Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat kembali membuat postingan, dalam postingan kali ini penulis akan membahas Makalah Model Pembelajaran Kontekstual dan Model Pembelajaran di Labolatorium dan Lapangan, dan bahasan ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki serta dibantu dengan beberapa sumber yang mudah-mudahan berguna.
Perilaku belajar siswa sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Menurut piaget (1950) setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sitem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan kosep-konsep yang ada dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan berpikir anak secara jelas dikemukakan oleh Piaget dalam tahap-tahap berikut: 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 7-11 tahun (operasi konkrit dan 11 tahun lebih operasi formal. Pada setiap tahapan menunjukkan perilaku unik dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia itu.
Anak usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasi konkrit. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut; 1) mulai memandang dunia secara objektif, 2) mulai berpikir secara operasional. 3) menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda. 4) membentuk dan menghubungkan keterhubungan aturan-aturan.
Memperhatikan tahapan perkembangan berikut kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar meiliki tiga ciri : konkrit, integratif, dan hierarkis. Oleh karena itu beberapa model pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar (SD) diantaranya: pembelajaran model kontekstual, pembelajaran model di laboratorium dan lapangan. Adapaun biar kajian makalah ini terarah kepada tujuan bahasan penulis maka penulis merumuskan diantaranya; 1) bagaimana model pembelajaran kontekstual itu ?, 2) bagaimana model pembelajaran di laboratorium dan lapangan itu ? dengan tujuan supaya 1) untuk mengetahui model pembelajaran kontekstual, 2) untuk mengetahui model pembelajaran di laboratorium dan lapangan dan berharap yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran di laboratorium dan lapangan sehingga kita dapat memilih model pembelajaran mana yang cocok yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.1 Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
A. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Definisi ringkas tetapi padat menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah proses belajar mengajar yang erat dengan pengalaman nyata. Sebuah definisi lain menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang harus situation and content-speccificdan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil/otentik serta latihan dan melakukan tugas. Dari ketiga definisi yang dikutip tersebut dapat dirasakan adanya konsep-konsep sama yang melandasinya. Sedangkan dari referensi yangada dalam bahasa Inggris Contextual Teaching and Learning mempunyai banyak padanan istilah.
Contextual Teaching and Learning dapat juga disebut experiencial learning, real world education, active learning, learner centered, intruction, dan learning-in-context. Tentu saja istilah-istilah tersebut mengandung perbedaan-perbedaan penekanan. Dari definisi yang ada dapat dilihat bahwa CTL merupakan perpaduan beberapa praktek pengajaran yang baik dan beberapa pendekatan sebelumnya (konsep Dewey, pragmatik, komunikatif dan konstruktivis). CTL menekankan pada cara berpikir, trasfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan dan pentesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan (Nur, 2001). Menurut Nur Hadi model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson Pembelajaran Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Model pembelajaran Kontekstual ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
Oleh sebab itu melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan drai guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah selalu bersentuhan dengan kehidupan nyata.
Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit. Oleh karena itu tugas guru adalah menyiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan belajar siswa agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya.
E.
Tujuan
model pembelajaran kontekstual
·
Model pembelajaran ini menekankan dalam belajar itu tidak hanya
sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
·
Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat
pengalaman siswa.
·
Model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat
berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan
dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
·
Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
·
Untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi
akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari.
·
Agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer
informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya
sendiri
F.
Karakteristik
pembelajaran kontekstual
1. Pembelajaran dilaksanakan
dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian
keterampilan dalam konnteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan
dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting)
2. Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaningful learnig)
3. Pembelajaran
dilaksanakan dengan meberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by
doing)
4. Pembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman
(learning in a group)
5. Pembelajaran
memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama, dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know
each other deeply)
6. Pembelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama
(learning to ask, to inquiry, to work together)
7. Pembelajaran
dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
8.
Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah
pengetahuan baru
pengetahuan baru
9. Melakukan refleksi terhadap strategi
pengembangan pengetahuan.
G.
Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan
pembelajaran tradisional
Setidaknya
terdapat 14 macam perbedaan antara Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
Tradisional, yakni sebagai berikut:
a.
