BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi
ini keberadaan manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam
asrti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya.
Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa
terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,
kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai
proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat
aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Perkembangan manusia secara perorangan pun
melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahkan belasan tahun untuk
menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang.
Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengembangkan setiap
potensi yang ada pada dirinya secara optimal dan untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara sosial
sebenarnya manusia merupakan
mahluk individu dan sosial yang
mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat.
Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang
sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan,
bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan
bahkan beragam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas,
maka penulis mengambil rumusana masalah sebagai berikut ::
1. Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk
individu ?
2. Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk
sosial ?
3. Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk
berbudaya ?
4. Bagaimana Pemgembangan manusia sebagai
makhluk individu sosial dan budaya ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk memahami hakekat manusia sebagai makhluk individu
2.
Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk sosial.
3. Untukmengetahui bagaimana Pemgembangan manusia sebagai
makhluk individu dan sosial di masyarakat.
D.
Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah ini yaitu kepustakaan dan browsing di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Individu berasal dari kata in dan devided.
Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak,
sedangkan devided artinya terbagi. Menurut pendapat Dr. A. Lysen
individu berasal dari bahasa latin individum, yang artinya tak
terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk meyatakan satu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Kata individu bukan berarti manusia secara
keseleruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu
perseorangan manusia.Individu menekankan penyelidikan kepada
kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa, dan seberapa mempengaruhi kehidupan
manusiaIndividu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak
dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perorangan sehingga sering disebut “ orang seorang” atau “manusia perseorangan”.
Individu dalam hal ini adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkahlaku spesifik
tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula persamaan disamping
hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain.
Disini jelas bahwa individu adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosaialnya,
melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya
merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat
pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek
sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa
akibat pada aspek yang lainnya.
Kata Individu artinya tidak terbagi, atau
suatu kesatuan. Individu berasal dari bahasa latin kata individium (tidak
terbagi) dan dalam bahasa inggris berarti in (salah satunya mengandung
pengertian tidak) dan divide (terbagi).Manusia sebagai makhluk individu
mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi,
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan
yang tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan
fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
Sebagai mahluk individu manusia sangat unik
dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat ekspresif
tentangdirinya. Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli dengan sifat,
kepribadian, dan banyak istilah lain. Ekspresi manusia dapat melalui penampilan
fisik, tingkah laku, nilai-nilai yang diyakini, dan setiap media dalam hidupnya
adalah bentuk ekspresi individu. Ciri-ciri watak seorang individu yang
konsisten, yang memberikan kepadanya identitas khusus, disebut sebagai
“kepribadian”.
Banyak pakar yang memberikan pengertian
tentang kepribadian. Dari beberapa konsep atau pengertian tentang kepribadian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri-ciri / karakteristik
watak individu yang konsisten yang berkenaan dengan sikap, keinginan, pola
pikiran dan tingkah laku untuk berbuat, berpikir, dan merasakan khususnya
apabila individu itu berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu
keadaan di lingkungannya. Kepribadian mempunyai karakteristik yang konsisten
dan mencirikan kepribadian secara norma budayal. Karakteristik kepribadian
tersebut merupakan perpaduan antara bawaan atau warisan yang dibawa sejak lahir
dengan faktor lingkungan.
B. Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Manusia
sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain
(masyarakatnya). Ia tidak dapat
merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan
manusia lain untuk hal tersbut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat
sosial. Artinya, manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang
lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini
memberikan kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Menurut
kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Ketika
manusia sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Pada usia
bayi, ia sudah menjalin hubungan terutama dengan ayah dan ibu, dalam bentuk
gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan
dengan teman- teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada usia-usia
selanjutnya, ia terikat dengan norma budaya-norma budaya pergaulan dengan
lingkungan yang semakan luas. manusia hidup dalam lingkungan sosialnya. Ia
dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada
manusia lainnya.
Manusia
saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lainnya. Hal ini
disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya
sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia
sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.
Berdasarkan
proses diatas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara naluriah manusia
membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipeliharadan
dibesarkan dalam sesuatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Keluarga
terbentuk karena adanya pergaulan antar anggota sehingga dapat dikatakan bahwa
berkeluarga merupakakn kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang
lain atau hidup hidup dalam kelompoknya
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan sebagai berikut
a.
Manusia tunduk pada aturan,
norma budaya sosial.
b.
Perilaku manusia
mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.
Mansuia memiliki kebutuhan
untuk berinteraksi dengan orang lain.
d.
Potensi manusia akan
berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Manusia
sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan senantiasa dan
selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan “ketidakberdayaan”
manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kebutuhan
akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehisupan berkelompok pada
manusia. Berbagai kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk
saling berinteraksi.
