Pada postingan kali ini sekarang admin akan mengajak pembaca untuk melihat kebelakang dari sejarah salah satu tempat yang berada di Indonesia yaitu membahas sedikit tentang Sejarah Baturraden.
Indonesia dikenal dunia karena keindahan dan keaneka ragaman hayati alamnya. Dimana banyak turis mancanegara yang memprioritaskan untuk pergi melancong ke Indonesia.
Ditambah lagi beberapa situs peninggalan sejarah yang masih berdiri tegak menambah keunikan alam budaya Indonesia. Sehingga Indonesia selain menjadi objek tujuan wisata juga menjadi tujuan penelitian para ilmuwan di dunia. Dalam tulisan ini akan dibahas sedikit tentang salah satu objek wisata yang bersejarah kebudayaan tempo dulu, yaitu keberadaan Baturraden dan tingkah laku masyarakat sekitar yang menjadikan Baturraden sebagai salah satu tempat bersejarah yang menjadi objek wisata.
Sejarah Singkat Baturraden
Dari berbagai kisah yang menceritakan tentang asal-usul Baturraden yang banyak tersebar di masyarakat sekitar Baturraden, salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah Syech Maulana Maghribi yang oleh masyarakat sekitar Baturraden dikenal dengan nama Mbah Atas Angin yang petilasannya terdapat dilingkungan pancuran Pancuran Pitu, menjadi salah satu dasar riwayat Baturraden.
Konon Pangeran Maulana Maghribi berasal dari Negara Rum, karena rasa penasarannya ketika melihat sebuah cahaya terang menjulang tinggi di angkasa, timbullah niat dan iktikad yang kuat di dalam sanubarinya dan mencari tempat yang dimaksud. Bersama sahabatnya yang bernama Haji Datuk dan para tentaranya, Pangeran Maulana Maghribi menempuh perjalanan melintas samudra dan sampailah mereka di ujung Timur sebuah pulau, yaitu pulau Jawa.
Singkat cerita sang Pangeran dan sahabatnya sampai ke tempat asal cahaya. Ternyata cahaya itu berasal dari seorang Pertapa Budha yang sakti. Dalam pertemuan tersebut dikisahkan bahwa Pangeran Maulana Maghribi mengadu kesaktian dengan sang Pertapa dan dalam duel tersebut sang Pertapa dapat dikalahkan oleh Pangeran Maulana Maghribi dan akhirnya masuk Islam.
Syech Maulana Maghribi yang terkenal dengan nama Mbah Atas Angin oleh penduduk sekitar, selama 45 tahun bermukim disuatu tempat yang dinamakan Banjar Cahyana (mungkin tempat permukiman tersebut didiami setelah menemukan cahayanya).
Di Banjar Cahyana Mbah Atas Angin mengalami penyakit gatal-gatal yang tidak dapat disembuhkan. Dan ketika sedang beribadah Mbah Atas Angin mendapat ilham untuk pergi ke Gunung Gora untuk mendapatkan obat mujarab penyembuh penyakit gatal-gatal yang dideritanya.
Pagi-pagi sekali Mbah Atas Angin bersama sahabatnya pergi ke arah Barat dan pada siang hari sampailah mereka di Gunung Gora. Sesampainya disana Mbah Atas Angin meminta sahabatnya yaitu Haji Datuk untuk menunggu di tempat yang datar, sementara Mbah Atas Angin akan meneruskan perjalanannya ke suatu tempat dimana adanya obat tersebut. Ketika sampai disebuah pancuran air panas, terjunlah Mbah Atas Angin ke dalam air tersebut selama beberapa hari sampai sembuhnya. Ketika sampai kembali ke tempat sahabatnya menunggu Mbah Atas Angin mengatakan bahwa dia sudah sembuh dari sakitnya dan telah terhindar dari penderitaan (Slamet), maka oleh karenanya Gunung Gora ini beliau namakan sebagai Gunung Slamet, dan Haji Datuk yang tetap dan taat menunggu di tempat yang ditunjuk semula dan kepadanya diberi julukan “RUSULADI” yang artinya :”BATUR YANG BAIK” dan konon kabarnya tempat itu oleh penduduk sekitarnya hingga sekarang disebut sebagai “BATURRADEN” (batur yang adil, teman yang baik).