Pembelajaran Kontekstual
- Menyandarkan
pada pemahaman makna.
- Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
- Siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
- Selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
- Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang.
- Siswa
menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi,
berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui
kerja kelompok).
- Perilaku
dibangun atas kesadaran diri (intrinsik).
- Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman.
- Hadiah dari
perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
- Siswa tidak
melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
- Perilaku
baik berdasarkan motivasi intrinsik.
- Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
- Hasil
belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik, dengan berbagai cara.
b.
Pembelajaran Tradisional
- Menyandarkan
pada hapalan
- Pemilihan
informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
- Siswa
secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
- Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
- Memberikan
tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
- Cenderung
terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
- Waktu
belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas,
mendengar , ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
- Perilaku
dibangun atas kebiasaan.
- Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
- Hadiah dari
perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
- Siswa tidak
melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
- Perilaku
baik berdasarkan motivasi ekstrensik (dari luar).
- Pembelajaran
terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
- Hasil
belajar umumnya hanya diukur melalui tes tertulis atau lisan
H.
Strategi penerapan model pembelajaran
kontekstual
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu
dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain :
- Pembelajaran
berbasis masalah.
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang
untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
- Menggunakan
konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna
yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
- Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual
dan social seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk
belajar saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan
interpersonal.
- Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk
menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
- Belajar
melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol
dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai
fasilitator dalam kelompoknya.
- Menggunakan
penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah
berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa
untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
- Mengejar
standar tinggi
Setiap sekolah seyogianya menentukan kompetensi kelulusan
dari waktu kewaktu terus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya
melakukan Benchmarking dengan melakukan study banding keberbagai sekolah dan
luar negeri.
Berdasarkan Center
for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
Relating
Belajar dikatakan dengan
konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang
dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya
bermakna.
Experiencing
Belajar adalah kegiatan
“mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya
dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan
dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
Applying
Belajar menekankan pada
proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan
pemanfaatanya.
Cooperative
Belajar merupakan proses
kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal
atau hubunngan intersubjektif.
Transfering
Belajar menenkankan pada
terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual :
- Pengalaman nyata
- Kerja sama, saling menunjang
- Gembira, belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif dan kritis
- Menyenangkan, tidak membosankan
- Sharing dengan teman
- Guru kreatif
I.
Penyusunan rencana pembelajaran berbasis pembelajaran kontekstual
- Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik
yang akan dipelajarinya.
- Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessmennya.
- Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi
tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
- Secara umum
tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual.
- Sekali
lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya, di mana: Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
- Atas dasar
itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:
- Nyatakan
kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar,
Materi Pokok dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
- Nyatakan
tujuan pembelajarannya.
- Rincilah
media untuk mendukung kegiatan itu
- Buatlah
skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
- Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
J.
Peran guru dan siswa dalam pembelajaran
kontekstual (CTL)
Setiap siswa mempunyai gaya yang
berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai
unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar
siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual
adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe
belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah
tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan
dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru
manakala menggunakan pendekatan CTL.
·
Siswa harus dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang
·
setiap anak memiliki
kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
·
belajar bagi siswa adalah proses
mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal
yang sudah diketahui
·
belajar bagi anak adalah proses
penyempurnaan skema yang telah ada.
K.
Kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran kontekstual (CTL)
Kelebihan Model Pembelajaran
Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual
memiliki kelebihan sebagai berikut:
·
Memberikan
kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
·
Siswa
dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu
dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
- Menyadarkan siswa tentang apa yang
mereka pelajari.
·
Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
- Pembelajaran lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
- Membantu siwa bekerja dengan
efektif dalam kelompok.
·
Terbentuk
sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan Dari Model Pembelajaran
Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa kelemahan.
Kelemahan-kelemahan model pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
- Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas
didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu
tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak
sama.
- Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama
dalam proses belajara mengajar.
- Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstualakan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi
dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa
tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
- Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kontekstual ini akan terus tertinggal dan sulit
untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa
yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan
menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
- Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model
pembelajaran kontekstual ini.
- Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab
model pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
- Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan
berbeda-beda dan tidak merata.
- Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena
dalam model pembelajaran kontekstual ini peran guru hanya sebagai pengarah
dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
2.2
Model Pembelajaran di Laboratorium dan Lapangan
1.
Model
pembelajaran di laboratorium
Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja, baik
tempat yang didisain untuk berlangsungnya proses pembelajaran, maupun tempat
yang tidak didisain secara khusus untuk proses pembelajaran. Laboratorium
adalah tempat yang didisain untuk terjadinya proses pembelajaran.
Berbeda dengan
ruangan kelas, laboratorium biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran
tertentu yang bertujuan diantaranya untuk:
1) Pembuktian
suatu konsep atau teori melalui eksprimen (percobaan).
2)
Mendemonstrasikan suatu alat atau proses tertentu
3) Mencari dan
menemukan sesuatu melalui cara dan prosedur kerja tertentu.
a.
Prinsip
belajar
Ada beberapa
prinsip umum proses pembelajaran di laboratorium. Prinsipprinsip tersebut
diantaranya:
1. Prinsip belajar untuk berbuat
Laboratorium adalah tempat siswa
berpraktek, baik untuk menguji suatu konsep, untuk mencari dan menemukan,
maupun untuk memahami suatu proses atau prosedur tertentu. Laboratorium bukan
tempat untuk mempelajarai data dan fakta yang diarahkan untuk menguasai materi
pelajaran yang bersifat hapalan. Dengan demikian guru sebaiknya menghindari
kontak dengan siswa secara langsung. Biarkan siswa bekerja sesuai dengan
pemahamannya. Kalaupun guru diperlukan sebatas membantu manakala sisiwa
mengalami kesulitankesulitan dalam proses pembelajaran.
2. Curiosity
(keingin tahuan)
Laboratorium adalah tempat untuk menguji
atau mencari dan menemukan sesuatu. Oleh sebab itu proses pembelajaran di
laboratorium akan efektif digunakan manakala siswa terdorong oleh rasa
keingintahuan atau kepenasaran tentang sesuatu. Kadar keingintahuan itu akan
menentukan motivasi belajar di laboratorium. Semakin tinggi rasa ingin tahu
sisiwa, maka semakin efektif siswa memanfaatkan laboratorium. Dengan demikian
sebelum pembelajaran di laboratorium, guru perlu mengembangkan kepenasaran
siswa.
3. Berpikir ilmiah
Pada umumnya laboratorium digunakan untuk
mengembangkan kemampuan siswa melakukan prinsip-prinsip berpikir ilmiah.
Berpikir ilmiah adalah proses berpikir secara sisitematis, empiris dan
terkontrol. Sistematis adalah proses berpikir melalui tahapan-tahapan yang
jelas yang dimulai dari perumusan masalah, perumusan hipotesisi, pengumpulan
data, menguji hipotesisi dan merumuskan kesimpulan. Empiris mengandung makna,
bahw proses berpikir ilmiah didasarkan pada pengalaman untuk menemukan data.
Oleh karena itulah laboratorium pada dasarnya digunakan untu mencari dan
menemukan data. Terkontrol adalah proses berpikir yang dilakukan setahap demi
setahap dan setiap tahapan diikuti dengan seksama, sehingga setiap orang dapat
melakukakn pengujian ulang. Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut biasanya
laboratorium digunakan untuk melakukan eksperimen dan demodnstrasi. Di bawah
ini dijelaskan pelaksanaan eksperimen dan demonstrasi.
2. Pelaksanaan eksperimen di Laboratorium
1.
Pengertian
Eksperimen
adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
pembelajaran melalui eksperimen sisiwa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek,
keadaan atau proses tertentu.
2.
Langkah-langkah Pelaksanaan Persiapan Eksperimen
Terdapat
beberapa hal yang harus dilakuakn dalam melaksanakan eksperimen, yakni: a.
Tentukan dan rumuskan tujuan eksperimen dengan jelas daan terukur. Tujuan yang
jelas dan terukur, bukan hanya dapat membangkitakan motivsi belajar sisiwa akan
tetapi juga dapat berfungsi sebagai petunjuk untuk melakukan eksperimen. b.