Dalam
berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma budaya-norma budaya
pengaturannya. Terdapat norrma-norma budaya sosial sebagai patokan
untukbertingkah laku bagi manusia di kelompoknya. Norma budaya-norma budaya
tersebut ialah:
1. Norma budaya agama atau
religi, yaitu norma budaya yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi
umat-Nya. Norma budaya agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar
dijauhi umat beragama. Norma budaya agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
2. Norma budaya kesusilaan
atau moral, yaitu norma budaya yang bersumber dari hati nurani manusia untuk
mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma budaya moral bertujuan
agar manusia berbuat baik secara moral. Orang berkelakuan baik adalah orang
yang bermoral, sedangkan orang yang berkelakuan buruk adalah orang tidak
bermoral atau amoral.
3. Norma budaya kesopanan atau
adat adalah norma budaya yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas
pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma budaya ini di maksudkan
untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama.
4. Norma budaya hukum, yaitu norma
budaya yang dibuat masyarakat secara remi (negara) yang pemberlakuannya dapat
dipaksakan. Norma budaya hukum yang brsifat tertulis.
C. Manusia sebagai Mahluk
Berbudaya
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang
berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai
singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah
yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur.
Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam
bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyaraka.
Manusia
Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnyaadalah : manusia mempunyai akal budi
yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami Budi erasal dari
bahasa sanskerta Budh artinyaakal,tabiat, perangai, dan akhlak.
Menurut
Sutan Takdir Alisyahbana Budi yang mnyebabkan manusia mengembangkan
suatuhubungan bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian
objektif terhadap objek dan kejadian.Manusia dengan akal budinya
mampumemperbaruhi dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup.
Selain
itu, norma budaya dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan
berlakunya dimasyarakat. Ada norma budaya yang daya ikatnya sangat kuat,
sedang, dan ada pula norma budaya yang daya ikatnya sangat lemah yang
mempengaruhi kebudayaan, sikap dan kelakuan yang telah menyatu kuat dalam
pola-pola perilaku sebuah masyarakat.
D. Pengembangan Manusia Sebagai
Makhluk Individu, Sosial Dan Budaya terhadap Terbentuknya Peradaban di
Masyarakat
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan
perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut
agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul
anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk
membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk
dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu
bersumber dari lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh
besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus
hubungan manusia dengan lingkungan.
Sebagai makhluk individu,sosial dan berbudaya
yang menjadi satu kesatauan dalam suatu organisasi atau kelompok dimasyarakat,
manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di
antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu.
Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran
diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme,
martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran
akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation. Bentuk pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu, sosial dan Budaya terjadi
karena pepangaruh beberapa hal, diantaranya :
a.
Cara
Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya
ikatnya sangat lemah. Norma budaya ini lebih menonjol dalam hubungn
antarindividu atau perorangan. Pelanggaran terhadap norma budaya ini tidak
mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan, ada yang makan sambil
berdiri dan ada yang makan sambil duduk. Cara makan sambil duduk dianggap lebih
panas dibandingkan cara makan sambil bediri.
b.
Kebiasaan
Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang
di ulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak kerana disukai. Norma budaya
ini lebih kuat daya ikatnya dari pada norma budaya cara. Contohnya, kebiasaan
salam bila bertemu.
c.
Tata kelakuan
Tata kelakuan adalah kebiasaan yang di anggap
sebagai norma budaya pengatur. Sifat norma budaya ini disatu sisi sebagai
pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai suatu larangan. Dengan
demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat menyusuaikan diri
dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang tidak sesui dengan
tata kelakuan.
Dari
beberapa penjelasan poin secara langsung maupun tidak langsung dapat
terciptanya suatu perdaban, kebiasaan dalam tatanan hidup dimasayarakat, baik
manusia berkedudukan sebagai mahluk
Individu, manusia berkedudukan sebagai
mahluk sosial maupun manusia
berkedudukan sebagai mahluk berbudaya.
Istilah
peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering
dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan
kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud
unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan
sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah
memiliki sebuah peradaban yang tinggi.
Peradaban
merupakan sebuah kajian dalam keilmuan sosial yang memiliki berbagai arti dalam
kaitannya dengan masyarakat
serta manusia sebagai objek kajian. Seringkali istilah ini digunakan untuk
merujuk pada suatu masyarakat yang “kompleks” yang mana memiliki ciri-ciri :
1.
Melakukan praktik dalam
pertanian
2.
Hasil karya dan pemukiman
3.
Melakukan perbandingan
dengan budaya lain
4.
Anggota-anggota sebuah
peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur
hirarki sosial.
Istilah
peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah
“budaya” yang populer dalam kalangan akademis yang dalam proses kajian terhadap
sebuah kebudayaan. Yang mana dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam
sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai “seni, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi
yang merupakan sebuah cara hidup dalam bermasyarakat”.
Namun,
dalam sebuah definisi yang paling banyak digunakan adalah peradaban dalam
istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota.
Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi
sosial dan beragam kegiatan ekonomi sosial budaya.
Dalam
sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah
“peradaban” dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks
sosial di mana budaya kota yang dianggap unggul “ganas” atau “biadab”, konsep
dari “peradaban” digunakan sebagai sinonim untuk “budaya ataupun kajian moral
yang lebih menekankan pada keunggulan dari kelompok tertentu.” Dalam artian
yang sama, peradaban dapat berarti “perbaikan pemikiran, tata krama, atau
rasa”.