PENUTUP
Perkembangan budaya di daerah Baturraden sangat tergantung dari peran serta generasi mudanya yang seharusnya lebih mencintai budaya negeri sendiri. Oleh sebab itu mari kita Jaga dan pelihara alam Indonesia yang indah ini, terutama segala macam situs-situs peninggalan sejarah, karena itu merupakan warisan yang tidak ternilai harganya dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Indonesia dikenal dunia karena keindahan dan keaneka ragaman hayati alamnya. Dimana banyak turis mancanegara yang memprioritaskan untuk pergi melancong ke Indonesia.
Ditambah lagi beberapa situs peninggalan sejarah yang masih berdiri tegak menambah keunikan alam budaya Indonesia. Sehingga Indonesia selain menjadi objek tujuan wisata juga menjadi tujuan penelitian para ilmuwan di dunia. Dalam tulisan ini akan dibahas sedikit tentang salah satu objek wisata yang bersejarah kebudayaan tempo dulu, yaitu keberadaan Baturraden dan tingkah laku masyarakat sekitar yang menjadikan Baturraden sebagai salah satu tempat bersejarah yang menjadi objek wisata.
Dari berbagai kisah yang menceritakan tentang asal-usul Baturraden yang banyak tersebar di masyarakat sekitar Baturraden, salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah Syech Maulana Maghribi yang oleh masyarakat sekitar Baturraden dikenal dengan nama Mbah Atas Angin yang petilasannya terdapat dilingkungan pancuran Pancuran Pitu, menjadi salah satu dasar riwayat Baturraden.
Konon Pangeran Maulana Maghribi berasal dari Negara Rum, karena rasa penasarannya ketika melihat sebuah cahaya terang menjulang tinggi di angkasa, timbullah niat dan iktikad yang kuat di dalam sanubarinya dan mencari tempat yang dimaksud. Bersama sahabatnya yang bernama Haji Datuk dan para tentaranya, Pangeran Maulana Maghribi menempuh perjalanan melintas samudra dan sampailah mereka di ujung Timur sebuah pulau, yaitu pulau Jawa.
Singkat cerita sang Pangeran dan sahabatnya sampai ke tempat asal cahaya. Ternyata cahaya itu berasal dari seorang Pertapa Budha yang sakti. Dalam pertemuan tersebut dikisahkan bahwa Pangeran Maulana Maghribi mengadu kesaktian dengan sang Pertapa dan dalam duel tersebut sang Pertapa dapat dikalahkan oleh Pangeran Maulana Maghribi dan akhirnya masuk Islam.
Syech Maulana Maghribi yang terkenal dengan nama Mbah Atas Angin oleh penduduk sekitar, selama 45 tahun bermukim disuatu tempat yang dinamakan Banjar Cahyana (mungkin tempat permukiman tersebut didiami setelah menemukan cahayanya).
Di Banjar Cahyana Mbah Atas Angin mengalami penyakit gatal-gatal yang tidak dapat disembuhkan. Dan ketika sedang beribadah Mbah Atas Angin mendapat ilham untuk pergi ke Gunung Gora untuk mendapatkan obat mujarab penyembuh penyakit gatal-gatal yang dideritanya.
Pagi-pagi sekali Mbah Atas Angin bersama sahabatnya pergi ke arah Barat dan pada siang hari sampailah mereka di Gunung Gora. Sesampainya disana Mbah Atas Angin meminta sahabatnya yaitu Haji Datuk untuk menunggu di tempat yang datar, sementara Mbah Atas Angin akan meneruskan perjalanannya ke suatu tempat dimana adanya obat tersebut. Ketika sampai disebuah pancuran air panas, terjunlah Mbah Atas Angin ke dalam air tersebut selama beberapa hari sampai sembuhnya. Ketika sampai kembali ke tempat sahabatnya menunggu Mbah Atas Angin mengatakan bahwa dia sudah sembuh dari sakitnya dan telah terhindar dari penderitaan (Slamet), maka oleh karenanya Gunung Gora ini beliau namakan sebagai Gunung Slamet, dan Haji Datuk yang tetap dan taat menunggu di tempat yang ditunjuk semula dan kepadanya diberi julukan “RUSULADI” yang artinya :”BATUR YANG BAIK” dan konon kabarnya tempat itu oleh penduduk sekitarnya hingga sekarang disebut sebagai “BATURRADEN” (batur yang adil, teman yang baik).
PENUTUP
Perkembangan budaya di daerah Baturraden sangat tergantung dari peran serta generasi mudanya yang seharusnya lebih mencintai budaya negeri sendiri. Oleh sebab itu mari kita Jaga dan pelihara alam Indonesia yang indah ini, terutama segala macam situs-situs peninggalan sejarah, karena itu merupakan warisan yang tidak ternilai harganya dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.