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen. . Kalau
seandainya di sekolah bahan dan alat yang diperlukan tidak sesuai dengan jmulah
sisiwa, guru dpat melakukan eksperimen dengan mengelompokkan siswa. Untuk alat
dan bahan yang memiliki resiko tinggi, siswa perlu memahaminya dengan baik
untuk menghindari kesalahan dalam penggunaannya. Untuk itu, sebaiknya pada
setiap alat dan bahan dirumuskan cara dan prosedur menggunakannya secara
lengkap. c. Memberikan penjelasan secukupnya tentang prosedur atau
langkah-langkah melakukan eksperimen. Guru perlu memahami benar bagaimana
prosedur melaksanakan suatu kegiatan eksperimen. Prosedur melaksanakan
eksperimen sebaiknya disusun dalam benutuk pedoman sehingga dapat dipelajai
siswa. d. Seandainya ada hal-hal khusus terdapat dilaboratorium, siswa perlu
memahaminya dengan benar. Oleh karena itu di dalam laboratorium perlu ada
petunjuk yang jelas, termasuk mungkin petunjuk tentang prosedur keselamatan
kerja.
Pelaksanaan Eksperimen
Setelah semua dipersiapkan, termasuk apa
yang seharusnya dilakukan siswa dalam mengadakan eksperimen, kegiatan
selanjutnya sisiwa memulai pelaksanaan eksperimen. Ada beberapa hal sebagai
petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran melalui eksperimen.
a. Guru jangan
terlalu terlibat dalam pelaksanaan ekspeimen.. Biarkan siswa memperoleh
pengalamannya sendiri, mencari dan menemukan serta bekerja sendiri. Seandainya
ada kesulitan, guru tidak secara langsung memecahkan kesulitan tersebut, akan
tetapi hanya memberikan petunjuk-petunjuk ata bantuan seperlunya.
b. Seandainya eksperimen dilakukan secara
kelompok, guru harus mengatur agar setiap orang dapat terlibat. Biasanya
eksperimen dilakukan oleh siswa yang pintar saja, sedangkan siswa yang kurang
cenderung pasif. Oleh karena itu guru perlu mengatur susunan kelompok beserta
tanggung jawab setiap kelompok.
c. Dalam setiap
tahapan guru perlu melakukan kontrol. Hal ini dimaksudkan bukan hnaya untuk
mencek pelaksanaan eksperimen untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi, akan tetapi juga untuk memberikan bantuan manakaa diperlukan.
Tindak lanjut
Tindak lanjut
adalah kegiatan penutupan eksperimen. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam kegiatan ini diantaranya:
a. Siswa memeriksa segala peralatan yang
digunakan dalam eksperimen, kemudian mnyimpannya seperti posisi semula.
b. Siswa melaporkan hasil eksperimen
kepada guru untuk dianalisis, kemudian diberikan umpan balik.
c. Secara bersama-sama siswa
mendiskusikan temuan-temuan atau masalahmaslah yang muncul dari hasil kerjanya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut
Fathurrahman (Abdillah, 2011) adalah sebagai berikut:
a.
Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
b. Usahakan
siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.
c. Sebelum
dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang
petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.
d. Lakukan
pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah
direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk
membuktikan kebenarannya.
e. Setiap
individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis
Kelebihan dan Kelemahan Metode
Eksperimen
Menurut Menurut Rusyan
(Maulidia, 2011) metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
a. Melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya terutama
kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan
eksperimen.
b. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan
dalam ingatan siswamelalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara
langsung.
c. Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu
pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung.
d. Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa
e. Metode ini melibatkan aktifitas dan kreatifitas
siswasecara langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari
verbalisme.
Adapun
kelemahan metode eksperimen antara lain:
a. Metode ini memakan waktu yang banyak, jika
diterapkan dalam rangka pelajaran di sekolah, ia dapat menyerap waktu
pelajaran.
b. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan
teknologi, kurang tepat jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang
ilmu pengetahuan sosial.
c. Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen
bahan-bahan kimia, kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini faktor
keselamatan kerja harus diperhitungkan.
d. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang
lengkap jika kurang salah satu padanya, eksperimen akan gagal.