Yang
mana setiap bagian dari masyarakat mampu untuk mempraktikkan pertanian secara intensif,
memiliki pembagian kerja yang kompleks dan kepadatan
penduduk yang mencukupi untuk membentuk struktur kota-kota. “Peradaban” dapat juga
digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian
manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban
sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk
memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak
akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah
peradaban.
Wujud
peradaban moral memiliki empat hal yang sangat bergantung antara satu hal
dengan hal yang lain. Keempat hal tersebut adalah :
1.
Nilai-nilai : dalam masyarakat merupakan dasar pembentuk
kesusilaan. Atau ebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah
2.
Norma : aturan, ukuran, atau
pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau
buruk suatu kejadian yang terjadi atau timbul dari dalam masyarakat. Kata Norma dapat berarti berbagai macam hal. Beberapa kata yang berhubungan dengan norma
adalah sebagai berikut: Norma (sosiologi) patokan perilaku dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu.Norma
(rasi bintang), suatu rasi bintang kecil di belahan selatan.
3.
Etika : nilai-nilai dan norma
moral tentang apa yang lebih baik serta apa yang lebih buruk yang mana mampu
menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan
sebagai etika dalam sopan santun. Etika (Yunani Kuno: "ethikos",
berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral.[rujukan?]Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab
4.
Estetika : berhubungan dengan segala
sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup sebuah kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast). Atau
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika
adalah ilmu yang membahaskeindahan, bagaimana ia bisa
terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut
mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris,
yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika
merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Manusia sebagai makhluk individu mengandung
arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi
manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan
psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya. Sebagai individu, manusia dituntut untuk
dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri,
masyarakat dan kepada Sang Pencipta. Sebagai mahluk individu manusia sangat
unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat
ekspresiftentang dirinya.
Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli
dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain. Dikatakan unik karena
manusia memiliki beragai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai
cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. perilaku atau aktivitas
yang ada pada diri manusia (individu/organisme) tidak timbul dengan sendirinya
tetapi akibat dari rangsangan (stimulus) yang diterima organisme bersangkutan
baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan
hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali tujuan
manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang
paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama
kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada
aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah
untuk mencapai keutamaan jiwa.
B.
Saran
Sebagai makhluk individu, kita memerlukan
pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. kita yang
biasa dikenal dengan mahluk sempurna memiliki akal pikiran yang dapat
digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, maka kita
harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirin seperti, karya,
cipta, dan karsa.
Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada,
kita bisa mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kita sebagi seorang calon pendidik harus
sadar bahwa dalam rangka mendidIk anak tidak boleh memaksa karena dalam diri
anak ada suatu prinsip pembentUkan dan pengembangan yang ditentukan oleh
dirinya sendiri. Pendidikan hendaknya menghormati keindividualitasn anak,
karakteristik individu anak, kepribadian anak, keunikannya, dan martabatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan Drs, M.Ed. Dra. Elly M.
Setiadi, Msi, 2006 Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT).
Bandung : UPI PRESS
Hans. J Daeng. (2006). Manusia
Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta : PT Pustaka Pelajar.
Ridwan
Effendi, dkk. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya Dan Teknologi.
Bandung : Yasindo Multi Aspek.
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah
ini memuat tentang “Pernanan
Manusia Sebagai Makhluk Individu Sosial
Dan Budaya Terhadap Terbentuknya Peradaban di Masyarakat” Penyusun juga
mengucapkan terima kesih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amiin.
Tasikmalaya, Maret
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR
ISI ............................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.
Latar Belakang .................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C.
Tujuan ................................................................................................ 2
D.
Metode Penulisan .............................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A.
Manusia Sebagai Makhluk Individu.................................................. 3
B.
Manusia Sebagai Mahluk Sosial ........................................................ 5
C.
Manusia sebagai Mahluk
Berbudaya ................................................. 8
D.
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial
dan Budaya
terhadap Terbentuknya Peradaban di Masyarakat ........ 10
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan ............................................................................................ 16
B.
Saran .................................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 18
Artikel Makalah Yang Lainnya :
Makalah | Kepemimpinan dan Unsur yang Mendukungnya | Pembahasan | Mahasiswa sebagai Pemimpin Perubahan | Risalah Pergerakan Mahasiswa..!!
Makalah | Kepemimpinan dan Unsur yang Mendukungnya | Strategic Planning | Manajemen Aksi..!!
Makalah | Kepemimpinan dan Unsur yang Mendukungnya | Manajemen Kepanitiaan | Administrasi Organisasi..!!
Makalah | Kepemimpinan dan Unsur yang Mendukungnya | Advokasi | Mahasiswa dan Tradisi Debat..!!
Makalah | Kepemimpinan dan Unsur yang Mendukungnya | Persidangan | Kesimpulan dan Saran | Sumber Referensi..!!