan ini bisa bermanfaat buat kita semua,(maksud ane yang baca lo) ya
setidaknya kita sebagai manusia bisa
menggunakan Fungsi Otak kita yaitu diantaranya Logika buat kebaikan dalam
memecahkan permasalahan di alam dunia ini karena tidak ada manusia yang
terlahir ke dunia ini tanpa membawa & mempunyai masalah, ujian karena
memang itu sudah menjadi sunnatullah buat manusia.