Sumantri
(1999:158) kelebihan dan kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
metode eksperimen
a) Membuat
siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya
menerima kata guru atau buku.
b) Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta,
informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.
c) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur
metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
d) Memperkaya
pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objetif, realistik dan
menghilangkan verbalisme.
e) Hasil belajar menjadi kepemilikan siswayang
bertalian lama.
2. Kekurangan/kelemahan metode
eksperimen
a) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit,
b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam
penelitian yang memerlukan waktu yang lama.
c) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswaapabila kurang
berpengalaman dalam penelitian.
d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen
akan berakibat pada kesalahan penyimpulan.
Model
pembelajaran di lapangan
a)
Pengertian model pembelajaran di lapangan
Kegiatan
Lapangan merupakan suatu kegiatan belajar yang tidak dilakukan di dalam kelas.
Kegiatan ini dilakukan di lapangan atau di halaman terbuka dengan memanfaatkan
objek yang ada di alam sekitar atau di l;ingkungan sekitar.
Kegiatan
belajar tidak selalu harus di lakukan di dalam ruangan kelas berdasarkan
rancangan tertentu, tetapi ada kegiatan belajar yang dilakukan di luar ruangan
kelas yang bertujuan untuk menambah pengetahuan , memantapkan teori yang telah
dipelajari di dalam kelas atau untuk membuktikan secara konkrit teori – teori
yang telah dipelajari di dalam kelas.
Kegiatan
lapangan sering disamakan dengan kerja laboratorium menjadi pelajaran laboratorium
(laboratory lesson ). Bisa dikatakan bahwa lapangan tempat dilaksanakannya
kegiatan belajar merupakan laboratorim terbuka. Selain keterkaitan itu , dalam
banyak hal kegiatan atau kerja lapangan sama dengan metode laboratorium.
Keduanya mimiliki tujuan, faedah, kebaikan dan kelemahan yang sama. Kedua
kegiatan ini memiliki tujuan dan faedah yang sama yaitu untuk mencari kebenaran
atau untuk mendapatkan bembuktian secara konkrit terhadap suatu materi yang
telah dipelajari di dalam kelas. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan lapangan
ini merupakan pelengkap atau penguat dari kegiatan dalam kelas, mengingat
kegiatan kelas sebagian besar biasanya hanya memaparkan teori tanpa praktek
langsung.
Walaupun
kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium sering disamakan, akan tetapi ada
ciri khusus yang membedakan kedua hal tersebut. Yang berbeda ialah objek dan
tempat dilaksanakannya kegiatan tersebut. Kegiatan lapangan dilakukan di luar
lab matematika dan objek yang dimanfaatkan adalah sesuatu yang ada di sekitar
kita. Sedangkan kegiatan laboratorium memanipulasi atau meniru benda-benda
konkrit atau model matematikanya sebagai objek, dan kegiatan ini hanya
dilakukan di laboratorium. Mengukur lebar sebuah sungai tidak mungkin dilakukan
di lab matematika, karena itu kegiatan semacam itu termasuk kegiatan lapangan
bukan kegiatan laboratorium.
b) Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran di
lapangan
1. Merumuskan tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan.
3.
Menentukan tempat pelaksanaan kegiatan.
4.
Menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan.
5.
Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Misalkan alat ukur untuk mengukur
lebar jalan.
6. Pembagian kelompok dan tugas yang jelas.
7.
Pembagian tempat pelaksanaan kegiatan kepada masing – masing kelompok.
8.
Pelaksanaan kegiatan oleh masing – masing kelompok sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang didapat.
9. Pembuatan laporan dari kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Proses pembelajaran di lapangan dapat dibedakan antara
pembelajaran melalui praktek kerja lapangan atau sering disebut dengan PKL
dengan pembelajaran metode lapangan seperti karyawisata. Praktek kerja lapangan
(PKL) biasanya dilakukan oleh siswa untuk lebih memahami dan menghayati lapangan
pekerjaan beserta tugas-tugas yang harus dikerjakan disamping menambah skill
atau keterampilan dalam pelaksanaan tugas pekerjaanya. Biasanya PKL dilakukan
oleh siswa-siswa sekolah kejuruan menjelang akhir studi. Sedangkan, model
pembelajaran karyawisata adalah model pembelajaran dengan membawa siswa
mempelajari bahan-bahan belajar diluar kelas, dengan maksud agar siswa lebih
memahami serta memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang dipelajarinya
didalam kelas.
Manakala guru menggunakan karya wisata dalam model
pembelajaran dilapangan, maka dalam pelaksanaanya mengikuti langkah-langkah
seperti berikut:
Perencanaan
1.
Rumuskan
tujuan karya wisata secara spesifik.
2.
Menetapkan
obyek sesuai dengan tujuan karyawisata.
3.
Sebaiknya
dibentuk kepanitiaan.
4.
Buat
petunjuk teknis yang harus dikerjakan selama karyawisata.
Pelaksanaan
1.
Unsur
rekreasi jangan jadi prioritas utama.
2.
Apabila
ada masalah segera cari jalan keluar.
3.
Kontrol
siswa dalam mengerjakan lembar kerja.
Tindak lanjut
1.
Minta
laporan karya wisata pada setiap kelompok atau individu.
2.
Berilah
nilai baik umum atau khusus.
3. Apabila perlu, berilah siswa tugas
lanjutan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai model pembelajaran yang dikembangkan pada tingkat sekolah dasar diantaranya model contextual teaching and learning( CTL). Model ini pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini yang terpenting adalah bagaimana seorang guru dapat mengelola dan mengembangkan komponen komponen pembelajar itu dalam suatu desine yang terencana dengan mem perhatikan kondisi aktual dari unsur unsur aktual dalam implementasi pembelajaran yang akan dilakukan, misalnya : alokasi waktu yang terssedia, sarana dan prasaraanayang tersedia, biaya, dan sebagainya. Pembelajaran konstektual adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Laboratorium adalah tempat yang di desine untuk terjadinya proses pembelajaran. Laboratorium biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran tertentu yang bertujuan di antaranya untuk: pembuktian suatu konsep ayau teori melelui eksperimen( percoban), mendemonstrasikan suatu alat atu proses tertentu dan mencari dan menemukan sesuatu melalui cara dan prosedur kerja tertentu.
Model pembelajaran di lapangan adalah model pembelajaran yang didesine agar siswa mempelajari langsung materi pelajaran pada objek yang sebenarnya, dengan demikian pembelajaran semakin nyata.
3.2 Saran
Kedepannya, pendidim diharapkan bisa mengetahui model-model pembelajaran yang sesuai dengan anak sekolah dasar serta dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Terakhir semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Sebelum dan sesudahnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa yang akan datang.
REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA
- Santoso, Imam. 2011. Belajar dan Pembelajaran. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
- Hamdani, A. Saepul. Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran PAI. Surabaya: NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
- Susilana, Rudi (Koord),(2006), kurikulum dan pembelajaran, Jurusan Kurtek FIP Universitas Pendidikan Indonesia.
- Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : ALFABETA
- http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/
Baca Makalah Yang Lainnya :
- Makalah Antropologi | Resume Sejarah Baturraden Untuk Contoh Penulisan Bagian Awal Skrisi dan yang lainnya bisa dilihat di Artikel dibawah ini :
Contoh Penulisan Kaper Skripsi
Contoh Penulisan Lembar Pengesahan
Contoh Penulisan Lembar Pernyataan Skripsi
Contoh Penulisan Kata Pengantar Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Isi Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Skripsi
Contoh Penulisan Artikel Skripsi
Contoh Penulisan Proposal Skripsi PTK
Contoh Tugas Akhir D2 PGTK
Contoh Abstrak Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Baca Juga Artikel Yang Lainnya :
- Download Design Font
- Download File Corel Original Bisa Di edit
- Info Harga Sekitar Tasik
- Artikel Islam & Tulisan Bermanfaat